Kenapa Pemain Asal Italia Sedikit Yang Berhasil Di Liga Inggris?

spot_img

Eksodus para pemain asal Negeri Pizza tak selamanya mulus. Banyak dari talenta-talenta ciamik Italia yang keluar kandang bernasib tak mujur karena banyak faktor. Terutama bagi mereka yang berkiprah di liga negeri Ratu Elizabeth.

Menyoal perihal eksodus pemain asal Italia yang merantau ke Inggris, memang pada era 90-an banyak yang dikatakan berhasil. Namun kini ceritanya tak semanis dulu. Saking ketatnya Liga Inggris, kini banyak pemain asal Italia yang mencoba peruntungan di Inggris namun nasibnya sebatas numpang lewat. Lantas apa penyebabnya?

Gaya Bermain

Banyak faktor mengapa para pemain asal Italia sering gagal bersinar di Liga Inggris. Salah satunya adalah perbedaan identitas permainan yang diterapkan di Italia dan Inggris. Secara garis besar, naluri atmosfer pemain Italia itu memang lebih menonjolkan kemampuan skill dan konsep permainan yang taktikal. Sementara di Inggris, naluri para pemain harus beradaptasi dengan urusan permainan yang cukup mengandalkan fisik dan kecepatan.

Sepak bola di Italia yang sangat taktikal juga membuat tempo permainan cenderung lebih lambat ketimbang di Inggris yang tampak lebih dinamis. Itulah sebabnya proses adaptasi pemain Italia di Inggris mengalami kesulitan. Ya, akar masalahnya adalah di kecepatan permainan yang cenderung membuat mereka kewalahan.

Hal itu barangkali sama ketika pemain Inggris merumput ke Italia. Gaya bermain yang berbeda akan membuat pemain Inggris kesulitan beradaptasi dengan tempo Liga Italia. Namun hari ini situasinya agak lain. Pemain Inggris semacam Chris Smalling, Tammy Abraham, sampai Fikayo Tomori justru bisa beradaptasi di sepakbola Italia. Barangkali ini karena kualitas sepakbola Italia yang sekarang cenderung menurun.

Perbedaan Zaman

Hal yang sama sebetulnya pernah terjadi pada pemain asal Italia yang sukses ketika hijrah ke Liga Inggris. Para pemain asal Italia di era 90-an toh banyak yang bersinar di Inggris. Karena para pemain itu datang pada era di mana Liga Inggris baru membangun kembali citranya.

Secara persaingan, Liga Inggris pada era itu tidak seketat sekarang. Pola permainan Inggris cenderung mengandalkan kick and rush dan terkesan lemah dalam taktikal. Tidak seperti sekarang di mana Liga Inggris sudah sangat ketat dan kaya akan taktik karena pengaruh berkumpulnya para jagoan dari seluruh dunia.

Maka dari itu, para pemain era 90-an itu bisa menjadi menonjol. Sebagai contoh ketika kecemerlangan Gianfranco Zola untuk Chelsea membuatnya menjadi ikon Liga Inggris saat ia mencetak 59 gol dan memberikan 42 assist. Dia bekerja sama dengan rekan senegaranya Roberto Di Matteo dan Gianluca Vialli yang kemudian banyak mengantarkan The Blues meraih kesuksesan di domestik maupun Eropa.

Hanya Paolo Di Canio yang mengalahkan jumlah rekor Zola. Ia mencetak 66 gol dan  49 assist bersama Sheffield Wednesday, West Ham United, dan terakhir Charlton Athletic. Ada juga Benito Carbone yang sangat diingat ketika tampil di Sheffield Wednesday ataupun “Si Rambut Putih”, Fabrizio Ravanelli ketika di Middlesbrough.

Namun di era sekarang, sedikit sekali pemain asal Italia yang bersinar di Liga Inggris. Paling bisa dihitung dengan jari. Kesuksesan Mario Balotelli misalnya. Ketika assist-nya kepada Sergio Aguero mengantarkan The Citizens menjadi juara Liga Inggris. Hal itu memang menjadi salah satu parameter kesuksesannya. Akan tetapi, karirnya di Inggris kemudian terbilang gagal ketika ia didepak Liverpool.

Pemain lainnya yang bisa dikatakan bersinar yakni Graziano Pelle. Pelle yang moncer ketika itu datang ke Inggris di musim 2014/15. Meskipun hanya dua musim, Pelle mampu mencatatkan 23 gol dan 11 assist. Torehan itu membuatnya masuk lima besar jajaran pemain Italia dengan torehan gol terbanyak di Liga Inggris. Pelle termasuk yang bisa beradaptasi dengan ketatnya Liga Inggris karena posturnya yang mampu sepadan dengan bek-bek Inggris.

Contoh lainnya di era sekarang yakni Jorginho di Chelsea. Ia menjadi tulang punggung lini tengah The Blues dalam meraih berbagai kesuksesan. Jorginho meskipun tak mentereng soal gol maupun assist, tapi ia kerap tampil apik secara permainan. Kemampuan membaca lawan dan mengatur tempo permainan menjadi salah satu keunggulannya. Tak heran ia masih bertahan sampai sekarang dan selalu menjadi kunci permainan di Chelsea.

Harga Sebanding Dengan Kualitas?

Ya, di era sekarang banyak pemain asal Italia yang hanya sesaat mencicipi Liga Inggris. Dan hasilnya pun tak sesuai ekspektasi. Selain persaingan yang ketat, para pemain Italia yang hanya mampir sejenak di Liga Inggris lebih banyak dari mereka tak mampu beradaptasi dengan permainan di era sekarang.

Pemain Italia bisanya masih terbawa tempo sepakbola Italia ketika bermain di Inggris. Alhasil, karirnya pun pelan-pelan meredup. Tak bisa menyesuaikan tempo permainan di Negeri Ratu Elizabeth. Contohnya cukup banyak, misal dalam skuad Manchester City, dulu pernah ada striker macam Bernardo Corradi dan Rolando Bianchi. Dua nama yang barangkali tidak kamu kenal. Harganya pun terbilang tak mahal, contohnya saja Bianchi yang direkrut dari Reggina dengan 8,8 juta pounds (sekitar Rp144 miliar) saja.

Liverpool sebelum ditangani Klopp juga pernah mendatangkan pemain Italia seperti Andrea Dossena, Alberto Aquilani sampai Fabio Borini. Beberapa pemain tadi terbilang tidak memerlukan biaya besar seperti contoh Dossena, Aquilani dan Borini saja totalnya hanya cuma yang hanya 34 juta pounds (sekitar Rp578 miliar).

MU di zaman Ferguson juga tak ketinggalan berinvestasi pada pemain asal Italia macam Federico Macheda maupun Giuseppe Rossi. Dari nama-nama tadi mana yang bersinar? Jangankan bersinar, nama-nama tersebut belum tentu familiar di telinga penggemar sepakbola Inggris.

Di klub-klub medioker Liga Inggris pun hal ini sering terjadi. Seperti Watford yang pernah memakai jasa pemain Italia macam Stefano Okaka maupun Adam Masina. Begitu juga West Ham yang pernah kedatangan pemain macam Diamanti, Marco Borriello, Antonio Nocerino, maupun sekarang Ogbonna.

Pemain Italia di klub medioker ini kasusnya sama yakni soal harga. Klub besar macam City, MU, maupun Liverpool saja tak banyak berani mengeluarkan kocek terlalu banyak untuk pemain Italia, apalagi klub-klub medioker yang uangnya sedikit.

Apalagi pemain lainnya seperti Gabbiadini dan Osvaldo Di Soton, Moise Kean di Everton, Patrick Cutrone di Wolves, Giaccherini di Sunderland. Para pemain tersebut termasuk dalam sederet para pemain Italia yang bernasib kurang bagus secara performa di Liga Inggris.

Nah, di era sekarang jarang lagi ditemukan eksodus pemain asal Italia ke Liga Inggris. Karena mungkin sudah tahu hasilnya akan seperti apa. Klub-klub Inggris pun sudah menghitung pemain mana yang cocok bagi timnya.

Dan jarangnya pemain Italia yang dipilih untuk direkrut klub Inggris tentu menunjukan bahwa pemain asal Italia masih dipersepsikan sulit untuk berkembang dan beradaptasi di Liga Inggris. Di samping tentu kualitas dan harganya.

https://youtu.be/Iwz4ptulWg0

Sumber Referensi : theguardian, 90min, premierleague.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru