Selama bertahun-tahun, publik Inggris beserta media-media mainstream Inggris meragukan kemampuan Zlatan Ibrahimovic. Dia memang mampu mencetak gol spektakuler, tapi dia tak pernah benar-benar jadi striker tajam. Hingga 2012, rekornya menghadapi klub Inggris ialah hanya tiga gol dalam 15 pertandingan, semuanya ke gawang Arsenal. Bersama timnas pun, Ibra gagal sekalipun mencetak gol ke gawang Inggris.
Namun, semuanya berubah pada 14 November 2012. Hari itu, Ibra menampilkan performa yang tak akan ada seorang pun sanggup mengulangi apa yang ia lakukan di lapangan.
Kala itu, pelatih Inggris Roy Hodgson berniat memperkenalkan beberapa pemain muda seperti Steven Caulker dan Wilfired Zaha. Pertandingan itu pun menandai dibukanya Stadion Friends Arena. Bagi publik Swedia, pertandingan ini diharapkan memulai era baru sepak bola Swedia yang lebih cerah, terlebih setelah mereka finish juru kunci di Euro 2012.
Hanya perlu 19 menit bagi Ibrahimovic untuk membuka keunggulan, ketika dia mencetak gol pertama yang tercpita di Friends Arena. Gol ini seolah dikirim Ibra kepada semua penonton, tentang apa yang akan ia suguhkan pada malam itu.
Namun sebelum babak pertama usai, Inggris segera membalikkan keadaan. Gol Danny Welbeck dan Caulker mampu membuat publik tuan rumah harap-harap cemas.
Babak kedua nyatanya jadi milik Ibrahimovic. Ia membuat rombongan suporter tamu terdiam, yang sedari awal pertandingan terus bernyanyi, “kau sama jeleknya dengan Andy Carroll”.
Barangkali bagian terbaik dalam laga ini ialah bahwa Ibrahimovic mampu mencetak trigol hanya dalam 14 menit, yang semua golnya terhitung amat luar biasa. Dimulai pada menit 74, kala dia mengontrol umpan cungkilan dengan dada, lalu melakukan tendangan super dari dalam kotak penalti. Dalam satu gerakan, dia menaruh bola ke posisi tembak menggunakan dadanya, sebelum menembaknya sebelum bola menapak tanah. Joe Hart pun terperdaya.
Gol ketiganya terjadi hanya beberapa menit kemudian. Dari jarak 30 yard, eksekusi tendangan bebasnya mampu menghujam sudut kanan bawah jala Hart. Yang menarik, itu bukan persembahan terakhir Ibra di malam itu. Sang pesulap masih punya satu pertunjukan lagi, dan itu akan mengubah persepsi publik Inggris selamanya.
Dalam sebuah situasi umpan terobosan, Ibra menyadari kiper Hart tak kan mampu membuang bola jauh menggunakan kepalanya. Dia tak berusaha mengkonfrontasi Hart, melainkan hanya menunggu bola akan jatuh ke maan. Dengan matanya terus menatap bola, ia melihat bola mengarah sedikit ke belakang tubuhnya. Idealnya ia akan menendang voli, tapi bola terlalu tinggi. Jadilah ia melakukan tendangan salto dalam jarak yang tak masuk akal. Hart masih belum kembali ke garis gawang, dan bola meluncur deras tanpa ada yang menghalau.
Penonton di Friends Arena terhenyak. Mereka yang selama ini meragukan kini menganggapnya sebagai keajaiban. Malam itu Ibra membuktikan ia tak hanya seorang pemain berkualitas, melainkan juga pemain yang siap memberi hukuman pada para peragu…