Belanda dikenal sebagai negeri sepakbola pencetus Total Football. Tak heran dengan filosofinya, Belanda banyak menelurkan bakat pemain dan pelatih handal yang punya ciri khas Total Football-nya.
Beberapa klub besar di Eropa pun gandrung dengan talenta-talenta negeri kincir angin, tak terkecuali pelatih-pelatihnya. Dari jaman Cruyff sampai sekarang, banyak pelatih-pelatih potensial Belanda yang malang melintang di sejumlah klub, terutama di Liga Inggris. Namun perlu dicatat, beberapa dari mereka yang datang ke Inggris tak semuanya bernasib sama.
Daftar Isi
Ruud Gullit
Ruud Gullit pernah melatih Chelsea pada medio 1996-1998. Ia didapuk menggantikan Glenn Hoodie yang ketika itu ditunjuk melatih timnas Inggris.
#OnThisDay 1996 – Manajer baru Chelsea Ruud Gullit (@GullitR) mendatangkan Roberto Di Matteo dan Frank Leboeuf. #CFC pic.twitter.com/x6LSeHrSi8
— Chelsea Updatés (@ChelseaUpdates) July 1, 2014
Selama di Chelsea, ia langsung persembahkan gelar Piala FA di tahun 1997. Ia menjadi manajer pertama non Inggris, sekaligus kulit hitam pertama yang meraih gelar di kompetisi Inggris. Gelar itu juga memecahkan rekor bagi The Blues yang sudah 26 tahun lamanya puasa gelar.
Namun, nasibnya tak berlangsung lama. Gullit dipecat pada tahun 1998. Manajemen The Blues di bawah Ken Bates menganggap sikap Gullit terlalu arogan dan dianggap sudah tak cocok lagi.
Setelah musimnya berakhir di Chelsea, ia melompat ke Newcastle United. Namun pengabdiannya di Toon Army pun tak berlangsung lama. Di sana ia bahkan sering cekcok dengan pemainnya sendiri seperti Alan Shearer. Meskipun Gullit sempat membawa Toon Army ke final Piala FA di 1999, namun secara peringkat di liga, Gullit tak bisa mendongkrak Newcastle lebih baik. Ia pun dipecat Newcastle pada Agustus 1999.
Martin Jol
Pelatih Belanda kedua yang datang ke Inggris adalah Martin Jol. Ia datang di tahun 2004 dengan menukangi Tottenham Hotspur. Spurs di bawah Jol di awal musim dibawanya mulus, hingga ia sempat mendapat gelar Manager Of The Month.
Namun inkonsisten tak mampu dihadapinya. Spurs gagal ke pentas Liga Champions dalam dua musim. Di awal musim ketiganya, ia pun tak mampu terhindar dari ancaman pemecatan karena hasil buruk yang menimpa Spurs.
⏰ Times up, Answers In…
Today’s mystery Spur was…..
Martin Jol! ⬇️⬇️#THFC #COYS pic.twitter.com/JRRGfMDE5I
— Tottenham From The Lane (@Tottenham_ftl) August 14, 2022
Sejak meninggalkan Spurs pada 2007, Jol kembali lagi ke tanah Inggris empat tahun kemudian. Tepatnya di 2011, setelah ditunjuk klub London lainnya, Fulham. Di Fulham, ia baik-baik saja awalnya.
Jol mampu mempertahankan Fulham berada di Liga Inggris selama dua musimnya. Meskipun secara peringkat tidak bagus-bagus amat. 10 besar adalah capaian terbaiknya di Fulham. Namun, pada pertengahan musim ketiganya tepat pada Desember 2013 ia kembali dipecat setelah hasil buruk menimpanya.
Guus Hiddink
Kemudian ada Guus Hiddink, meneer Belanda yang satu ini pernah dua kali datang di Liga Inggris bersama Chelsea. Yang pertama pada tahun 2009 ketika ditunjuk menggantikan Felipe Scolari. Dan yang kedua pada tahun 2015 menggantikan Jose Mourinho. Pada 2009, ia mampu menyabet Piala FA bersama The Blues walau durasi melatihnya hanya sekitar 4 bulan.
16/02 – On this day in 2009, Guus Hiddink became interim Chelsea manager – he would go on to win the FA Cup with the Blues, becoming just the second Dutch manager to win the trophy after Ruud Gullit. Courage. pic.twitter.com/NNqwboOYjp
— OptaJoe (@OptaJoe) February 16, 2020
Sedangkan pada kedatangannya yang kedua ke Stamford Bridge, ia tak mendapatkan gelar apa-apa. Chelsea sudah kadung terseok di bawah Mou. Hiddink pun tak bisa menyelamatkan The Blues yang akhirnya harus finish di posisi 10 klasemen liga. Ia pun diberhentikan di akhir musim, digantikan oleh Antonio Conte pada musim berikutnya.
Ronald Koeman
Ronald Koeman juga pernah datang ke Inggris pada tahun 2014. Ia ditunjuk sebagai pelatih kepala Southampton. Karir Koeman di The Saints terbukti ampuh pada dua musim awalnya. Soton yang sering menelurkan pemain-pemain muda bertalenta, sempat dibawanya finish di posisi 7 dan 6 Liga Inggris.
Southampton FC
Ronald Koeman Appointed New Manager In 2014 pic.twitter.com/SSIRlmtOUs— Superb Footy Pics (@SuperbFootyPics) January 26, 2017
Prestasinya di Soton membuat Everton melirik Koeman. Ia dikontrak The Toffees pada tahun 2016. Di musim pertamanya bersama Everton, Koeman kembali terbukti mampu konsisten membawa klubnya finish di posisi 7 Liga Inggris.
Namun sayang, hal itu tidak berlanjut di musim keduanya. Meski Everton banyak mendatangkan pemain, Koeman tidak bisa lepas dari pemecatan. Pelatih Belanda itu akhirnya dipecat Everton pada Oktober 2017, lantaran ia tak bisa mengeluarkan Everton dari jeratan zona degradasi.
Louis Van Gaal
Louis Van Gaal juga pernah mencicipi kerasnya Liga Inggris bersama Manchester United. Pelatih kawakan Belanda ini dianggap mampu membawa perubahan di United setelah era Moyes dan Giggs yang amburadul.
Ditunjuk pada musim 2014/15, Van Gaal perlahan mulai memperbaiki performa United dengan gaya khas Belanda. Meskipun MU hanya dibawanya berada di posisi 4 Liga Inggris di musim pertamanya.
Di musim keduanya, Van Gaal memperbaikinya dengan membawa pulang gelar Piala FA untuk MU. Namun, dengan tidak lolosnya MU ke Liga Champions karena hanya finish di peringkat 5 liga. Pemecatan di akhir musim pun tak bisa Van Gaal hindari. Posisinya akhirnya digantikan Jose Mourinho di musim berikutnya.
ON THIS DAY: In 2016, Louis van Gaal left Manchester United with immediate effect after winning the club’s 12th FA Cup trophy against Crystal Palace.
Never forget *that* moment at Old Trafford. pic.twitter.com/PbQMoc6HRZ
— Squawka (@Squawka) May 23, 2020
Dick Advocaat
Kemudian ada Dick Advocaat, pelatih Belanda yang mencicipi Liga Inggris bersama klub medioker Sunderland pada tahun 2015. Ia menggantikan Gustavo Poyet yang dipecat di pertengahan musim karena hampir terdegradasi. Dick yang baru ditunjuk, akhirnya mampu menyelamatkan The Black Cats dari jurang degradasi.
That draw ensures Sunderland will be a Premier League team in the 2015/16 season. Job done by Dick Advocaat. #SAFC pic.twitter.com/d3I419GTSO
— Squawka (@Squawka) May 20, 2015
Namun memasuki musim penuhnya pada 2015/16 ia pun terbukti tak konsisten. The Black Cats kembali berada di jalur degradasi. Sehingga ia tak bisa mengelak dari pemecatan di tengah jalan pada Oktober 2015. Posisinya ketika itu sementara digantikan oleh Sam Allardyce.
Frank De Boer
Ada juga pelatih yang mampir sebentar di Liga Inggris. Ia adalah Frank De Boer. Bek legendaris Belanda ini sempat ditunjuk sebagai pelatih Crystal Palace pada tahun 2017. De Boer kita tahu sangat sukses bersama Ajax selama lima musim.
Empat kali gelar berturut turut serta beberapa penghargaan dan rekor sebagai pelatih di Eredivisie mampu ia raih. Ia pun digadang-gadang menjadi pelatih muda yang sukses. Tak heran banyak klub-klub besar Eropa berminat padanya.
Setelah keluar kandang dari Belanda menuju Italia bersama Inter Milan, ia akhirnya mencicipi juga kerasnya Liga Inggris. Namun hasil berkata lain. Ia yang dikontrak 3 tahun oleh Palace, ternyata hanya mampu bertahan 10 minggu di Inggris.
On this day in 2017: Frank de Boer was named @CPFC manager on a
three-year deal pic.twitter.com/8JQ5Hyx16Z— PA Dugout (@PAdugout) June 26, 2018
Penerapan taktik yang dibawanya dari Ajax tak mampu diterapkan di Inggris. Palace pun terseok dengan hanya 1 kali menang. Ia pun tak terhindar dari ancaman pemecatan yang terjadi pada September 2017. Posisinya pun kemudian digantikan oleh Roy Hodgson.
Erik Ten Hag
Tahun 2022, akhirnya ada lagi pelatih Belanda yang mencoba peruntungannya di Inggris. Erik Ten Hag, mantan pelatih yang sukses bersama Ajax ditunjuk MU menjadi pelatih. Ia diharapkan menjadi juru selamat bagi United. Harapan fans pun banyak digantungkan pada Ten Hag untuk membangun kembali MU dari keterpurukan.
🇬🇧 #PremierLeague I Erik Ten Hag est bien arrivé à Manchester ! 🔴
Va-t-il réussir à redresser l’équipe ? 🤔 pic.twitter.com/sDHF5ZXcVb
— Cerfia Foot (@CerfiaFoot) May 23, 2022
Alih-alih membangun, justru hasilnya hampir mirip pendahulunya, Frank De Boer. Penampilan yang sangat memukau ketika di Ajax, belum mampu Ten Hag persembahkan di di dua laga awalnya bersama MU. Namun begitu, kondisi Ten Hag berbeda dengan De Boer.
Ten Hag di MU dihadapkan banyak masalah dari faktor eksternal. Dan ia mencoba beradaptasi dengan itu. Bisa saja ia kemudian bangkit dan beradaptasi dengan baik. Bukan tidak mungkin nanti akhirnya bisa membawa Red Devils sesuai ekspektasi fans di akhir musim. Eh sebentar, atau malah justru mengikuti jejak De Boer?
https://youtu.be/eP2yrTfs6X4
Sumber Referensi : fourfourtwo, footballtransfer, planetfootball, dailymail