Suporter tak ubahnya menjadi salah satu bagian terpenting dalam sepakbola. Bila tidak ada kumpulan orang yang seringkali disebut sebagai pemain ke 12 itu, pertandingan akan terasa sepi dan tidak terlalu menarik atensi. Persis seperti apa yang terjadi saat ini, ketika bermain sepakbola harus sedikit lebih hati-hati, karena kita tengah berada di masa pandemi.
Salah satu negara yang begitu antusias terhadap sepakbola, Inggris, punya caranya sendiri untuk mendukung tim melalui barisan suporter setia. Disana bahkan terdapat banyak suporter gila yang rela melakukan apapun demi tim yang dibelanya. Inggris dikenal memiliki suporter garis keras yang tak jarang melakukan kerusuhan di berbagai tempat.
Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan deretan suporter paling berbahaya dan ditakuti di Inggris.
Daftar Isi
Aston Villa Hardcore
Aston Villa merupakan tim yang cukup diwaspadai akhir-akhir ini. Meski belum lagi tembus klasemen tertinggi Inggris, klub yang bermarkas di Villa Park itu tetap menghantui siapapun yang datang menghampiri.
Mereka yang pernah menjadi juara Eropa ini, selain dikenal sebagai salah satu klub paling bersejarah, juga dikenal sebagai tim yang punya barisan penggemar luar biasa. Penggemar Aston Villa yang biasa disebut Aston Villa Hardcore, merupakan sekumpulan suporter yang punya reputasi sangar dan banyak ditakuti lawan.
Aston Villa Hardcore mulai dibentuk pada tahun 1993. Sejatinya, kelompok hooligan tersebut merupakan gabungan dari tiga suporter garis keras The Villans yang bernama steamers, C-Crew, dan Villa Youth. Nama Hardcore sendiri baru muncul pada tahun 1996 pada laga Aston Villa melawan West Ham. Ketika itu, seorang perwira polisi metropolitan mengumumkan di sebuah radio bahwa kelompok suporter Aston Villa bernama Hardcore.
Kelompok ini tak jarang tunjukkan eksistensi, dimana salah satunya, mereka pernah bentrok dengan kelompok suporter Birmingham, Zulus Warriors. Ketika itu, sekitar 15 orang ditangkap dan sebagian lainnya dilarikan ke rumah sakit.
Pada tahun 2004, salah satu pentolan grup tersebut, Steven Fowler, ditangkap dan dipenjara selama enam bulan karena dianggap sebagai biang keributan dengan penggemar Birmingham yang terjadi pada tahun 2002.
Selain kerap “bersentuhan” dengan penggemar Birmingham, The Hardcore juga sempat berseteru dengan kelompok suporter West Brom Albion, Swansea, hingga Leicester.
Pada tahun 2017, ketika Aston Villa berhadapan dengan Cardiff City FC di Stadion Cardiff City, sekitar 30 anggota Hardcore malah dilaporkan telah menyerang beberapa rumah di area Grangetown, yang menjadi wilayah tempat pendukung Cardiff berkumpul.
Sumber: wikipedia
Chelsea Headhunters
Kelompok penggemar Chelsea yang biasa disebut Headhunters, sudah eksis sejak era 60 an. Kelompok hooligan ini dipimpin oleh Danny ‘Eccles’ Harkins. Mereka memiliki tujuan untuk membentuk sebuah tim yang berani melawan siapapun. Chelsea Headhunters yang awalnya beriringan dengan kelompok skinhead pun harus berpisah, karena skinhead memiliki sejumlah anggota berkulit hitam.
Kelompok Chelsea headhunters tidak ingin berhubungan dengan anggota berkulit hitam. Maka wajar bila sempat tersiar kabar bahwa kelompok ini merupakan kelompok yang terlibat dalam organisasi rasialisme. Hal tersebut diungkap oleh seorang wartawan yang pernah menyusup ke dalam kelompok tersebut. Walhasil, terdapat beberapa anggota yang ditangkap polisi
Dalam sejumlah pertandingan tertentu, kelompok penggemar Chelsea juga kedapatan melakukan aksi rasisme, yang salah satunya terjadi pada tahun 2015 dimana ketika itu the Blues berhadapan dengan PSG di kompetisi Liga Champions Eropa. Di sebuah Stasiun kereta bawah tanah Richelieu-Drouot, seorang pria kulit hitam menjadi korban. Pria tersebut dilaporkan menjadi korban dari ulah rasisme penggemar Chelsea, dimana gerbong kereta dihalangi agar si pria kulit hitam itu tidak bisa masuk.
Satu hal yang mengejutkan adalah, segerombolan penggemar Chelsea itu melakukan aksi tidak terpuji kepada si pria kulit hitam dengan terus mendorong sambil bersorak, “We’re racist, we’re racist and that’s the way we like it,”, atau yang berarti “Kita rasis, kita rasis dan itu cara yang kita sukai,”.
Akhirnya, pria tersebut tidak jadi masuk dan penggemar Chelsea harus siap menerima sanksi karena ada beberapa orang disana yang turut merekam kejadian memalukan tersebut.
Untuk aksi rasisme, para pemain seperti Raheem Sterling hingga Danny Welbeck pun pernah menjadi korban.
Diluar aksi rasisme, mereka juga akrab dengan aksi bentrokan seperti yang terjadi pada 2010 lalu, ketika headhunters terlibat bentrokan dengan pendukung Cardiff City di Piala FA kelima babak di Stamford Bridge. Kemudian pada Maret 2011, sebanyak 24 anggota headhunters pernah kedapatan melakukan kekerasan hingga menyebabkan banyak orang terluka dan satu polisi patah rahang. Imbasnya, mereka dilarang datang ke stadion selama tiga tahun lamanya.
Sumber: panditfootball, liputan6
The Red Army
Kelompok penggemar Manchester United, atau yang biasa disebut dengan The Red Army, begitu lekat dengan hooliganisme di Inggris. Loyalitas luar biasa yang ditunjukkan kepada tim yang dicinta membuat Red Army rela melakukan apapun demi United. Mereka memiliki anggota yang sangat banyak dan dikenal tak kenal ampun ketika sudah berhadapan dengan rival terdekat.
Red Army tersebar hampir di seluruh Inggris sehingga memiliki berbagai kelompok lain, seperti misalnya Men In Black, Young Munich, Inter City Jibbers, M58 Firm dan Moston Rats. Kelompok ini dipimpin oleh seorang bernama Tony O’Neill dari 1970-an sampai awal 2000-an.
Kabarnya, O’Neill tidak boleh lagi datang ke stadion sejak tahun 2001 karena alasan tertentu.
The Red Army dikenal sebagai kelompok keras dalam jumlah besar. Mereka punya banyak musuh, tak terkecuali penggemar Liverpool hingga Leeds United.
Pada tahun 2006 silam, mereka pernah membuat kekacauan kala bertanding melawan Liverpool. Mereka menginvasi lapangan dan melakukan apapun yang disuka. Selain itu, mereka juga pernah terlibat bentrok dengan penggemar West Ham pada tahun 2005 silam.
Diceritakan, sebanyak 160 anggota Red Army terlibat dalam kekacauan tersebut, dengan 100 orang diantaranya itu ditangkap dan dilarang datang ke stadion dalam waktu yang telah ditentukan.
Yang tak kalah dikenang adalah ketika Red Army dikepung oleh penggemar AS Roma di tahun 2007 silam. Hal tersebut membuat pendukung Setan Merah tidak bisa keluar, hingga memaksa mereka melakukan tindakan kasar. Walhasil, bentrokan pun tak terhindarkan. Dari situ, diberitakan ada lima pendukung MU harus mendapatkan tikaman dan empat orang lainnya dimasukkan ke dalam penjara. Setelah bentrokan itu, banyak petinggi Red Army pensiun dari hooliganisme. Sementara yang lain selalu menantikan keributan kembali dengan ultras dari Italia.
Sumber: ligalaga
Portsmouth 6.57
6.57 Kru, merupakan hooligan yang siap melakukan apapun demi tim yang sangat mereka cintai, Portsmouth. Nama 6.57 Kru diambil dari perjalanan kereta dari Portsmouth menuju London Waterloo pada hari Sabtu pukul 6.57 pagi. Kelompok ini sudah banyak timbulkan kekacauan sejak tahun 1980.
Tepat pada September 2001, kelompok 6.57 Kru terlibat pertarungan dengan penggemar Coventry City, baik stadion maupun pusat kota Coventry. Sebelum pertandingan, saat masih berada di pusat kota, penggemar Portsmouth terlibat sedikit bentrok untuk kemudian pertempuran antar keduanya berlanjut selama pertandingan dua tim tersebut.
Seorang suporter Portsmouth diketahui merobek kursi stadion dan melempar sebuah benda berbahaya ke arah penggemar tuan rumah.
Lalu pada tahun 2004, sebanyak 93 anggota 6.57 ditangkap setelah 300 orang dilaporkan terlibat dalam kericuhan di laga antara Portsmouth melawan Southampton. Dalam kerusuhan tersebut, banyak polisi yang menjadi korban, banyak pula toko yang dijarah dan mobil-mobil dirusak.
Mengejutkannya lagi, dalam kerusuhan yang terbilang besar itu, terdapat bocah yang masih berumur 10 tahun, yang menjadi anggota 6.57 Kru. Bocah tersebut dinyatakan bersalah setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan. Imbas dari kerusuhan itu pula, sebanyak 54 hooligan Portsmouth diberi hukuman berupa dilarang mendatangi stadion selama seumur hidup oleh ketua klub, Milan Mandarić, karena keterlibatan mereka.
Sumber: wikipedia
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=PSH8K8B5IFU[/embedyt]
Sumber referensi: colgadosporelfutbol, bleacher report, the firms