Tugas Ruud van Nistelrooy menggantikan sementara Erik ten Hag telah selesai. Baru-baru ini Van Nistelrooy meninggalkan Carrington, usai pelatih tetap Manchester United yang baru, Ruben Amorim tiba. Meski hanya menghadapi tim-tim kelas teri, namun catatan tetaplah catatan.
Selama dilatih Ruud van Nistelrooy, MU belum terkalahkan. Apa yang sudah dilakukan pria yang akrab disapa Ruudtje itu seolah dejavu dari era-era sebelumnya, di mana United tampil bagus kala ditukangi pelatih sementara. Ya, MU itu aneh.
Dilatih pelatih sementara, mereka jago. Tapi giliran yang melatih adalah pelatih tetap, tak lebih bagus dari Persinga Ngawi. Hal ini sudah berkali-kali terulang di Manchester United. Bagaimana kisahnya? Mari kita bahas.
Daftar Isi
Erik Ten Hag Dipecat
Ujung Oktober 2024 lalu, Erik ten Hag hanya bisa pasrah menelan kenyataan bahwa ia harus keluar dari Old Trafford. Tidak ada lagi kepercayaan diri di tubuh tim maupun Ten Hag. Keyakinan bahwa manajemen masih menaruh percaya padanya ambruk.
Kekalahan dari West Ham yang sedang bapuk setengah mampus tak bisa ditolerir lagi. Tidak ada kata lain bagi Ten Hag selain pergi. Kursi pelatih sementara diisi oleh asistennya, Ruud van Nistelrooy. Ruudtje akan mengisi kekosongan pelatih sampai Manchester United menemukan pengganti.
United ternyata cepat menemukannya. Sosok Ruben Amorim, pelatih Sporting CP dipilih untuk menanggung beban berikutnya. Alhasil, Ruudtje hanya akan melatih di beberapa laga saja.
Ruben Amorim arrives at Carrington with a huge smile on his face 😁🇵🇹pic.twitter.com/9svi8jnw8G
— utdreport (@utdreport) November 11, 2024
MU di Tangan Ruudtje
Namun yah, namanya saja legenda, Ruudtje memegang teguh profesionalitas dan mengikatnya dengan kecintaan pada United. Ia berjanji akan memberikan yang terbaik selama duduk di kursi pelatih sementara.
Ruud van Nistelrooy menahkodai Manchester United di laga melawan Leicester City di dua turnamen yang berbeda. MU asuhan Ruudtje pun mengalahkan jawara Liga Inggris 2016 itu dua kali. Skornya telak pula. Van Nistelrooy juga membawa Setan Merah raih kemenangan perdananya di kompetisi Eropa musim ini.
Bermain di depan pendukungnya sendiri, dua gol Amad Diallo membenamkan PAOK FC. Di Liga Inggris, MU asuhan Ruudtje juga menahan imbang Chelsea. Itu kelihatan biasa saja. Tapi The Blues musim ini lagi ngeri-ngerinya cuy. Lihat saja di tabel klasemen, Chelsea yang di posisi tiga jaraknya sangat jauh dari MU yang berada di bawah Bournemouth.
4 games.
3 wins.
11 goals scored.
3 goals conceded.
2 clean sheets.
UNDEFEATED.Stepped in and made himself and all of us proud.
Thank you, Ruud van Nistelrooy. ❤️ pic.twitter.com/hCpO1ed48s
— UF (@UtdFaithfuls) November 10, 2024
Dejavu Era Michael Carrick
Jika ditotal, Ruud van Nistelrooy memimpin United dalam empat laga, dan tak satu pun menelan kekalahan. Ini sekali lagi, dejavu bagi Manchester United. Setan Merah pernah mengalami hal serupa, tepatnya ketika dilatih sementara oleh Michael Carrick.
Mari kita mundur sejenak di ujung tahun 2021. November tahun tersebut, MU memecat Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer setelah kekalahan menghinakan atas Watford. Seruan untuk memecat Ole sendiri sudah menggema jauh-jauh hari.
Carrick yang jadi asistennya pun menggantikan sementara. Di tengah gejolak isu soal siapa pengganti Ole, di situlah Carrick bekerja. Ketenangan dan kejelian sewaktu jadi gelandang dimanfaatkan ketika menjadi pelatih sementara.
✅ 2-0 vs. Villarreal, lolos 16 besar UCL
🤝 0-0 vs. Chelsea
✅ 3-2 vs. Arsenal👋 Michael Carrick mengumumkan mengundurkan diri dari jabatan manager Manchester United. 👏 pic.twitter.com/sCLRiESr6e
— Extra Time Indonesia (@idextratime) December 3, 2021
Carrick memimpin selama 12 hari saja. Di 12 hari itu, MU melakoni tiga laga. Hebatnya tak satu pun kalah. Di tiga laga itu, dua kali United memetik kemenangan dan sekali imbang. Carrick melatih saat United menempeleng Villarreal di markasnya sendiri di fase grup Liga Champions tahun 2021.
Kemenangan ini sekaligus membuat Carrick menciptakan rekor. Menurut Opta, Carrick menjadi manajer Inggris yang memenangi pertandingan pertamanya saat menangani Manchester United sejak 1931. Carrick memecahkan rekor yang sudah bertahan 90 tahun!
Kiprah Carrick juga diwarnai dengan kemenangan atas Arsenal. Sayangnya, Carrick tak mau bertahan lebih lama di United. Termasuk ketika manajer baru, Ralf Rangnick datang.
MU di Tangan Rangnick
Nah, untuk Rangnick sendiri ini agak sulit ditentukan. Apakah ia manajer interim atau bukan. Pada waktu itu, kalau tidak salah, MU ingin menjadikan Rangnick direktur olahraga. Namun, karena kandidat untuk mengisi kursi manajer belum ada, Rangnick mengambil alih sementara. Mungkin Rangnick cocok disebut manajer semi-tetap.
Ralf Rangnick bertahan cukup lama, sekitar setengah musim. Tapi jangankan naik jabatan, diberi kesempatan menjadi manajer semi-tetap saja, Rangnick tak kuasa. Di laga pertama, betul bahwa Rangnick membawa United mencuri kemenangan atas Crystal Palace.
An afternoon of firsts for Ralf Rangnick!
First game ✔️
First goal ✔️
First win ✔️#MUFC | #MUNCRY pic.twitter.com/WLxItQvSO6— Manchester United (@ManUtd) December 5, 2021
Tetapi setelah itu, isinya cuma kekacauan. Rangnick yang punya persentase kemenangan hanya 32,29% menurut Forbes, jauh lebih rendah dari manajer United sebelumnya. Pelatih yang dijuluki bapak gegenpressing itu malah menyebabkan MU finis di posisi enam di Premier League, terlempar dari FA Cup oleh Middlesbrough, dan didepak Atletico Madrid di UCL.
Rangnick pun malah tidak melanjutkan pekerjaan di Manchester United. Setan Merah lalu menunjuk Erik ten Hag sebagai manajer tetap. Tak perlu dijelaskan lagi betapa kempas-kempisnya MU dilatih Ten Hag.
Ole Gunnar Solskjaer
Yang lebih ironis pernah dialami Ole Gunnar Solskjaer. Banyak yang bilang, Ole lebih baik menjadi pelatih sementara daripada menjadi pelatih tetap. Kenyataannya ditunjuk menjadi pelatih tetap, MU asuhan Ole lebih sering dicibir.
Di era Ole sebagai manajer tetap, Setan Merah acap kali digampar oleh tim-tim kecil seperti Everton, Cardiff City, Bournemouth, Watford, Astana, Leicester, hingga AS Roma. Tak mengejutkan jika poin rata-rata yang diperoleh Ole ketika menjadi pelatih tetap United hanya 1,79 menurut Transfermarkt.
Ole Gunnar Solskjær holds his hands up to the away Manchester United fans after they’re thrashed 4-1 at Watford pic.twitter.com/pTzaPHjh2l
— Sky Sports News (@SkySportsNews) November 20, 2021
Padahal waktu jadi pelatih sementara, duhai sedap sekali MU asuhan Ole. Itu terjadi pada tahun 2018. Kala itu, United memecat Jose Mourinho yang, walaupun juara Liga Eropa, dianggap tidak cukup baik. Mourinho hanya bisa menulari rasa pesimisme di ruang ganti. Ia dianggap hanya membuat para pemain jengkel dan frustrasi.
Ole yang bukan asisten Mou diangkat jadi caretaker manajer. Pada saat itu, Ole membangun tim dengan Paul Pogba sebagai porosnya. Di masa-masa akhir kepemimpinan Mourinho, Pogba tak terpakai. Padahal menurut Ole, Pogba adalah aset bagi United. Apalagi kepemimpinan Ole sebagai manajer sementara bertepatan dengan Pogba yang baru meraih Piala Dunia.
Paul Pogba has been directly involved in nine goals in the six games across all competitions he has played for Man United under Ole Gunnar Solskjær:
⚽ 5 goals
🎯 4 assistsBack to his old self. pic.twitter.com/6C6IA6lzfT
— Squawka (@Squawka) January 19, 2019
Seketika dalam 11 laga pertama dilatih sementara Ole, MU tidak terkalahkan. Dari segi poin per laga, Ole versi pelatih sementara lebih baik dari Ole versi pelatih tetap. Yakni 2,32 menurut Transfermarkt.
Ryan Giggs
Tuah pelatih sementara juga pernah dialami Ryan Giggs. Cerita itu dimulai ketika David Moyes dipecat. Manajer yang dijuluki The Chosen One itu mungkin dipercaya Sir Alex tapi tidak dengan keluarga Glazer. Selama melatih, Moyes hanya menelurkan rekor-rekor negatif.
Dari rekor kandang terburuk sejak 1978, poin terendah dalam sejarah Liga Inggris, dan gagal lolos ke UCL. Itu cukup membuatnya dipecat. Lalu Ryan Giggs menggantikan sementara. Namun, statusnya adalah pemain-manajer. Ia menjadi pemain-manajer pertama Manchester United.
Manchester United down Hull City 3-1 as Ryan Giggs brings himself on & possibly plays his final game at Old Trafford pic.twitter.com/Bht11a96dQ
— ESPN FC (@ESPNFC) May 6, 2014
Tapi hanya di laga menghadapi Hull City saja, Giggs menjalani dua peran sekaligus. Di tiga laga sisanya, Giggs menjadi manajer sementara penuh. Selama itu, MU hanya kalah sekali saja, yakni menghadapi Sunderland. Setelah empat laga, Giggs beralih menjadi asisten manajer.
Itu ketika MU mendapat pelatih tetap, Louis Van Gaal. Nah, sindrom bapuk di tangan pelatih tetap pun bekerja lagi. MU kurang menggigit di tangan Van Gaal. Belum lagi Van Gaal merantai para pemain dengan taktik pakem.
10 Years Ago Today:
Ryan Giggs and Louis van Gaal look on as Manchester United beat LA Galaxy 7-0.
A legendary player teaming up with a top-level Dutch manager sounds very familiar 🤣 pic.twitter.com/kQQZXtpFfD
— 𝘾𝙖𝙣𝙩𝙤𝙣𝙖 𝘾𝙤𝙡𝙡𝙖𝙧𝙨 – aka Larry 🇾🇪 (@Cantona_Collars) July 23, 2024
Hal itu pun membuat United kurang agresif, dan ujungnya seret gol. Lihat saja di musim 2015/16. MU memang juara Piala FA, tapi hanya finis di posisi kelima Liga Inggris dan jumlah golnya bahkan kalah dari Everton yang finis di posisi 11.
Ke depan Manchester United akan ditangani pelatih tetap yang baru, setelah tampil apik bersama Ruud van Nistelrooy. Biasanya setelah bagus ditangani pelatih sementara, Setan Merah akan menemui ujian berat di tangan pelatih tetap yang baru. Apakah Ruben Amorim bisa mengatasinya?
Sumber: Independent, WestMeathIndependent, UnitedinFocus, SkySports, iNews, TheGuardian, Forbes