Kendali Gelap Chelsea atas Vitesse

spot_img

Praktek Multi Club Ownership (MCO) yang dicanangkan oleh pemilik Chelsea, Todd Boehly di forum Konferensi SALT beberapa hari lalu sebetulnya bukan lagi hal yang asing bagi persepakbolaan dunia. Kita sudah disuguhkan contoh sukses praktek serupa yang dijalankan oleh Perusahaan Red Bull yang menaungi tim RB Leipzig, RB Salzburg dan RB-RB lainnya, atau mungkin City Football Group, perusahaan yang menaungi Manchester City yang juga mengakuisisi Girona, Palermo, dan Yokohama F Marinos. 

Menurut UEFA, praktek semacam ini sah-sah saja asal klub satu dengan klub yang lain tak bermain di kompetisi yang sama. Lantas bagaimana dengan hubungan serupa tapi tak sama yang dijalankan oleh Chelsea dan Vitesse Arnhem?

Hubungan Chelsea-Vitesse lebih sering dikenal sebagai Feeder Club ketimbang MCO. Maka dari itu kecurigaan kerjasama gelap di antara kedua kesebelasan ini pun beberapa kali mencuat. Lalu, apa saja kontroversi di balik hubungan terlarang Chelsea dan Vitesse ini?

Perbedaan Hubungan Klub MCO dan Feeder

Menurut profesor dari Salford University yang fokus dalam bidang sports enterprise, Simon Chadwick mengungkapkan bahwa MCO ini adalah cara mudah bagi klub untuk mendapatkan pemain bertalenta. Jika umumnya pemain bertalenta didapatkan setelah seorang talent scout melakukan blusukan, dengan bentuk bisnis MCO ini informasi mengenai pemain bertalenta lebih mudah didapat.

Nah, kalau hubungan bisnis yang dijalankan Chelsea dan Vitesse ini dikenal sebagai Feeder club atau affiliated club. Hubungan dua tim macam ini mengharuskan salah satu tim berada di divisi lebih bawah yang bakal dimanfaatkan sebagai tempat latihan atau berkembangnya pemain-pemain muda. 

Jadi hubungan Chelsea dan Vitesse patut dipertanyakan, karena Vitesse tak berada di divisi yang lebih rendah dari Chelsea. Mereka sama-sama berada di kasta tertinggi, cuma beda negara aja. Dengan begitu, kemungkinan kedua tim bakal bertemu di kompetisi Eropa seperti Liga Champions atau Liga Eropa cukup besar.

Awal Bisnis Gelap

Semua berawal ketika Chelsea yang diakuisisi oleh taipan asal Rusia, Roman Abramovich pada tahun 2003. Sejak di bawah naungan Roman, Chelsea tak hanya membeli pemain bintang. Bilyuner asal Rusia itu juga membangun akademi yang diharapkan bisa membantu tim suatu saat nanti.

Namun, karena kebiasaan The Blues membeli pemain bintang nggak bisa diilangin, itu bikin upaya Roman membangun akademi hebat bak La Masia jadi sia-sia. Terhitung puluhan bahkan ratusan bakat muda yang lahir di akademi Chelsea layu sebelum berkembang karena tak mampu menembus skuad utama. Nah, di sinilah Roman membutuhkan Vitesse.

Vitesse sendiri sebetulnya telah beberapa kali berganti kepemilikan. Dari Merab Jordania pada awal 2009, lalu berganti ke Aleksandr Chigirinsky tahun 2013, hingga kini dipegang oleh Valery Oyf. Menariknya, ketiga nama itu memiliki kedekatan bisnis dengan Roman. Jadi tak heran apabila pengambilalihan Vitesse dicurigai cuma akal-akalan dari mantan bos Chelsea itu.

Hubungan baik antara pemilik Chelsea dan Vitesse telah melahirkan bisnis gelap di sektor perekrutan pemain. Tercatat sejak 2010 hingga 2021, 29 pemain telah dipinjamkan Chelsea ke Vitesse. Pemain-pemain itu meliputi Nemanja Matic, Lucas Piazon, hingga Mason Mount.

Meskipun kerap dikritik, baik Chelsea dan Vitesse tetap menjalankan bisnis tersebut. Bahkan bisnis gelap ini mampu memberi keuntungan berlipat bagi kedua tim. Bagi Chelsea, para pemain mudanya bisa mendapat menit bermain di level profesional. Sedangkan Vitesse bisa dengan mudah mendapatkan pemain muda berbakat dengan harga murah.

Kecurigaan Federasi Sepakbola Belanda

Saling bertukar pemain dalam kurun waktu yang cukup lama, sempat menimbulkan kecurigaan para petinggi Federasi Sepakbola Belanda. Mereka mencurigai bahwa Chelsea dan Vitesse berada di satu manajemen kepemilikan yang sama. Padahal, UEFA melarang keras jika dua atau lebih klub yang dimiliki satu pihak yang sama bermain di kompetisi yang sama.

Meski KNVB sudah melakukan penyelidikan di tahun 2010, Chelsea dan Vitesse selalu mengelak kalau mereka punya hubungan spesial. Hal itu juga sudah dikonfirmasi oleh mantan direktur olahraga Vitesse, Johannes Spors. Dilansir Goal, menurut Spors Vitesse sesekali bertukar pikiran dengan pihak Chelsea, tapi hubungan Vitesse dan Chelsea hanya karena kedua pemilik klub memiliki kedekatan di luar sepakbola. Tidak lebih. 

Tapi kecurigaan KNVB tak berhenti di situ. Mereka terus menyelidiki hubungan gelap antara kedua klub ini. Federasi Sepakbola Belanda bahkan kembali melakukan penyelidikan di tahun 2014. Penyelidikan itu hingga masuk ke dalam organisasi Chelsea dan Vitesse untuk mencari keterlibatan manajemen Chelsea terhadap beberapa kebijakan Vitesse.

Chelsea yang Demen Ngurusin Dapur Vitesse

Pada tahun 2014, Federasi Sepak Bola Belanda telah membuka penyelidikan ke dalam struktur kepemilikan Vitesse Arnhem setelah mantan pemegang saham utama, yakni Merab Jordania menuduh Chelsea telah memberikan pengaruh yang tidak baik kepada Vitesse. Jordania bahkan mengklaim bahwa Chelsea berusaha untuk mencegah mereka lolos ke Liga Champions.

Dilansir The Guardian, menurut Jordania, Roman tidak ingin Vitesse jadi tim yang kuat sehingga bisa menghadapi Chelsea di Liga Champions. Jadi Roman menekan Vitesse agar tidak menjadi juara di Belanda. Hal inilah yang membuat prestasi Vitesse cuma gitu-gitu aja.

Hal yang sama juga menjadi alasan mengapa Jordania memutuskan untuk menjual sahamnya di Vitesse. Jordania yang muak karena dituntut harus melakukan apa yang diperintahkan oleh Abramovich akhirnya melepas saham Vitesse ke Chigirinsky setahun sebelum penyelidikan dimulai. 

Kesaksian Jordania lah yang mendasari penyelidikan KNVB. Mereka memeriksa arus kas Vitesse untuk melihat apakah ada hubungan antara Chelsea dan Vitesse. Hasilnya, menurut penyelidikan tidak ditemukan hubungan yang jelas antara Chelsea dan Vitesse. KNVB juga menyatakan bahwa kepemilikan dan struktur keuangan Vitesse sesuai dengan aturan lisensi Eredivisie. Jadi tidak ditemukan bukti bahwa Chelsea gemar mencampuri urusan dapur Vitesse.

Hubungan Chelsea dan Vitesse Lahirkan Peraturan Anyar

Setelah investigasi selesai, KNVB tak bisa membuktikan bahwa Chelsea mempunyai kendali atas kebijakan Vitesse. Seenggaknya KNVB tak menemukan perjanjian kemitraan tertulis yang dibuat untuk memperbolehkan Chelsea mempengaruhi kebijakan Vitesse.

Namun, Chelsea dan Vitesse tetap melanjutkan kerjasama soal perekrutan pemain. Praktek gelap ini kabarnya telah berakhir di tahun 2021, dengan Armando Broja jadi pemain Chelsea terakhir yang dipinjamkan ke Vitesse. Dari 29 nama yang pernah dipinjamkan Chelsea ke Vitesse hanya Nemanja Matic dan Mason Mount yang sejauh ini mampu mengamankan satu tempat di skuad utama The Blues. Sisanya? Hanya Chelsea dan Tuhan yang tahu.

Nah, FIFA pun mengeluarkan peraturan baru yang terinspirasi dari kegiatan kedua klub ini. Kabarnya, peminjaman pemain massal yang dilakukan Chelsea sudah nggak akan berlaku lagi. Per 2024/25, FIFA akan memberlakukan peraturan peminjaman pemain yang baru. FIFA hanya membolehkan setiap klub untuk meminjamkan 6 pemain saja ke negara lain. Ini adalah upaya FIFA untuk menghindari praktek serupa dan penimbunan pemain oleh suatu klub.

https://youtu.be/0QO0JufAKlg

Sumber: The Guardian, Goal, Box2box, Futbolgard, Indosport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru