Setelah bully ke pemain timnas, rasis ke pemain Guinea, dan hujatan ke akun IG Elkan Baggott, kini netizen bersumbu pendek menyerbu akun IG klub promosi Serie A, Como 1907 dengan hujatan kasar dan sumpah serapah.
Perkara memalukan yang kembali mencoreng nama baik bangsa Indonesia tersebut dipicu oleh pernyataan perwakilan Como, Mirwan Suwarso yang menyebut kalau Thom Haye tidak dibutuhkan oleh klub berjuluk “I Lariani” tersebut dan hanya akan menjadi pelapis ketiga.
“Kami sudah melihat dia dan tidak memenuhi standar untuk mengangkat tim. Jadi pelapis mungkin bisa, tapi pelapis ketiga.”
Pernyataan inilah yang membuat netizen bersumbu pendek langsung menyerbu akun IG Como dan membanjirinya dengan komentar kasar. Bahkan, ada yang sampai menyumpahi Como agar langsung terdegradasi kembali ke Serie B. Sungguh sangat memalukan, bukan?
Setelah mengeluarkan statement tidak akan merekrut Thom Haye, Instagram Como diserang netizen.
Beberapa netizen menganggap statement yang dikeluarkan oleh perwakilan Como ‘tidak pantas’. pic.twitter.com/c99FPFTsEZ
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) May 15, 2024
Pemain Seperti Thom Haye Memang Tidak Dibutuhkan Como Saat Ini
Setelah kami menganalisis permasalahan ini, pernyataan Mirwan Suwarso terkait Thom Haye adalah benar adanya. Tidak bermaksud merendahkan Haye yang jadi idola baru lini tengah timnas Indonesia, tetapi Como sendiri memang punya alasan yang kuat dan logis.
Thom Haye yang akan segera habis kontrak di Heerenven sukses mencatatkan 4 gol dan 4 asis dalam 32 pertandingan Eredivisie musim ini. Mengutip dari FBref, pemain berusia 29 tahun tersebut menempati posisi ketujuh dalam statistik umpan kunci, posisi keenam dalam jumlah umpan progresif, dan posisi ketujuh dalam jumlah umpan silang. Haye sendiri dapat bermain sebagai gelandang sentral ataupun gelandang serang, tapi posisi murninya saat ini adalah gelandang bertahan.
Nah, inilah yang jadi salah satu masalahnya. Mantan pemain Lecce di Serie B tersebut bukanlah sosok gelandang yang saat ini dibutuhkan oleh Como. Mirwan Suwarso, selaku perwakilan dari pemilik Como sendiri sudah menjelaskan.
“Kami masih kekurangan pemain nomor 8 dan 10 yang harus dinamis serta agresif. Sedangkan Thom sendiri bukan tipe seperti itu. Thom tipe pemain quarterback dengan umpan akurat dari belakang, bukan tipe pemain pressing. Jadi secara sistem tidak sesuai dengan permainan kami.”
Saat ini saja, Como masih punya 5 pemain yang memiliki posisi dan tipikal permainan yang serupa dengan Thom Haye. Mereka adalah Oliver Abildgaard, Matthias Braunöder, Alessandro Bellemo, Ben Lhassine Kone, dan Daniele Baselli. Ini belum menyebut dua pemain muda, Fabio Rispoli dan Lucas Da Cunha, yang diproyeksikan bakal menghadirkan keuntungan finansial di masa mendatang.
Melihat dari komposisi ini saja, maka pernyataan kalau Thom Haye hanya akan jadi pemain lapis ketiga sebenarnya tidak salah juga. Mirwan Suwarso juga menjelaskan kalau Como adalah tim profesional yang dijalankan sebagai sebuah perusahaan. Mirwan mengungkap kalau analisis data jadi kunci keberhasilan Como promosi ke Serie A.
Nah, analisis data inilah yang jadi bahan pertimbangan dalam merekrut pemain anyar. Jadi, keputusan untuk tidak merekrut Thom Haye pasti juga sudah melewati proses kurasi. Kurniawan Dwi Yulianto yang saat ini bekerja sebagai asisten pelatih tim primvera Como juga mengatakan kalau persaingan untuk menembus tim utama Como sangatlah berat.
“Tidak usah bicara pemain Indonesia, katakanlah pemain negara lain misalnya Brasil atau Argentina, tidak semata-mata bisa masuk, tergantung dari kebutuhan pelatih dan kualitas mereka. Pemain Indonesia harus bersaing dengan pemain lokal, pemain Eropa, dan pemain non-Uni Eropa yang artinya persaingannya dari seluruh dunia.”
Kurniawan Dwi Yulianto (asisten pelatih Como 1907), tentang kemungkinan Como merekrut pemain Indonesia:
“Pemain Indonesia bisa bergabung selagi bisa memenuhi syarat atau standar yang diinginkan tim kepelatihan. Benar kan? Sebab tidak mudah.
Tidak usah bicara pemain Indonesia,… pic.twitter.com/jFmyg2y0lK
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) May 18, 2024
Kurniawan juga mengamini pernyataan Mirwan Suwarso. Bahwa, setelah Cesc Fabregas naik menjadi asisten pelatih pada musim dingin 2024, pendekatan taktik Como mengalami perubahan dan mereka jadi bermain lebih agresif dan cepat.
Tentu, masih banyak pernyataan-pernyataan lain, baik dari Mirwan Suwarso ataupun Kurniawan Dwi Yulianto, yang dapat menjelaskan alasan logis mengapa Como enggan merekrut Thom Haye. Sayangnya, netizen kita memang bersumbu pendek dan terlanjur baper.
Pada initinya adalah, Thom Haye pemain bagus. Namun, ia bukan pemain yang saat ini dibutuhkan oleh Como. Selain itu, mari kita lihat perkara ini dari kacamata yang lebih luas.
Regulasi Pemain Non-Uni Eropa di Serie A
Selain karena kebutuhan tim, alasan lain yang memberatkan Como untuk merekrut pemain semacam Thom Haye adalah kuota pemain non-Uni Eropa yang terbatas. Setiap liga top Eropa punya aturan yang berbeda terkait pemain asing. Kebetulan, Serie A adalah yang terketat.
Di musim 2023/2024, setiap tim Serie A hanya bisa mendaftarkan dua pemain non-Uni Eropa per musim, dengan salah satunya harus menjadi pengganti pemain non-Uni Eropa yang keluar. Contoh terbaiknya adalah Inter Milan.
Di musim penas tahun lalu, Inter menjual Andre Onana yang berpaspor Kamerun ke Manchester United. Langkah tersebut membuat Nerazzurri dapat mendaftarkan dua rekrutan anyar mereka yang berstatus pemain non-Uni Eropa, yakni Alexis Sanchez dari Chili dan Tajon Buchanan dari Kanada. Jika Andre Onana tak keluar dari Inter, salah satu dari Alexis Sanchez atau Tajon Buchanan tak bisa didaftarkan.
Regulasi pemain non-Uni Eropa di Serie A ini dapat berubah-ubah di setiap tahunnya. Mulai musim 2023/2024, para pemain yang berkewarganegaraan Swiss dan Inggris statusnya disetarakan dengan pemain Uni Eropa.
Untuk musim depan sendiri, Lega Serie A akan kembali merevisi aturan ini, dimana setiap tim akan diizinkan untuk mendaftarkan dua pemain non-Uni Eropa per musim tanpa harus mengganti pemain non-Uni Eropa yang sudah ada.
Selain aturan pemain non-Uni Eropa, Serie A juga punya aturan “homegrown player” yang hukumnya wajib ditaati. Jadi, urutannya begini. Homegrown player adalah prioritas, kemudian disusul pemain Uni Eropa, lalu yang terakhir adalah pemain non-Uni Eropa.
Artinya, kuota pemain non-Uni Eropa ini sangatlah krusial bagi tim Serie A. Maka, mereka tak mau asal-asalan dalam merekrut pemain. Nah, masalahnya, Thom Haye kini statusnya WNI sehingga ia hanya punya paspor Indonesia. Jadi, ia masuk dalam kriteria pemain non-Uni Eropa. Seperti kata Kurniawan Dwi Yulianto, saingannya dari seluruh dunia.
Nah, terkait kuota non-Uni Eropa, klub-klub besar Serie A saja juga harus memutar otak, apalagi mereka yang baru promosi macam Como. Salah satu cara yang umum dipakai oleh klub besar Italia untuk mengakali aturan ini adalah dengan merekrut pemain yang berpaspor ganda.
Contoh terbaiknya adalah AC Milan. Di musim panas tahun lalu, mereka merekrut Christian Pulisic dan Yunus Musah dari USA, Samuel Chukwueze dari Nigeria, dan Luka Romero dari Argentina. Secara teori, Milan bakal melanggar aturan kuota non-Uni Eropa. Namun, Milan berhasil mengakalinya.
Pulisic punya 2 paspor, yakni USA dan Kroasia. Ia punya darah Kroasia dari kakeknya. Pulisic mendapat kewarganegaraan Kroasia setelah pindah ke Dortmund untuk menghindari pengajuan visa kerja.
Sementara itu, Yunus Musah punya 3 paspor. Menghabiskan masa kecilnya di Italia, lalu lama menimba ilmu di akademi Arsenal membuat Musah yang lahir di New York City jadi punya paspor Italia dan Inggris.
Serupa dengan Musah, Luka Romero juga punya 3 paspor. Lahir di Meksiko dari keluarga Argentina, Romero sudah hijrah ke Spanyol saat masih kecil. Dengan itu, ia jadi punya paspor Meksiko, Argentina, dan Spanyol.
Dari data tersebut, Milan kemudian mendaftarkan Pulisic dengan paspor Kroasia, sedangkan Musah didaftarkan dengan paspor Italia dan Romero dengan paspor Spanyol. Alhasil, slot pemain non-Uni Eropa baru terpakai satu, yakni untuk Samuel Chukwueze.
Nah, dari contoh tadi, kita bisa menyimpulkan betapa berharganya kuota non-Uni Eropa ini untuk klub-klube Serie A. Kuota tersebut harus benar-benar dipakai secara efektif, efisien, dan tepat guna.
Jadi, Como memang sebaiknya jangan memakai kuota non-EU yang sangat berharga tapi sangat terbatas tersebut untuk merekrut Thom Haye. Nah, bagian ini kan yang membuat banyak netizen kita kebakaran jenggot.
Bertahan di Serie A Itu Sangat Berat
Keputusan yang diambil Como memang murni perihal teknis. Sebuah keputusan rasional yang pasti sudah dipikir sangat matang. Sebab, bertahan di Serie A itu amat berat bagi tim promosi.
Selain tidak ada “parachute and solidarity payment” layaknya Premier League, prize money yang didapat juga terbilang kecil. Jadi, klub promosi harus pintar-pintar mengatur bujet dan skuad. Jangankan klub promosi, klub besar yang sudah berpengalaman di Serie A saja juga merasakan hal tersebut.
Saingannya pun berat. Rimba Serie A bahkan lebih berat ketimbang liga top Eropa lainnya. Sejak musim 2013/2014 selalu ada tim promosi yang langsung terdegradasi kembali. Sekali terdegradasi ke Serie B, butuh perjuangan yang tidak mudah untuk kembali ke Serie A.
Untuk saat ini, fokus dan target utama Como adalah bertahan di Serie A. Seperti yang kami bilang, rimba Serie A itu sangat ganas. Como sendiri pasti juga sudah punya rencana dan target buruan untuk memperkuat skuad mereka. Dan, sudah bukan rahasia lagi kalau prioritas utama “I Lariani” adalah merekrut pemain berpengalaman yang sudah pernah mentas di Serie A.
🚨🇮🇹 Ini Alasan Como Tidak Merekrut Thom Haye!
Menurut Mirwan (Perwakilan pemilik Como 1907), pihak klub menilai Thom Haye tidak memenuhi standar klub untuk mengarungi Serie A musim depan.
🎙️”Tidak mungkin [rekrut Thom Haye]. Kami sudah melihat dia dan tidak memenuhi standar… pic.twitter.com/hHpM0AudGc
— FaktaBola (@FaktaSepakbola) May 15, 2024
Jadi, keputusan Como untuk tidak merekrut Thom Haye bukanlah sebuah penghinaan, tetapi merupakan keputusan rasional yang harus diambil oleh sebuah klub profesional setelah mempertimbangkan banyak faktor.
Dan, bukankah kita membenci pemain titipan di timnas Indonesia? Bukankah kita juga membenci praktik nepotisme di dunia kerja? Gugur karena kalah saing dengan titipan orang dalam sangatlah menyakitkan, bukan? Lantas, mengapa kita sekarang seolah mendukung praktik curang tersebut dan tantrum ketika tidak dikabulkan?
Sekali lagi, jangan baper kalau Como enggan merekrut Thom Haye. Ketimbang tantrum dan melontarkan hujatan serta sumpah serapah ke akun IG Como, mending kita dukung dan doakan saja agar Thom Haye segera punya klub baru dan tetap bisa berkarier di Eropa.
Serta, mari kita juga dukung secara fair agar Como gak cuma lewat di Serie A. Jangan sampai hujatan netizen membuat para pendukung Como di Italia sana menjadi “ilfeel” dengan bangsa Indonesia.
***
Referensi: CNN, Bola, Kompas, FBref, One Football, Detik.