Kenny Dalglish – Ian Rush, Penyerang Mematikan Dalam Sejarah Liverpool Yang Melebihi Geganasan TRIO FIRMANSYAH

spot_img

Dalam tiga musim terakhir Liverpool selalu mengandalkan tiga penyerang yang kita kenal sebagai trio firmansyah. Mereka adalah Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mohamed Salah. Gol demi gol kerap mereka ciptakan. Meski belum mampu membawa Liverpool raih trofi premier league, namun mampu membantu The Reds rajai kompetisi antar klub eropa di tahun 2019.

Mundur jauh ke belakang tepatnya pada dekade 80-an, ketika Liverpool sedang dalam masa jayanya tidak hanya di domestik tapi juga di kancah eropa. Kala itu, klub yang bermarkas di stadion Anfield memiliki duo penyerang menakutkan dalam diri Kenny Dalglish dan Ian Rush.

Bagi para penggemar​ Liverpool, nama Kenny Dalglish hampir pasti menjadi idola bagi mereka semua. Saking luar biasanya performa Dalglish, para fans memberi julukan King Kenny kepada pria yang kini berusia 68 tahun tersebut.

Datang dari Glasgow Celtic pada tahun 1977, banyak ekspektasi disematkan kepadanya. Apalagi dirinya mengenakan jersey nomor 7, yang sebelumnya dikenakan oleh sang legenda, Kevin Keegan. Namun, Dalglish membuktikan kepada semua orang bahwa dirinya memang layak menyandang nomor keramat tersebut.

Saat Dalglish menjalani musim pertamanya di Anfield, Ian Rush baru akan merasakan karir sebagai pemain profesional. Kala itu Rush bergabung dengan klub bernama Chester City. Dan pada musim 1979/80, Rush tampil gemilang dengan mencetak 17 gol dari 38 pertandingan untuk Chester City.

Performa apiknya membuat Rush direkrut oleh Liverpool pada musim panas 1980 ketika usianya masih 19 tahun. Di musim perdananya, Rush lebih banyak tampil bersama tim kedua, dan hanya tampil sebanyak 9 kali di tim utama. Bahkan ia tidak di masukan dalam susunan pemain cadangan maupun starter saat Liverpool menjamu Real Madrid di final piala Champions 1981 yang ketika itu dimenangkan kubu merah.

Hal itu, membuat Rush marah kepada sang pelatih, Bob Paisley. Kekecewaannya itu berlanjut hingga saat pra musim di mana Rush sempat meminta dirinya untuk di jual ke klub lain. Namun berkat dorongan dari rekan-rekannya, Rush masih bertahan.

Kesempatan tampil lebih banyak diberikan pada musim 1981/82 seiring dengan menurunnya performa skuad utama. Rush bersama gelandang Ronnie Whelan diminta untuk menjadi pemain inti di tim utama The Reds. Bermain di tim utama, gol demi gol berhasil ia gelontorkan.

Gol pertamanya di liga Inggris hadir saat mengalahkan Leeds United 3-0, tak tanggung-tanggung, Rush memborong dua gol. Sebulan kemudian, Rush mencetak gol dalam derby Merseyside yang dimenangkan Liverpool 3-1.

Meskipun di paruh pertama musim 1981/82 Liverpool berada di urutan ke-12, tapi mereka berhasil mengunci gelar juara hanya dengan satu pertandingan tersisa. Selain itu, Liverpool juga mempertahankan gelar Piala FA pada musim yang sama dengan Rush dan Whelan menjadi pahlawan.

Permainan gemilang Rush di musim tersebut tentunya berkat kerja sama dengan sosok luar biasa bernama Kenny Dalglish, pria yang sebenarnya Rush benci ketika awal-awal berada di Anfield.

Sejak musim itu, Rush menjalani laga demi laga dengan bertandem bersama Dalglish yang kala itu sudah memasuki usia kepala tiga.

Gol demi gol serta sederet trofi berhasil di kumpulkan Dalglish dan Ian Rush untuk publik Anfield. Pada musim 1981/82 dan 1982/83 ketika Liverpool ditangani Bob Paisley. Mereka berdua menjaringkan 103 gol di semua kompetisi. Pada periode tersebut Liverpool juga meraih lima trofi.

Kerja sama hebat, saling memahami, saling memberikan umpan, dan mencetak gol menjadi kalimat yang pas untuk menggambarkan duet Kenny Dalglish dan Ian Rush.

Pada musim 1983/84, dunia dikejutkan dengan torehan 47 gol dari 65 pertandingan yang diciptakan Rush ketika Liverpool memenangkan treble winner, termasuk piala Champions. Di sisi lain, Dalglish menggelontorkan 12 gol dari 50 laga.

Musim 1984/85 bisa dibilang menjadi yang terakhir di mana Dalglish selalu diturunkan menjadi pilihan utama. Pada usianya yang sudah 34 tahun plus kehadiran Paul Walsh dari Lutton Town membuat Dalglish seperti telah berada di ujung karirnya.

Pada musim 1985/86,tepat setelah terjadi tragedi Heysel di Belgia dan mundurnya Joe Fagan, manajer yang membawa Liverpool maju ke final Piala Champions 1985. Dalglish untuk pertama kali dinobatkan menjadi raja bagi para pendukung Liverpool.

Tak hanya itu, ketika itu Dalglish juga mulai menjabat sebagai pemain dan pelatih bagi Liverpool. Ia menduetkan pasangan Ian Rush dan Paul Walsh di lini serang dengan berharap keduanya mampu mengikuti jejak dirinya ketika bertandem dengan Ian Rush.

Pada akhir musim 1986/87, Rush hijrah ke Juventus, setelah musim yang sukses secara pribadi tetapi secara kolektif mengecewakan. Rush bermitra dengan Dalglish di pertandingan kandang terakhirnya saat melawan Watford.

Setelah hanya satu musim di Turin, Rush kembali ke Liverpool, pada saat itu Dalglish telah menarik diri dari memainkan peran aktif di lapangan, Dalglish hanya akan bermain jika dalam keadaan darurat saja.

Namun, pada Mei 1990, dengan gelar liga yang sudah dimenangkan, Dalglish membuat satu penampilan terakhir untuk tim utama Liverpool, masuk dari bangku cadangan dalam laga derby di Anfield pada usia 39. King Kenny kala itu bermain selama 19 menit dengan kemenangan 1-0, di mana ia untuk terakhir kalinya berduet dengan Ian Rush.

Selama bermain untuk Liverpool sejak 1977, Dalglish telah membukukan 169 gol dari 502 pertandingan di semua kompetisi. Sementara, Ian Rush, dalam 15 musim bersama The Reds berhasil mencatatkan 660 laga dan menciptakan 346 gol di semua ajang.

Koleksi gol duet sejati Kenny Dalglish tersebut menjadikannya pencetak gol terbanyak Liverpool sepanjang masa. Duet Dalglish dan Rush juga telah menghasilkan 13 gelar bergengsi untuk Liverpool termasuk empat titel Liga Inggris yang hingga sekarang belum mampu diraih kembali oleh skuad Anfield.

Melihat Rush berduet dengan King Kenny sangat menakutkan, dan itu mungkin masih akan demikian jika keduanya bermain bareng saat ini. Secara umum duet Dalglish dan Rush lebih sering terjadi sejak 1981 hingga 1985, setelahnya hingga 1990 pasangan tersebut hanya tampil bersama dalam beberapa kesempatan.

Dengan terciptanya banyak gol, serta bergelimangnya trofi di lemari Anfield, Duet tersebut layak disebut sebagai kemitraan terbesar dalam sejarah Liverpool.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru