Ada rasa kecewa sekaligus bangga dari para pemain Schalke ketika wasit meniup peluit panjang di laga semifinal Liga Champions 2010/11. Kecewa karena mereka kalah dengan agregat 6-1 melawan Manchester United. Bangga, karena itu adalah pertama kalinya Schalke bisa menapakkan kakinya di babak semifinal Liga Champions.
Jose Manuel Jurado saat itu berkata “Ini pertama kalinya klub bisa sampai babak semifinal. Dan sekarang orang-orang memandang Schalke secara berbeda”. Dan ucapan itu terbukti benar. Siapapun yang punya pengetahuan tentang Bundesliga pasti menyadari bahwa Schalke adalah klub besar. Mereka dikenal sebagai penghasil bakat-bakat muda di Jerman.
Tapi sayangnya ucapan itu seolah tidak berarti apapun setelah apa yang terjadi pada Schalke sekarang. Setelah serangkaian keputusan buruk dari petinggi klub, Schalke menghadapi kehancurannya sendiri.
Puncaknya adalah di musim 2020/21, ketika die knappen terdegradasi untuk yang pertama kalinya sejak 33 tahun. Mereka memang bisa kembali ke Bundesliga di musim 2022/23 ini. Namun, setelah itu pun Schalke masih belum bisa bangkit.
Tapi kita bukan membahas soal kehancuran Schalke. Melainkan bernostalgia ketika Schalke dengan gagahnya berhasil sampai ke semifinal Champions League. Bagaimana hebatnya perjalanan Schalke di Liga Champions musim 2010/11?
Daftar Isi
Datangnya Rangnick
Bisa dibilang Schalke mengawali musim 2010/11 dengan penuh kekecewaan. Rentetan hasil buruk mereka dapatkan di pertandingan liga. Kalah di empat laga awal Bundesliga membuat semangat mereka sempat surut. Padahal Schalke mengakhiri musim sebelumnya dengan finis di peringkat kedua.
Tapi empat kekalahan beruntun di awal kampanye Bundesliga tentu membuat Schalke diragukan kualitasnya. Dan hasil buruk itu masih tetap berlanjut. Total dari 10 pertandingan pertama, Schalke hanya meraih satu kemenangan, tiga imbang dan enam kali kalah. membuat mereka duduk di peringkat 17.
Setelah itu Schalke sempat mengalami peningkatan performa menjelang musim dingin. Tapi itu hanya bersifat sementara. Die Knappen kembali berkutat di posisi 10 sampai libur tengah musim.
Performa yang tidak baik itu memunculkan ketidakpuasan dari berbagai pihak. Dan yang harus bertanggung jawab adalah Felix Magath, pelatih Schalke saat itu. Ia pun dipecat pada pertengahan musim dan digantikan oleh Ralf Rangnick. Ia bukanlah nama yang asing bagi Schalke. Sebelumnya Rangnick pernah jadi pelatih Schalke di tahun 2004 sampai tahun 2005.
Rangnick mewarisi skuad yang pincang. Setelah menderita banyak hasil buruk, mereka mengalami penurunan motivasi dan banyak ketidakpuasan. Tapi setidaknya ia punya skuad yang dipenuhi dengan bakat-bakat yang luar biasa. Diantaranya adalah Manuel Neuer. Saat itu ia masih berusia 25 tahun dan sudah jadi kapten tim.
Bawa Bakat Muda ke Eropa
Selain Neuer ada juga beberapa pemain lagi yang akan jadi bintang di masa depan. Diantaranya adalah Joel Matip yang masih jadi pemain muda saat itu. Ia dipercaya di lini bertahan Schalke. Kemudian, bersama Matip juga hadir Benedikt Howedes yang dimasa depan akan menjuarai Piala Dunia bersama Jerman.
Bakat muda itu dipadukan dengan beberapa pemain yang sudah veteran. Sebut saja Raul Gonzalez. Dimana ini jadi musim pertama Raul di Schalke setelah dibuang oleh Real Madrid. Raul bisa membuktikan bahwa dirinya masih belum habis.
Kemudian ada juga Klaas-Jan Huntelaar. Ia berlabuh di Schalke setelah berkelana di klub-klub top Eropa seperti Ajax, AC Milan, dan Real Madrid. Untuk melapis dua pemain senior itu Rangnick juga punya pemain muda lainnya, Julian Draxler.
Meskipun hasil buruk diterima oleh Schalke di Bundesliga, Felix Magath masih bisa membuat keberuntungan di Liga Champions. Die Knappen berada di grup B yang diisi oleh Lyon, Benfica, dan Hapoel Tel Aviv. Felix masih bisa membawa Schalke lolos fase grup dengan memuncaki klasemen.
Mengalahkan Valencia
Pertandingan terakhir Felix di Liga Champions bersama Schalke adalah di babak 16 besar. Saat itu Schalke bertemu dengan wakil dari Spanyol, Valencia. Leg pertama dijalankan di markas Valencia, Mestalla Stadium. Dalam laga sengit yang diwarnai 31 kartu kuning dan 1 kartu merah ini Schalke berhasil menahan imbang tim tuan rumah dengan skor 1-1.
Gol pembuka diciptakan oleh Soldado di menit ke-17. Tapi Tim tamu berhasil membalasnya di babak kedua. Tepatnya di menit ke-64, lewat gol dari Raul Gonzalez yang seolah menegaskan kunjungannya ke Spanyol bukan untuk main-main. Meskipun imbang, gol tandang ini jadi modal penting Schalke untuk leg kedua.
Tapi ternyata Schalke tidak membutuhkan modal itu di leg kedua. Valencia mampu unggul lebih dulu di menit ke-17 lewat gol dari Ricardo Costa. Namun sebelum babak pertama berakhir, tepatnya di menit ke-40 Jefferson Farfan mencetak gol balasan.
Di menit ke-52 Gavranovic berhasil membalikan kedudukan. Skor pun berubah menjadi 2-1 untuk sementara waktu. Sampai di akhir babak kedua, Farfan kembali mencetak gol ke gawang Valencia. Mereka pun lolos ke babak perempat final dengan agregat 4-2.
Di babak perempat final inilah tantangan sebenarnya menanti Schalke. Mereka harus menghadapi raksasa Serie A, Inter Milan. Nerazzurri adalah juara bertahan Liga Champions tahun sebelumnya. Memang Inter Milan di musim 2010/11 tidaklah sekuat mereka di musim sebelumnya. Nerazzurri baru saja ditinggal oleh pelatih mereka, Jose Mourinho yang pindah ke Real Madrid.
Tapi skuad mereka pada dasarnya masih sama. Inter masih diperkuat oleh pemain-pemain yang meraih treble di musim sebelumnya. Lini serang mereka masih diisi oleh Diego Milito, Samuel Eto’o dan Wesley Sneijder. Dan barisan pertahanan yang kokoh seperti Thiago Motta, Zanetti, dan Julio Cesar.
Jatuhkan Juara Bertahan
Inter telah mengalahkan Bayern Munchen sebelum sampai ke babak ini. Dan Giuseppe Meazza masih memberikan aura intimidatif terhadap para lawannya. Jadi, Inter bukanlah tim yang bisa diremehkan meski sudah tidak dilatih Jose Mourinho.
Ini juga jadi pertandingan pertama Rangnick di Champions League bersama Schalke musim itu. Ia baru jadi pelatih die knappen selama tiga minggu saat timnya melakukan perjalanan ke Milan untuk leg pertama.
Pertandingan dimulai dengan awal yang buruk bagi Die Knappen. Baru semenit laga berjalan, Dejan Stankovic sudah mencetak gol jarak jauh terhebat dalam sejarah Champions League. Tapi Matip berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-17. Sebelum Milito dan Edu bergantian mencetak gol untuk menambah skor masing-masing tim. Kedudukan 2 sama pun bertahan sampai babak pertama selesai.
Di babak kedua Schalke mendapatkan kendali permainan. Raul mencatatkan namanya di papan skor di menit ke-53. Kemudian empat menit berselang Ranocchia mencetak gol bunuh diri. Kartu merah yang diterima Chivu membuat malam makin terasa panjang bagi tim tuan rumah. Akhirnya Edu kembali mencetak gol di menit ke-75 membuat Schalke menang 5-2 di kandang Inter.
Kemenangan 2-1 yang mengejutkan di leg kedua menempatkan mereka ke semifinal Champions League pertama die knappen sepanjang sejarah. Dan mereka melakukannya dengan cara yang luar biasa. Yaitu dengan membinasakan Inter yang musim sebelumnya dapat treble winner. Inter yang saat itu diperkuat mega bintang seperti Samuel Eto’o, Diego Milito, Wesley Sneijder dan lainnya.
Ini jadi penghibur di tengah suramnya nasib mereka di Bundesliga. Mereka duduk di peringkat 10 liga setelah hanya meraih 3 kemenangan dari 7 pertandingan. Hanya perjalanan di Liga Champions inilah yang jadi penyelamat mereka musim itu.
Berakhir di Old Trafford
Namun tentu saja semua hal baik tidak ada yang abadi. Takdir mempertemukan Schalke dengan Manchester United di babak semifinal. Bermain di kandang sendiri, Manuel Neuer melakukan segala cara untuk menjaga gawangnya dari gempuran yang dipimpin oleh Wayne Rooney di leg pertama.
Tapi apa daya, bahkan bermain di Gelsenkirchen tidak bisa membuat mereka membendung kekalahan. Schalke pun kalah dengan skor 2-0 lewat gol dari Ryan Giggs dan Wayne Rooney.
Di leg kedua Schalke tidak bisa berbuat apa-apa. Performa mereka di Liga Champions mulai mencerminkan penampilan mereka di liga domestik. Hal ini berbanding terbalik dengan Manchester United. Anak asuh Sir Alex Ferguson itu masih jadi tim terkuat di Inggris. Dan jelas masih terlalu kuat untuk Schalke.
Dibuktikan dengan MU yang di leg kedua itu memasang pemain-pemain pelapisnya. Diantaranya John O’Shea, Smalling, Jonny Evans, Anderson dan Gibson. Tetap saja, MU bisa menang dengan mudah setelah mengakhiri laga dengan skor 4-1.
Meskipun Rangnick akan hengkang lebih awal di musim setelahnya, ia memiliki peran besar dalam perjalanan sampai ke semifinal Liga Champions. Dan merupakan pencapaian terhebat Schalke di Liga Champions sejauh ini.
Selain itu Schalke juga tidak mengakhiri musim dengan terlalu buruk. Die Knappen meraih DFB Pokal dengan mengalahkan Bayern Munchen di semifinal dan pesta gol lawan MSV Duisberg di final. Itu jadi trofi bergengsi pertama mereka sejak 2002.