Saat ini mayoritas menganggap liga primer inggris sebagai kompetisi sepak bola terbaik di kolong langit. Bukan tanpa alasan, karena di negeri Ratu Elizabeth persaingan jauh lebih kompetitif jika dibandingkan dengan Liga top eropa lain.
Klub-klub seperti Chelsea, Liverpool, Manchester City, Manchester United, dan Arsenal termasuk ke dalam kesebelasan kuat yang posisinya di akhir musim terbiasa masuk di urutan 7 besar. Khusus The Reds dan The Gunners, mereka bahkan sudah cukup lama tak merasakan manisnya duduk di peringkat satu.
Sebagai catatan, dalam satu dekade terakhir sudah ada empat klub berbeda yang rajai Liga Primer termasuk klub medioker Leicester City. Lalu Jika kalian ditanya siapa juara liga primer yang tak terkalahkan? jawabannya bukan MU, Chelsea atau Man City. Tapi tim tersebut adalah Arsenal.
Ya, pada musim 2003/04 lewat tangan dingin Arsene Wenger, Arsenal menjuarai Liga Primer dengan status unbeaten. Tak terkalahkan, 26 kali menang dan 12 kali imbang serta berhasil mengumpulkan 90 poin dengan selisih surplus gol 47 (mencetak 73 gol dan kemasukan 26 gol).
Pada musim itu pula, striker mereka, Thiery Henry juga keluar sebagai pencetak gol terbanyak dengan 30 gol. Sungguh lengkap apa yang diraih Arsenal musim tersebut.
Oleh karenanya, untuk mengapresiasi raihan istimewa tersebut, FA menganugerahi Arsenal dengan trophy khusus. Trophy juara Barclays Premiere League musim 2003/04 dilapisi dengan emas, lain dari biasanya.
“Prestasi luar biasa Arsenal telah memahkotai apa yang telah menjadi musim lain sepakbola kelas atas dengan beberapa pemain terbaik menampilkan permainan serta dipadukan dengan keterampilan, semangat dan komitmen yang menjadikan Liga Premier kompetisi liga domestik yang paling banyak ditonton di dunia.” Ucap kepala eksekutif liga primer saat itu, Richard Schudamore (dikutip dari Daylimail)
Kini lebih dari 15 tahun lamanya, Meriam london tidak lagi merasakan bagaimana nikmatnya menyentuh dan mengangkat trofi Liga Primer. Namun setidaknya, Arsenal dapat sedikit membusungkan dada karena belum ada para pesaingnya di Liga Primer yang mampu menyamai rekor mereka, yaitu juara tanpa terkalahkan dan mendapat trophy emas.
Sejak Chelsea juara setelah Arsenal hingga yang terakhir dicapai Man City musim 2018/19, tidak ada tim yang tak terkalahkan. Setiap tim yang jadi kampiun selalu pernah menelan kekalahan meski hanya satu, seperti yang terjadi ketika The Blues meraih gelar juara liga primer di musim 2004/05.
Bukan suatu hal yang berlebihan, jika FA memberikan trofi berlapis emas kepada Arsenal. Karena menjuarai liga primer tanpa terkalahkan memang menjadi suatu hal yang langka. Atas prestasi itu, mereka mendapat julukan The Invicibles.
Arsenal musim itu memang memukau. Diawali gol penalti Henry ke gawang Everton, parade kesempurnaan Arsenal di musim tersebut pun dimulai. Lalu mereka berhasil mengunci gelar juara pada 25 April saat meraih hasil seri 2-2 melawan Tottenham Hotspurs di White Hart Lane.
Pada 15 Mei, laga terakhir di liga primer, mereka menjamu Leicester City dan unggul 2-1 lewat gol penalti Thiery Henry dan Patrick Viera.
Selain Henry dan Viera, kala itu generasi emas Arsenal di isi oleh pemain-pemain kelas wahid macam Gilberto Silva, Fredie Ljungberg, Ashley Cole, Robert Pires, Jose Antonio Reyes, Denis Bergkamp serta beberapa nama lain.
Kedatangan Jens Lehmann juga berhasil membuat mereka melupakan rasa kehilangan David Seaman. Lini belakang Arsenal makin kokoh dengan paduan pemain junior-senior antara Kolo Toure-Sol Campbell sebagai palang pintu pertahanan.
Keberhasilan Arsenal tersebut menyamai prestasi Preston North End pada musim 1888/1889. Bedanya, Preston melakukannya saat Liga Inggris masih diikuti 12 tim. Selama 22 laga, Preston meraih 18 kemenangan, 4 seri, dan o kekalahan. Perbedaan yang lain, Preston tak mendapatkan trofi emas.
Lima belas tahun sudah sangat lama bagi klub sebesar Arsenal, tentunya mereka tidak boleh terus membanggakan satu-satunya trofi emas tersebut. Mengingat, para pesaing tentu lebih mengutamakan memperbanyak koleksi gelar Liga Primer di lemari trofi mereka.