Inilah Arne Time! Kenapa Liverpool Sering Menang di Detik Akhir?

spot_img

Pernah ada zaman di mana fans Manchester United betah menonton timnya hingga menit akhir demi gol-gol telat pembawa kemenangan. Tapi itu telah lenyap. Para penggemar tak lagi menunggu gol, tapi menanti menit berapa timnya kebobolan untuk kemudian, mematikan televisi atau layanan streaming dan beralih ke maraton Boruto.

Hari ini bukan fans MU yang menunggu gol kemenangan hingga detik-detik terakhir, melainkan justru para penggemar Liverpool. Meski rival, tapi kenyataannya Liverpool sekarang justru mengingatkan kita pada Manchester United era Sir Alex Ferguson.

Jika dulu kita mengenal “Fergie Time”, sekaranglah saatnya kita mengenal apa yang disebut “Arne Time”. Eh, “Arne Time” atau “Slot Time” ya?

Kemenangan Melawan Burnley

Pekan keempat Liga Inggris cukup menarik karena diwarnai rekrutan anyar. Nick Woltemade misalnya. Penyerang yang bukan dari Slovenia itu mencetak gol di laga debutnya berseragam Newcastle. Pekan ini juga ada Derby Manchester yang hasilnya, bikin fans MU ingin menyeret Ruben Amorim ke Pekan Kebudayaan Prancis.

Tak kalah menarik pertandingan Liverpool kontra Burnley. Semua orang menanti aksi Alexander Isak, sang penyerang baru. Namun, Arne Slot malah tak memasukkan Isak ke skuad karena dianggap belum siap.

Walau mudah, Liverpool kesulitan menggulung pasukan Scott Parker. Gol kemenangan baru hadir di detik-detik terakhir. Tepatnya pada menit 90+5. Itu pun lewat sepakan penalti Mohamed Salah.

Mencetak Gol Menit Akhir

Ini bukan kali pertama The Reds mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir. Bahkan kata “sering” tidak tepat dipakai di sini, melainkan lebih tepat memakai kata “selalu”. Ya, Liverpool telah memetik empat kemenangan di Liga Inggris, dan gol kemenangan dalam empat laga itu hadir di menit-menit akhir.

Melawan Bournemouth di pekan pertama, Liverpool ditahan imbang 2-2 hingga menit ke 85. Gol kemenangan lalu tercipta ketika memasuki menit 88 lewat aksi Federico Chiesa. Lalu The Reds menggandakan golnya lewat Mo Salah di menit 90+4.

Kemudian di pekan kedua melawan Newcastle. Liverpool sebenarnya sudah unggul 2-0, tapi gol Bruno Guimaraes dan William Osula membuyarkan kemenangan di depan mata. Setelah gol Osula, The Reds kesulitan mencari gol. Gol baru hadir di menit 90+10 dan yang mencetak gol kemenangan ini adalah pemain yang baru akil baligh, Rio Ngumoha.

Saat melawan tim “Si Paling Set Piece” di pekan selanjutnya, Liverpool juga baru bisa mencetak gol di penghujung laga. Kali ini pada menit 83 melalui tendangan bebas pria idaman wanita, Dominik Szoboszlai. Gol tersebut juga semacam ironi. Arsenal yang terkenal hobi nyetak gol lewat bola mati, kebobolan lewat bola mati.

Liverpool Mencetak Rekor

Setelah melawan Arsenal, seperti yang sudah diceritakan tadi, Liverpool kembali mencetak gol di menit-menit akhir. Gol ke gawang Burnley juga membuat The Reds mencetak rekor baru. Pasukan Arne Slot menjadi tim pertama yang bisa mencetak gol kemenangan di 10 menit terakhir dalam empat pertandingan beruntun di Liga Primer Inggris.

Tak hanya itu, gol tersebut juga menjadi bukti bahwa Liverpool selalu mencetak gol dalam 38 pertandingan berturut-turut. Ini menandakan betapa tangguh, tajam, dan ganasnya juara bertahan itu di bawah Arne Slot. Tapi bukan Liverpool yang mencatatkan rekor dari gol itu, sang pencetak gol juga.

Gol penalti yang dicetak Salah ke gawang Martin Dubravka merupakan gol ke-188 pemain Mesir tersebut di ajang Liga Primer Inggris. Salah pun naik ke posisi empat dalam daftar pencetak gol terbanyak sepanjang masa Liga Inggris. Salah menggeser posisi legenda United, Andy Cole.

Balik lagi ke tentang gol kemenangan di menit-menit akhir. Kenapa sekarang Liverpool suka mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir? Mungkinkah karena The Reds memang diatur untuk itu?

Keinginan Arne Slot

Mencetak gol kemenangan di menit-menit akhir ternyata memang keinginan Pak Arne. Keinginan yang bahkan sudah diutarakan Januari lalu, saat musim kemarin belum tuntas. Pelatih berkepala licin tersebut ingin timnya lebih baik di babak kedua dibandingkan babak pertama. Meskipun tidak sering, Arne ingin timnya mencetak gol kemenangan di menit akhir.

Oleh karena itu, kalau menyaksikan pertandingan Liverpool atau setidaknya membaca analisis dari para pakar sepak bola Inggris, mereka sering bermain lambat di babak pertama. The Kop acap kali mudah ketebak gaya mainnya di babak pertama. Akan tetapi di babak kedua, The Reds seperti tim yang berbeda. Intensitas permainan Liverpool meningkat.

Beberapa pemain yang lambat mulai meningkatkan kecepatannya. Misal di laga melawan Burnley, Florian Wirtz kurang greget di babak pertama, tapi menonjol di babak kedua. Sebagai seorang pelatih, Arne Slot jitu dan tampak sangat memahami bagaimana bermain di Liga Inggris. Tim-tim Inggris tidak hanya cepat soal intensitas, tapi juga gigih dalam bertahan.

Liverpool telah menghadapi Arsenal, Newcastle, dan Burnley musim ini. Ketiganya solid dalam bertahan. Menurut Arne, jika Liverpool mencetak gol lebih dulu di babak pertama, tim yang semula main low-block atau parkir pesawat, kemungkinan besar akan bermain terbuka.

Contohnya saat menghadapi Newcastle. Liverpool unggul dua gol lebih dulu. Ketika ketinggalan, The Magpies bermain terbuka dan sanggup mengejar defisit dua gol. Anak asuh Eddie Howe bermain sangat efektif di laga itu dengan mencetak dua gol dari tiga tembakan ke arah gawang. Walau hasil belum memihak mereka.

Laga Community Shield melawan Crystal Palace juga situasinya kurang lebih sama. Dilihat-lihat Pak Arne ini mengerti bahwa timnya buruk dalam transisi negatif atau transisi dari menyerang ke bertahan. Sementara saat menghadapi lawan yang semula bermain low block lalu setelah kebobolan bermain terbuka dan serangannya efektif, Liverpool mudah terpukul.

Sudah Sejak Era Jurgen Klopp

Tapi apakah ide mencetak gol kemenangan di menit akhir baru-baru ini saja muncul? Nyatanya Liverpool sudah melakukan itu sejak masa-masa akhir rezim Jurgen Klopp. Di musim terakhir Klopp, Liverpool seperti kurang bersemangat di babak pertama, tapi ngegas di babak kedua.

Pada musim 2023/24, performa Liverpool grafiknya perlahan menanjak dalam 90 menit pertandingan. Tanjakan paling curam terjadi pada 15 menit akhir. Di situ Liverpool bermain makin kesetanan. Situs resmi Premier League mencatat, di 15 menit terakhir musim lalu, total Liverpool bisa mencetak 19 gol dan cuma kebobolan 5 gol.

Nah, strategi ini dilanjutkan oleh Arne Slot di musim lalu. Liverpool terasa hambar di babak pertama. Tapi begitu masuk 45 menit kedua, Liverpool berubah drastis. Serangan lebih sporadis, intensitas meninggi, dan kecepatan bertambah berkali-kali lipat. Sejumlah pemain yang penampilannya di babak pertama biasa saja, memberi kejutan di babak kedua.

Kita ambil contoh Mo Salah. Musim lalu The Egyptian King mencetak 29 gol di Liga Inggris. Tapi kalian tahu nggak, Salah hanya mencetak enam dari jumlah gol itu di babak pertama. Sebenarnya ada satu pemain yang cukup identik dengan strategi ini. Ia sering jadi jawaban ketika Liverpool butuh gol kemenangan.

Ya, pemain itu adalah Diogo Jota. Dari era Klopp hingga Arne Slot, mendiang sosok pemain yang punya ketenangan dan kemampuan untuk memberikan hasil di situasi tertekan. Penyelesaian klinis dan mentalitas fox in the box menjadi atribut khas Diogo Jota. Liverpool belum menemukan sosok seperti Jota, dan di situ permasalahannya. Kok bisa?

Masalah di Sisi Lain

Mencari gol kemenangan pada menit akhir, di sisi lain, beresiko buat Liverpool itu sendiri. Apalagi jika menghadapi tim yang benar-benar kuat dalam bertahan, sedangkan ketika menyerang, tajam nan efektif. Beberapa pemain baru seperti Florian Wirtz belum kawin dengan pemain lain.

Cody Gakpo dan Mo Salah masih terpaku pada sisi sayap dan belum bisa membantu banyak Wirtz. Hugo Ekitike juga kerap kesulitan mencari maupun membuka ruang ketika menghadapi lawan yang bermain pertahanan rendah. Sebab itu Liverpool mengharapkan Alexander Isak yang terbiasa membongkar pertahanan tim-tim Liga Inggris.

Terlepas dari sisi buruknya, “Arne Time” ini akan menjadi suguhan menarik selama musim ini. Akan menjadi sangat dahsyat dan luar biasa ketika di akhir musim nanti, The Reds akan menjuarai Liga Inggris dengan kebanyakan gol kemenangannya dicetak pada menit 90+.

Sumber: BBC, ESPN, PremierLeague, talkSPORT, TheAthletic, PremierLeague, LFCHistory

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru