Tagar Allegri Out kembali mengemuka seiring dengan beberapa hasil minor Juventus di awal musim. Tak heran jika tagar itu menggema seiring performa permainan pasukan Si Nyonya Tua tak banyak berkembang.
Allegri kini sedang menjadi bulan-bulanan publik Turin. Banyak hal yang harus dibenahi oleh La Vecchia Signora musim ini, kalau memang Allegri masih ingin selamat.
El inicio de temporada de la Juventus:
Juve 3-0 Sassuolo ✅
Sampdoria 0-0 Juve ⭕
Juve 1-1 Roma ⭕
Juve 2-0 Spezia ✅
Fiorentina 1-1 Juve ⭕
PSG 2-1 Juve ❌
Juve 2-2 Salernitana ⭕
Juve 1-2 Benfica ❌2 victorias en 8 partidos. Tiene trabajo Allegri. #Juve pic.twitter.com/pOOQe4ewe3
— Fútbol Total (@FT_Total) September 14, 2022
Pengulangan Musim Lalu
Flashback terlebih dahulu ke musim lalu, ketika Allegri datang menggantikan Pirlo yang dianggap gagal meskipun sempat membawa trofi bagi Juve. Allegri ditunjuk manajemen demi mengembalikan performa Juventus seperti ketika ia pernah mengantarkan Juve 5 kali Scudetto dan 2 kali masuk final Liga Champions.
1 July 2021, From today Max Allegri is officially the new Juventus coach (again). Welcome back Legend. ⚫️⚪️#juvelive pic.twitter.com/DvkuAr6NaP
— Forza Juventus (@ForzaJuveEN) July 1, 2021
Pada musim pertamanya di Juventus, Allegri tampak keteteran. Walaupun Juventus telah memberikan apa yang Allegri inginkan. Seperti memboyong Vlahovic, Zakaria, Moise Kean, maupun Kaio Jorge. Ia juga sudah mendepak tak sedikit pemain yang tidak diinginkan di musim pertamanya melatih Juventus, seperti Cristiano Ronaldo, Ramsey, Kulusevski, hingga Bentancur.
Artinya, Allegri tau apa yang dibutuhkan tim. Harapan pun seketika muncul terhadap apa yang dilakukan Juve di bursa transfer. Sayangnya, harapan itu sepertinya hanya tinggal kenangan. Kemerosotan di awal musim, serta tak satu pun gelar di akhir musim menjadi rapor minor Allegri di musim pertamanya.
Namun, hasil itu mungkin dapat dimaklumi ketika Juve berhasil masuk posisi 4 besar musim lalu. Toh, itu juga masih musim pertamanya Allegri. Bagaimanapun ia harus diberi kesempatan lagi di musim keduanya untuk lebih matang menunjukkan kemampuannya.
Pada musim kedua Allegri, seharusnya tak ada lagi cerita ia tak bisa melakukan perubahan. Dari segi operasi transfernya pun diperbaiki. Allegri dan manajemen Juve banyak berkutat di bursa transfer demi menyempurnakan tim. Pogba, Di Maria, Kostic, Milik, Bremer, sampai Paredes didatangkannya ke Turin. Di sisi lain nama-nama pemain seperti De Ligt, Chiellini, Bernardeschi, Dybala, Arthur, sampai Zakaria, menjadi deretan pemain yang didepaknya.
The summer mercato has closed! A pretty impressive haul for #Juventus financed mainly by free transfers 💰 from the #DeLigt sale. #DiMaria, #Pogba, #Paredes, #Milik, #Kostic, #Bremer, #Gatti (and #Cambiaso not in the pic but sent on-loan to Bologna). 🔥 What do you rate it? pic.twitter.com/4BDA5jKugx
— SiGN⚽️RE CALC10 🏟 (@SignoreCALC10) September 1, 2022
Operasi transfer yang dilakukan Juventus sedikit banyak dipengaruhi atas pilihan Allegri. Ia memang diberi kewenangan untuk itu. Dengan alasan, apabila sudah diberi kewenangan tidak ada alasan lagi bagi Allegri untuk tidak membawa Juventus ke arah yang lebih. Namun ironi, hasilnya ternyata tak jauh berbeda dari musim lalu.
Di tangan Allegri, Juventus kembali terseok-seok di awal musim. Bahkan tidak hanya di kancah domestik. Di Liga Champions, Juventus juga bernasib nelangsa. La Vecchia Signora kalah dua kali beruntun di Liga Champions. Hal itu membuat kisah kegagalan musim lalu kembali membayang-bayangi Allegri. Lantas, apa yang salah dari Allegri?
Taktik Allegri Yang Dipertanyakan
Ya, dari pertanyaan itu muncul jawaban di benak publik, terutama fans Juventus. Banyak yang mengatakan bahwa gaya permainan Allegri benar-benar sudah usang. Permainan Allegri juga membosankan untuk dilihat. Ia cenderung masih mempraktekkan gaya sepakbola bertahan.
Belum lagi Allegri masih buntu dalam menyusun formasi Juventus. Ia masih sering berubah-ubah dalam hal formasi. Dari delapan laga awal yang dijalani, baik di Serie A maupun Liga Champions, Allegri sudah menerapkan empat formasi yang berbeda. 4-4-2, 4-3-3, 4-2-3-1 hingga terakhir 3-5-2. Hasilnya, tentu saja tidak konsisten.
Perubahan formasi itu bukan menunjukkan kekayaan taktik Allegri, melainkan justru memperlihatkan betapa si pelatih belum menemukan sistem yang cocok. Terlebih apa yang dihasilkan dari formasi itu cenderung buruk. Seharusnya di musim keduanya ini sudah ada sistem paten yang cocok, bukan malah mencoba-coba formasi baru yang hasilnya malah mengecewakan.
Alhasil Allegri pun menuai banyak kritik, bahkan dari pemainnya sendiri. Mantan pemainnya seperti Alvaro Morata dan Giorgio Chiellini sudah mengkritik taktik Allegri dari musim lalu. Kejadian itu terjadi ketika kedua pemain itu sedang bermain e-Football yang dianggapnya membosankan. Dari situ muncul celetukan bernada sindiran yang mengarah ke pelatih Allegri, yakni dengan menyamakan permainan membosankan itu seperti taktik negatif yang diterapkan pelatihnya.
An uninspiring first half of an eFootball match between Juventus teammates led to Alvaro Morata and Giorgio Chiellini joking about Massimiliano Allegri’s tactics. https://t.co/3l8kFERdkR #Morata #Chiellini #Juventus #Allegri #SerieA #Calcio
— footballitalia (@footballitalia) May 20, 2022
Pria kelahiran Livorno itu juga mendapat kritik dari seniornya, Fabio Capello. Capello baru-baru ini berbicara setelah melihat Juve bermain imbang atas Fiorentina. Menurut Capello, Juve tak lebih dari klub medioker yang mencari hasil imbang dengan cara bertahan saja. Capello mengatakan bahwa taktik bertahan Allegri itu tak cocok lagi diterapkan di era modern sekarang ini.
Fabio Capello says Max Allegri’s Juventus ‘can’t play like this’ and questions the coach’s decision to leave Dusan Vlahovic on the bench against Fiorentina. https://t.co/9pkYaE9tg8 #Juve #Juventus #Allegri #Calcio #SerieA
— footballitalia (@footballitalia) September 5, 2022
Selain itu sempat juga viral taktik “sangkar burung” Allegri ketika Juventus bermain imbang melawan Sampdoria. Bagaimana para pemain Juventus ketika itu ter-capture di lapangan seperti membentuk pola “sangkar burung” dalam membangun serangan. Terlepas dari tujuan sebenarnya Allegri menggunakan format itu, yang jelas yang demikian tidak menghasilkan apa-apa.
Taktik “kandang burung” unik Allegri, saat laga Sampdoria vs Juventus.
Laga berakhir imbang 0-0 pic.twitter.com/HLOXY8mJTx
— Fakta Bola ⚽ (@FaktaSepakbola) August 23, 2022
Dan yang tak kalah menarik adalah ketika Angel Di Maria dibuat bingung sendiri dengan apa yang dilakukan Allegri ketika mengganti Arkadiusz Milik pada partai melawan Benfica di Liga Champions. Bagaimana bisa, seorang penyerang senior pencetak gol pertama Juve, malah ditarik di babak kedua dengan seorang gelandang muda saat kondisi seri. Padahal Juve sedang gencar-gencarnya mencari gol kemenangan ketika itu.
In video:pic.twitter.com/EDbrIhLmEo https://t.co/vnQNncz1j3
— Juve Canal (@juve_canal) September 14, 2022
Sikap Allegri dan Manajemen
Namun, beberapa kejadian tersebut tak membuatnya jera dan malah bersikap santai. Di tengah desakan publik menyuruhnya keluar dari Turin yang menguat akhir-akhir ini, ia malah menanggapinya dengan mengatakan, “Saya merasa bagian dari solusi, saya harus terus mencari solusi bagi Juve”.
Max Allegri post-match press conference:
“I feel part of the solution, I must find a solution.” pic.twitter.com/ekfirUvpYd
— Juventini Indonesia (@JCIndonesia) September 15, 2022
Sikap kepedean Allegri itu ditambah dengan sikap manajemen yang kelihatannya masih adem ayem saja ketika ada desakan kuat publik terhadap pemecatan Allegri. Pasalnya, secara hitung-hitungan, ternyata pemecatan itu hanya akan merugikan bagi manajemen.
Dengan mendepak Allegri sekarang, Juventus bisa kehilangan 52 juta euro atau setara Rp776 miliar sebagai biaya kompensasi pemecatan. Karena bagaimanapun, Allegri ini masih terikat kontrak hingga 2025.
Maurizio Arrivabene jokingly asked a fan if he’d pay for Max Allegri’s replacement yesterday, but Juventus‘ finances really are the main issue for the Serie A giants, should they decide to sack their boss. https://t.co/A5XbuAsjsW #Juve #Juventus #Allegri #Calcio #SerieA
— footballitalia (@footballitalia) September 15, 2022
Hal itu baru satu masalah. Masalah selanjutnya adalah mengeluarkan dana ekstra buat menggaji calon pengganti Allegri. Nama-nama beken yang banyak beredar dan digadang-gadang publik sebagai calon pengganti Allegri, seperti Thomas Tuchel atau Zinedine Zidane tentu memiliki standar pembayaran gaji yang tinggi.
Maka dari itu, tampaknya CEO mereka, Arrivabene mengindikasikan bahwa Juve mungkin masih akan mempertahankan Allegri sekarang, walaupun di tengah performa buruknya. Klub hanya bisa berharap Allegri mundur dari jabatannya secara sukarela dan mengikhlaskan gaji untuk sisa 4 tahun kontraknya dihapus.
Juve fan: “Allegri out”
Arrivabene: “Do you pay the person (manager) who comes after him?”pic.twitter.com/rzv2Bffldy
— Juve Canal (@juve_canal) September 14, 2022
Kalau tidak, solusi kedua mungkin dengan merundingkan besaran pesangon yang disanggupi antara kedua pihak ketika memutus kontrak kerja sama. Atau mungkin dengan menunjuk pelatih baru yang biasa-biasa saja dan secara gaji tak terlalu mahal. Lalu pertanyaannya sekarang, apakah dengan segala solusi itu akan segera membawa perubahan yang terbaik bagi Juventus?
https://youtu.be/GMtBXXuPc3Y
Sumber Referensi : footballitalia, mirror, dailymail, footballtransfer