Jungkir Balik Karier Si Labil Kylian Mbappe

spot_img

Nama Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi selalu diperdebatkan jika muncul pertanyaan “Siapa yang terbaik di dunia sepakbola?”. Namun, bagi sebagian orang termasuk Kylian Mbappe, enggan terlibat dalam perdebatan itu. Di hatinya, jelas Ronaldo diatas segalanya. Memang, banyak pemain yang diidolakan oleh Mbappe. Tapi Cristiano Ronaldo spesial bagi perkembangan karir Mbappe.

Baginya, CR7 adalah panutan sekaligus dewa dalam sepakbola. Beberapa sikap Mbappe yang tidak suka dengan minuman-minuman beralkohol dan produk lainnya yang tidak baik bagi kesehatan juga karena mengikuti jejak sang idola. Bagi Mbappe, memiliki sosok yang terus menginspirasi sangat penting bagi kelangsungan karir sepakbolanya.

Lahir dari Keluarga Imigran

Tepat enam bulan setelah Timnas Prancis menjadi juara dunia di negeri sendiri, tangisan pertama bocah yang bernama lengkap Kylian Mbappe Lottin menggema di salah satu rumah sakit di daerah bernama Bondy. Suatu komune yang terletak 10,9 km dari pusat Kota Paris. Mbappe lahir dari pasangan Wilfried Mbappe dan Fayza Mbappe. Ayah Mbappe berasal dari Kamerun, sementara sang ibunda merupakan wanita keturunan Aljazair. 

Seolah memang terlahir untuk menjadi pesepakbola, Mbappe sudah sangat akrab dengan bola sejak dalam kandungan. Ayahnya merupakan seorang pelatih akademi di salah satu klub amatir di Bondy. Sementara, ibunya adalah mantan atlet bola tangan. Tak heran apabila bola menjadi bagian dari hidupnya kelak.

[Mondial 2022] W. Mbappé : “Kylian toujours épanoui, peu importe où il joue”

Ayah Mbappe: “Anakku Kylian memiliki gairah yang luar biasa terhadap sepakbola. Dia selalu bermain bola sepanjang hari. Dan dia bisa menonton 4 sampai 5 pertandingan sepakbola dalam seminggu.”

Mbappe yang bertumbuh di pinggiran Kota Paris sangat menyukai sepak bola. Bahkan menurutnya, sekolah, keluarga, dan banyak teman tidak lebih penting daripada sepak bola. Setiap pulang sekolah ayahnya selalu mengajari Mbappe teknik-teknik dasar dalam bermain sepakbola.

Dari mulai passing, mengatur nafas, hingga bagaimana cara melewati lawan dalam situasi satu lawan satu. Ayahnya seakan ingin membentuk karakter Mbappe sebagai seorang atlet profesional. Pria asal Kamerun itu tak mau anaknya bernasib sama sepertinya yang hanya mentok berkarir di klub amatir. Ia ingin Mbappe lebih besar dari itu. Bahkan yang terbaik di dunia jika itu memungkinkan.

Anyway, Kylian Mbappe bukan anak satu-satunya. Ia memiliki dua saudara, yaitu Jirès Kembo Ekoko dan Ethan Mbappe. Ekoko berusia 10 tahun lebih tua darinya dan merupakan anak yang diadopsi oleh sang ayah. Sementara Ethan Mbappe yang tujuh tahun lebih muda darinya, kelak akan dididik keras untuk menekuni dunia yang sama dengan Kylian Mbappe.

AS Bondy dan Clairefontaine

Pemain yang kini berusia 25 tahun itu memulai karir juniornya bersama klub lokal, AS Bondy. Klub yang mempekerjakan ayahnya sebagai pelatih akademi. Lahir dari keluarga sepakbola membuat Mbappe tak bisa lepas dari privilege sang ayah. Berkat akses yang dimiliki oleh ayahnya, Mbappe bisa mengenyam pendidikan sepakbola sejak usia enam tahun.

Sejak kecil, Kylian Mbappe sudah banyak membuat teman sebayanya iri. Bukan hanya soal memiliki akses menuju akademi AS Bondy, tapi juga soal pencapaian yang diperolehnya. Bersama AS Bondy, Mbappe telah meraih berbagai penghargaan dan trofi yang ukurannya hampir setengah tubuhnya. Mbappe muda memang sudah terlihat lebih mencolok dari pemain-pemain lain. Itu membuatnya dipandang sebagai masa depan sepakbola Prancis.

Setelah menunjukan talentanya di Bondy, Mbappe dipanggil untuk masuk akademi Clairefontaine. Akademi tersebut adalah salah satu tempat di mana talenta-talenta muda berbakat Prancis lahir. Mendapat tawaran itu, ayah dan ibu Mbappe pun tak pikir panjang untuk menyanggupinya. Mbappe yang berbakti kepada orang tua pun tak menolak demi mendapat fasilitas dan metode latihan yang lebih baik.

Setibanya di Clairefontaine, Mbappe langsung ditangani oleh pelatih akademi saat itu, Jean Claude Lafargue. Di bawah asuhan Lafargue bakat Mbappe mulai terarah. Sang pelatih banyak melakukan analisa terhadap sang pemain. Ialah yang menemukan posisi terbaik Kylian Mbappe.

Dari segi permainan, Mbappe pandai mengatur posisi untuk mencetak gol. Naluri dan pergerakan tanpa bolanya sangat mengesankan. Maka dari itu, Lafargue selalu mengingatkan bahwa Mbappe bisa bermain di seluruh pos lini serang. Termasuk di posisi penyerang tengah sekali pun. 

Lafargue bahkan menyebut kalau gaya bermain Mbappe seperti layaknya kombinasi dua pemain hebat, yakni Neymar dan Thierry Henry. Ia memiliki skill individu dan tetap tajam di mulut gawang. Namun, karena fisik Mbappe yang teramat kecil kala itu, Lafargue lebih menyarankan Mbappe untuk bermain di posisi sayap.

Trial di Chelsea dan Akhirnya Mendarat di Monaco

Kemunculan Mbappe di Clairefontaine terdengar hingga belahan bumi lain. Setelah lulus dari akademi Clairefontaine pada tahun 2011, klub-klub top Eropa berusaha mengontak Mbappe untuk menjalani trial. Salah satu yang berhasil adalah Chelsea. “Chelsea adalah tim pertama yang memberikannya kesempatan trial pada Mbappe. Kami melakukannya lebih dahulu sebelum Real Madrid,” ujar mantan pencari bakat Chelsea, Serge Daniel Boga kepada Express.

Walaupun sempat menjalani uji coba melawan Charlton, tapi potensi kepindahan Mbappe ke London Barat menemui kendala. Kala itu, ibu Mbappe menolak undangan trial kedua dan meminta Chelsea untuk menyodorkan kontrak profesional saat itu juga. Padahal Mbappe baru berusia sekitar sebelas tahun. Ibunya berkelakar kalau Chelsea tak mengontrak Mbappe sekarang, maka lima tahun kemudian harganya akan mencapai 50 juta euro.

Alhasil, Chelsea yang masih ragu dengan bakat Mbappe mengurungkan niatnya. Serge Daniel Boga beralasan Mbappe terlalu fokus untuk mencetak gol dan tak mau turun untuk bertahan. Itu jadi masalah yang cukup kompleks terlepas dari skill individunya yang memang di atas rata-rata.

Setelah ditolak mentah-mentah oleh Chelsea, ibunya yang berperan sebagai orang tua sekaligus agen mencarikan klub yang benar-benar serius menginginkan Mbappe. Karena masih muda, sang ibu memprioritaskan klub Prancis dan AS Monaco pun jadi pilihan yang paling realistis bagi Mbappe.

Pada tahun 2013, Mbappe akhirnya bergabung dengan skuad muda AS Monaco. Sebetulnya, Zinedine Zidane yang kala itu masih menukangi Real Madrid U-17 pernah mengundang Mbappe ke kamp latihan Madrid. Namun, karena alasan tertentu orang tuanya lebih mempercayakan Mbappe ke Monaco ketimbang Madrid. Toh, Monaco lebih dekat dengan Paris.

Di kesempatan yang singkat itulah Mbappe bertemu dengan Cristiano Ronaldo. Mbappe mengaku bahwa pertemuannya dengan sang legenda di kamp latihan Real Madrid itu banyak mengubah hidupnya. Ia sangat terinspirasi dengan sosok pemain asal Portugal tersebut. Namun, ia harus menjadi dirinya sendiri karena beban masa depan sepakbola Prancis ada di kedua pundaknya.

Mbappe Tumbuh dengan Mengidolakan CR7

Ya, seserius itu memang. Beda dengan anak-anak seusianya yang menjadikan sepakbola hal yang menyenangkan, Mbappe sudah meyakini bahwa sepakbola adalah jalan hidupnya. Ia enggan mencari cara lain untuk memperbaiki hidupnya selain melalui sepakbola. Ia bahkan berani mengorbankan masa mudanya demi mencapai level permainan yang diinginkan. 

Oleh karena itu, meski belum genap berusia 17 tahun karir Mbappe sudah terarah. Tekad yang kuat dan pengambilan keputusan yang berani ini ternyata terinspirasi dari kesuksesan idolanya, Cristiano Ronaldo. Setelah pertemuan di kamp latihan Real Madrid, Mbappe tak bisa lepas dari kehebatan Ronaldo di lapangan.

Layaknya seorang kekasih, Ronaldo memiliki ruang spesial di hati Kylian Mbappe. Kecintaannya terhadap CR7 bahkan tak lagi berada di level yang biasa-biasa saja. Sebagian besar publik sepakbola telah menyaksikan bukti otentik bahwa Mbappe benar-benar menjadikan Ronaldo pahlawan sepakbolanya.

Bahkan kita semua tahu sempat beredar foto-foto yang menampilkan kamar tidur sederhana Mbappé saat berusia 14 tahun. Dinding putih bersihnya telah dihiasi dengan guntingan, kliping serta poster-poster dalam berbagai ukuran. Dan hampir semuanya bergambar superstar Portugal tersebut kala masih berseragam Real Madrid.

Mbappe akan menghabiskan malam dengan memandangi poster pemenang lima Ballon d’Or tersebut. Ketika terbenam dalam lamunan, selalu terbesit dalam pikiran bahwa dirinya harus menjadi seperti Ronaldo suatu hari nanti. Bagi sebagian besar remaja yang terlecut semangatnya oleh Ronaldo, kesempatan untuk bertemu dengannya akan dianggap sebagai tujuan hidup. 

Namun, berbekal bakat, etos kerja yang tinggi, dan karier yang terarah; bertemu saja tak akan pernah cukup bagi Mbappe. Menjadikan Idolanya sebagai rival justru terdengar lebih menantang bagi pemain yang selalu dimirip-miripkan dengan tokoh kartun Donatello tersebut. Untuk mencapai level Ronaldo, Mbappe pun akhirnya mulai menumbuhkan mimpi agar bisa berseragam Real Madrid suatu saat nanti. 

Debut di AS Monaco

Keputusannya untuk bergabung dengan AS Monaco terbilang tepat. Lembaran baru bersama Monaco membantu Mbappe sedikit lebih dekat kepada mimpinya yakni bermain untuk Real Madrid. Kala itu Monaco dikenal sebagai pabriknya pemain muda. Mereka tak segan mengambil resiko untuk memainkan pemain-pemain jebolan akademi di kompetisi Ligue 1. Itulah yang dicari Mbappe.

Namun, akan terlalu ceroboh apabila AS Monaco langsung memberikan kesempatan untuk Mbappe. Di tahun-tahun awal, Mbappe lebih difokuskan untuk mempertajam skill dan kemampuannya untuk bermain secara kolektif. Sudah bergabung sejak 2013, setidaknya butuh dua tahun bagi Mbappe untuk menarik perhatian Leonardo Jardim selaku pelatih AS Monaco saat itu.

Musim 2015/16 jadi salah satu dari sekian musim paling berpengaruh bagi Mbappe. Leonardo Jardim banyak mengambil peran dalam kemunculan Mbappe di skuad utama AS Monaco. Pelatih asal Portugal itu yang mengontrol menit bermain para pemain muda termasuk Mbappe. 

Tercatat, ia sudah tampil bersama Monaco di usianya yang baru menginjak 16 tahun 347 hari. Mengalahkan rekor yang dipegang oleh Thierry Henry saat memulai debutnya bersama Monaco di usia 17 tahun 14 hari. Mengenai hal tersebut, Henry tidak pernah menyangka bahwa bocah yang pernah berfoto dengan dirinya itu akan memecahkan rekornya di AS Monaco.

Who would be FASTER, Kylian Mbappe or prime Thierry Henry? | AJ, Henry & Mbappe | The Ultimate Call

Thierry Henry: “Aku pernah bertemu dengannya (Mbappe) saat ia masih kecil, dia anak yang baik tapi cukup pendiam untuk anak seusianya. Kala itu, Mbappe menjadi pembicaraan banyak orang karena bakat yang ia miliki. Dia bisa merubah banyak hal di dunia ini melalui sepakbola.”

Selain kejelian Jardim dalam menyaring bakat dari akademi, dipromosikannya Mbappe ke skuad utama ternyata ada sangkut-pautnya dengan kepindahan Anthony Martial ke Manchester United, tahun 2015. Sebelum kita mengenal Mbappe, publik Monaco lebih mengenal Martial sebagai suksesor Thierry Henry. Karena memiliki posisi yang sama, maka Jardim menunjuk Mbappe untuk mengisi kekosongan yang ditinggal Martial. 

Setelah 14 penampilan di tim utama AS Monaco pada musim 2015/16, Kylian Mbappe mencatatkan satu gol dan satu assist. Itu sudah cukup untuk membuatnya masuk ke skuad Timnas Prancis yang akan berlaga di Piala Eropa U-19.

Membangun Reputasi

Musim pertama, Mbappe belum banyak mendapat kesempatan di skuad utama AS Monaco. Tapi itu jadi langkah awal sebelum akhirnya menjadi andalan di AS Monaco musim 2016/17. Leonardo Jardim sudah tak ragu lagi untuk memainkannya. Meski tak selalu menjadi starter.

Permainan Mbappe terbilang efektif. Ketika diberi kesempatan, ia selalu menyajikan performa yang maksimal. Tak jarang, penampilannya tersebut membuahkan gol dan assist. Bahkan, ia pernah diberikan waktu 13 menit saja saat menghadapi Nancy. Tak dinyana, dalam waktu sesempit itu ia mampu menciptakan satu gol dan satu assist.

Di usia yang masih 18 tahun, Mbappe menjadi fenomena tersendiri bagi publik Monaco. Kontribusi 15 gol dan 11 assist yang diciptakan dalam 29 pertandingan mengantarkan AS Monaco menggulingkan dominasi Paris Saint-Germain di Liga Prancis musim 2016/17. Apalagi waktu itu AS Monaco sedang bermekaran pemain-pemain hebat.

Bernardo Silva, João Moutinho, Fabinho, hingga Thomas Lemar menjadi pondasi skuad Monaco. Kala itu Mbappe juga dimentori oleh Radamel Falcao yang sudah kenyang pengalaman di sepakbola Eropa.

Mbappe banyak mendapat ilmu dan advice dari Falcao. Pemain keturunan Aljazair itu diajari bagaimana menyikapi bek-bek lawan yang jauh lebih berpengalaman darinya. Mbappe juga diajarkan bagaimana cara tetap bersikap dewasa kala menghadapi pemain lawan yang gemar memancing emosi.

Kesuksesan Mbappe tak berhenti di Ligue 1. Tapi juga Liga Champions. Mbappe dan kawan-kawan berhasil menembus babak semifinal. Dari sembilan laga yang dimainkan olehnya, Mbappe mencetak enam gol. Dua diantaranya dicetak ke gawang Manchester City. Jelas, itu membuat lampu sorot langsung mengarah padanya. 

Tak ada orang yang tak membicarakan bakatnya. Peningkatan karir yang begitu cepat membuat keberadaannya bak sebuah pertanda bahwa era Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi akan segera tutup buku.

Diminati Madrid

Penampilan bocah 18 tahun itu menimbulkan kegaduhan di bursa transfer musim panas 2017. Beberapa klub papan atas seperti Manchester United, Arsenal, Chelsea, PSG, Barcelona hingga klub impian Kylian Mbappe itu sendiri, yaitu Real Madrid rela saling sikut guna mendapatkan tanda tangannya.

Mbappe senang bukan kepalang kala sang agen yang tidak lain ibunya memberitahu kalau Real Madrid adalah satu dari sekian klub yang menghubunginya. Pemilik gelar Liga Champions terbanyak di Eropa itu bahkan siap memasukkan Mbappe dalam daftar pemain termahal dunia.

Tanpa pikir panjang, Mbappe meminta ibunya untuk memprioritaskan Madrid. Namun, ibunya tidak menelan mentah-mentah permintaan sang anak. Ia tahu apa yang terbaik buat putranya. Alhasil, Fayza tetap mengizinkan klub-klub lain untuk bernegosiasi dengannya. Situasi ini pun dimanfaatkan oleh Paris Saint-Germain.

Perwakilan Madrid dan PSG pun menemui pihak AS Monaco dan ibu Mbappe. Lantas bagaimana dengan klub-klub lain? Minder. Melihat dua klub dengan kekuatan finansial yang dahsyat macam PSG dan Madrid sudah turun tangan, klub lain seperti Barcelona dan Manchester United pun angkat tangan. Mereka tahu arah negosiasi akan ke mana. Ya, pasti UUD, ujung-ujungnya duit.

Apalagi Fayza dengan enteng meminta 180 juta euro bagi siapa pun yang inginkan Mbappe. Itu sama saja dengan Rp3 triliun lebih bila disesuaikan dengan kurs sekarang. Fayza menyadari bahwa putranya terlalu muda untuk bandrol segitu, tapi ia juga paham betul bahwa potensi anaknya bisa mencapai angka yang mungkin jauh lebih besar di kemudian hari.

Mendengar angka segitu, Madrid pun mulai goyah. Florentino Perez malah membantah ketertarikan klub terhadap Mbappe. Menurut sang presiden, Real Madrid harus bersabar dalam merekrut pemain yang masih berusia muda. Perez bahkan membandingkan Mbappe dengan talenta yang dimiliki Zinedine Zidane awal tahun 2000-an.

🗣 Florentino Perez on Mbappe not signing for Real Madrid.

Florentino Perez: “Saya tahu kalau Zidane sudah berbicara dengan AS Monaco. Namun, sangat sedikit pemain seumurannya yang mendapat tempat di Real Madrid. Zidane saja bergabung ke klub ini ketika berusia 28 tahun. Jika Zidane meminta saya untuk merekrutnya, dia harus memastikan terlebih dahulu akan memainkan Mbappe secara reguler.”

Real Madrid memang tertarik dengan apa yang dimiliki Mbappe. Tapi mereka tak mau sembrono menginvestasikan uang. Toh, skuad Real Madrid kala itu masih dihuni oleh trio Benzema, Bale, dan Cristiano.

Upaya PSG

Berbeda dengan Real Madrid, PSG justru kian pede untuk mendapatkan Mbappe. Selain tak ingin membiarkan AS Monaco makin kuat, tim scouting PSG telah mencatat bahwa Mbappe masih bisa berkembang jauh lebih baik lagi. Di Monaco, mungkin Mbappe baru menunjukan 50% kemampuannya saja.

PSG mulai menyiapkan siasat untuk mengakali biaya transfer yang teramat tinggi. Sebab, klub Prancis tersebut baru saja menebus klausul pelepasan Neymar dari Barcelona senilai 222 (Rp3,7 triliun). Situasi ini membuat PSG berada di momen “maju kena mundur kena.” 

Anyway, mengandalkan dukungan dari pemerintahan Qatar, PSG sebetulnya bisa saja membayar 180 juta euro secara kontan kepada Monaco. Namun, itu sama saja tindakan bunuh diri karena UEFA pasti akan langsung menyikat PSG dengan asas pelanggaran peraturan Financial Fair Play.

Alhasil, PSG mengakalinya dengan cara mengubah kesepakatan yang awalnya pembelian menjadi pinjaman satu musim dengan wajib membeli di akhir musim. Mbappe pun tidak menutup pintu untuk PSG. Ia mengaku klub tersebut menawarkan proyek dan visi-misi yang sama dengannya. Dengan kata-kata manis, PSG menjanjikan peran krusial, trofi setiap tahun, serta banyak hal positif lainnya. Bahkan, mereka menjanjikan gelar juara Eropa dalam satu atau dua musim mendatang.

Banyak Gelar, Tapi Tak Pernah Cukup

Negosiasi pun berakhir. Mbappe resmi bergabung dengan PSG dalam kesepakatan pinjaman satu musim. Seperti yang sudah dijanjikan, musim 2017/18 Mbappe langsung menjadi pilihan utama di skuad Unai Emery. Ia mencatatkan 2000 lebih menit bermain dan mencetak 21 gol serta 16 assist di semua kompetisi untuk PSG. 

Itu menandakan bahwa dirinya bukanlah one season wonder. Performa menawan bersama PSG bahkan mengantarkan Mbappe ke skuad utama Timnas Prancis yang akan berlaga di Piala Dunia 2018.

Prancis punya tradisi unik mengumumkan skuad melalui televisi. Mbappe dan keluarganya yang menonton dari rumah pun bersorak kegirangan kala namanya keluar dari mulut Didier Deschamp.

Mbappe tak menyangka kesempatan tampil di turnamen antarnegara paling besar di dunia itu akan datang secepat ini. Satu lagi mimpi Mbappe jadi kenyataan. Ia akan bergabung dengan pemain-pemain terbaik yang dimiliki Prancis guna berjuang di putaran final Piala Dunia 2018.

Mengenakan nomor punggung 10 yang sebelumnya pernah dikenakan oleh Zinedine Zidane, Mbappe memberikan kontribusi besar terhadap Timnas Prancis. Di turnamen tersebut ia mencetak empat gol. Mbappe menggila di laga kontra Argentina dan berhasil mencetak gol penting di laga final kontra Kroasia. Golnya itu bahkan membantu Les Bleus mengunci gelar juara dunia kedua mereka.

Dunia pun kembali tertuju pada Mbappe. Publik menyadari kemampuan hebat yang sebenarnya dimiliki oleh penyerang PSG tersebut. Belum genap 20 tahun, Mbappe sudah menaklukan dunia di saat idolanya saja belum pernah merasakan kesuksesan itu. 

Kendati terus meraih gelar domestik bersama PSG, Mbappe belum merasa puas karena tujuannya untuk bermain di Real Madrid dan menjuarai Liga Champions belum tercapai. Selama beberapa musim setelahnya, PSG selalu gagal di UCL. Meski sudah berganti pelatih dan melakukan bongkar pasang skuad, PSG tetap saja kesulitan untuk menggondol Si Kuping Besar.

Banyak Menuntut 

Janji manis PSG kepada Kylian Mbappe sudah dianggap hutang yang harus dibayar. Alhasil, pemain berpaspor Prancis itu jadi pribadi yang banyak menuntut agar PSG lekas mewujudkan impiannya. Salah satu yang paling ketara adalah Mbappe yang mulai ikut campur mengenai keputusan klub dalam jual beli pemain dan pemilihan pelatih.

Mbappe yang nyaman bermain di posisi sayap selalu menuntut PSG untuk mendatangkan pemain-pemain yang memiliki DNA UCL dan striker tajam untuk menunjang performa tim baik di liga maupun Liga Champions. Konon, kedatangan Mauro Icardi, Randal Kolo Muani, Goncalo Ramos, Georginio Wijnaldum, Sergio Ramos, hingga Keylor Navas disinyalir untuk memenuhi ambisi tersebut.

Terlalu ambisius juga mempengaruhi sifatnya di lapangan. Mbappe jadi pemain yang moody. Suasana hatinya gampang berubah layaknya wanita yang sedang datang bulan. Kadang bisa bermain secara kolektif bersama tim, tapi tak jarang pula dirinya bermain egois dan ngambek kalau tak diberi umpan.

Momen itu sempat terekam kembali kala PSG menghadapi Montpellier awal musim 2022/23. Pada babak pertama, Kylian Mbappe tampak kehilangan selera bertanding. Sebab, Vitinha yang sedang menginisiasi serangan balik memilih mengoper bola ke Lionel Messi, bukan kepada Kylian Mbappe yang membuat pergerakan di sektor kiri.

Makin ekstrim ketika Mbappe secara terang-terangan meminta klub untuk mendatangkan Luis Campos yang memang memiliki kedekatan dengannya waktu masih di AS Monaco. Dengan adanya Campos selaku penasehat transfer, Mbappe lebih leluasa untuk menunjuk mana pemain yang mesti dijual dan mana pemain yang harus didatangkan. 

Yang sempat geger diberitakan adalah saat Mbappe meminta PSG menjual Neymar. Ya, Mbappe dan Neymar memang terkenal tak pernah akur di PSG. Mereka bahkan jarang terlihat menghabiskan waktu bersama layaknya pemain-pemain lain. Namun, permintaan yang satu ini belum bisa dikabulkan lantaran PSG menilai bahwa Neymar masih memiliki daya tarik jika berada di PSG.

Kepindahannya ke Madrid Dihalangi

Sayangnya, segala upaya yang sudah dilakukan PSG tak kunjung membuahkan hasil. Kylian Mbappe tetap saja gagal menjuarai Liga Champions. Prestasi terbaiknya paling hanya mencapai final di musim 2019/20. Di tengah pandemi Covid-19, mereka disingkirkan oleh Bayern Munchen asihan Hansi Flick.

Kegagalan ini membuat Mbappe geram. Ia ingin segera hengkang dan bergabung dengan Real Madrid. Tim impiannya yang memang memiliki peluang lebih besar untuk menjuarai Liga Champions. 

Ketika memasuki musim 2021/22, Mbappe sudah mengisyaratkan tak mau memperpanjang kontraknya bersama PSG. Mbappe memilih untuk tersedia sebagai free agent di musim panas 2022. Sebagian besar pengamat sepakbola mengira bahwa ini adalah ending dari penantian Real Madrid. 

Namun, perkiraan itu salah. Tawaran senilai 220 juta euro dari Madrid ditolak mentah-mentah oleh PSG. Dalangnya siapa lagi kalau bukan Nasser El-Khelaifi. Selagi Nasser masih hidup di dunia, Madrid tak akan semudah itu mendapatkan Mbappe.

Sang presiden klub menghalalkan segala cara untuk membuat Mbappe tetap berseragam PSG. Diskusi panjang pun terjadi antara Nasser, Mbappe, dan Fayza, ibu Mbappe. Hingga akhirnya terciptalah tawaran kontrak baru yang tak bisa ditolak oleh Mbappe. Kontrak ini adalah paket eksklusif yang belum pernah dipakai oleh klub mana pun.

Jelang dibukanya bursa transfer musim panas 2022, Nasser mengumumkan kabar yang melegakan bagi fans PSG. Mbappe resmi memperpanjang kontraknya sampai 2024 dengan opsi perpanjangan satu tahun. Rincian kontraknya pun gila. Di kontrak barunya, Mbappe akan mendapat kontrak senilai 50 juta euro setahun. 

Dikutip oleh Football Tweet, Mbappe dikabarkan juga mendapat 300 juta euro hanya untuk bonus penandatanganan. Tidak cuma itu, dia juga diberi suara untuk menilai siapa-siapa saja yang perlu direkrut PSG demi memantapkan skuad menjadi yang terbaik di Eropa. Hal yang mustahil diberikan oleh Real Madrid.

Mungkin ini memang kabar gembira bagi fans PSG, tapi kabar tersebut tak ubahnya seperti petir di siang bolong bagi fans Madrid. Mereka tak menyangka bahwa Mbappe yang sejak kecil sudah mendambakan bisa bermain untuk El Real justru rela menggadaikan mimpinya itu demi uang yang tak dibawa mati itu. 

Selangkah Lagi

Kontrak eksklusif tersebut bak dua mata pisau bagi Kylian Mbappe. Sisi buruknya, Mbappe dinilai sebagai pemain yang mata duitan. Padahal angka segitu datang dari PSG, bukan keinginannya. Lagi pula jika ditelisik lebih dalam kontrak Mbappe tetap tak mengikat. Karena Mbappe menaruh klausul yang akan membantunya pindah ke Real Madrid lebih cepat.

L’Equipe menyebut Mbappe sejatinya tak benar-benar diikat kontrak PSG sampai 2025. Perpanjangan satu tahun yang diinginkan PSG tak bersifat mutlak. PSG disebut tak punya kuasa untuk memutuskan opsi perpanjangan satu musim tersebut. Keputusan sepenuhnya ada di tangan Mbappe. Celah inilah yang dimanfaatkan Mbappe.

Bermain dua tahun lagi untuk PSG tak begitu berpengaruh pada karirnya. Justru PSG lah yang dikuras habis uangnya oleh Mbappe. Hatinya sudah tak berada di PSG, ia hanya menunaikan kewajibannya untuk menghabiskan kontrak. Dalam kurun dua tahun tersebut, pikirannya sudah tertuju ke Madrid. 

Bahkan, ada isu yang menyebut bahwa Mbappe dan Perez sudah mencapai kesepakatan diam-diam tanpa sepengetahuan PSG sejak awal musim 2023/24. Mbappe sepakat untuk bergabung dengan Madrid secara gratis pada akhir musim nanti.

Menurut jurnalis BBC Sport, Guillem Balague, Mbappe memang belum secara resmi menandatangani kontrak dengan Real Madrid. Tetapi detail kesepakatan kabarnya sudah disepakati. Selain mendapatkan 150 juta euro sebagai bonus penandatanganan, Kylian Mbappe diberitakan rela memangkas gajinya menjadi 15 juta euro per musim dan akan menandatangani kontrak berdurasi lima tahun. 

Gaji tersebut bahkan tak sampai setengah dari 32 juta euro pendapatan Mbappe per tahun di PSG. Namun, ini adalah salah satu bukti komitmen Mbappe terhadap mimpinya untuk bermain di Madrid. Kesepakatan itu kabarnya akan selesai 1 Juli mendatang.  

https://youtu.be/sffyPbVqBeE

Sumber: Sky Sport, BR, Goal, These Football Times, Sports Big News, Marca, CNN

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru