“Yang gendut jadi kiper!”
“Adzan Maghrib adalah peluit panjang pertandingan”
“Jika pemilik bola pulang, maka pertandingan bubar seketika”
Itulah sekelumit cerita, ketika sore itu semua berkumpul untuk ‘sebuah pertandingan’.
Sepakbola adalah olahraga paling diminati di dunia. Tidak hanya asik untuk ditonton, olahraga yang satu ini juga tak kalah seru saat dimainkan. Tak heran, bila sepakbola menjadi sebuah gairah tersendiri untuk banyak orang.
Mereka yang menyukai sepakbola bukan hanya hadir dari kalangan orang dewasa saja, anak-anak yang masih memiliki semangat tinggi pun gemar memainkan olahraga yang satu ini. Berbagai tempat bisa menjadi lapangan sepakbola dadakan. Modalnya sederhana, ada pemain dan bola.
Tidak ada aturan khusus atau peraturan yang terlalu mengikat, karena jumlah pemainnya pun tidak dibatasi. Tergantung kesepakatan bersama. Untuk membedakan kawan maupun lawan, ada bermacam cara, yang pertama tentu saja dengan tos, undi, ataupun suit. Siapa yang kalah maka kelompoknya harus lepas baju. Selain suit juga ada cara lain yang menjadi andalan, yaitu regu yang gawangnya kebobolan terlebih dahulu maka harus melepas baju.
Meskipun anak-anak tidak membuat aturan bermain bola secara tertulis, permainan mereka akan tetap menyenangkan. Naluri kebahagiaan anak-anak menjadikan setiap pertandingan yang dimainkan terasa begitu istimewa.
Tidak bisa dipungkiri, masa kecil seperti itu tidak akan pernah tergantikan. Apalagi untuk kalian yang besar di tahun 90an. Bocah yang lahir sebelum era milenial akan terus mengingat bagaimana serunya berlarian di lapangan becek demi memainkan sepak bola.
Meski terbilang kuno, yakinlah jika ratusan bahkan ribuan permainan ala gadget anak zaman sekarang tidak akan bisa menandingi keseruan permainan sepakbola yang tidak ada wasit, tidak ada kartu, dan harus selesai ketika adzan maghrib dikumandangkan.
Selain peraturan legendaris itu, masih ada lagi aturan yang pasti diingat oleh siapapun yang pernah bermandikan hujan demi bermain bola bersama kawan-kawan.
Yang pertama adalah tentang gawang. Gawang biasanya disusun dari tumpukan batu atau dengan tumpukan sandal. Jika bola melintas di atas gawang atau tumpukan sandal tersebut, ada 2 kemungkinan, yaitu tiang luar, yang artinya tidak gol dan tiang dalam yang artinya gol. Penentuan pengambilan keputusan dalam masalah ini biasanya dilihat dari arah pentulan tumpukan batu atau sandal tersebut. Misal, jika pantulan tumpukan tersebut terpental ke sisi dalam dari gawang, maka dinyatakan tidak gol. Lebar gawang juga diukur menggunakan langkah kaki.
Untuk aturan tak tertulis lain nya juga terbilang sederhana. Selama pertandingan tidak ada wasit dan tidak ada kartu kuning atau merah. Hanya pelanggaran serius lah yang bisa memberikan tendangan bebas, seperti bola mengenai muka lawan atau tekel yang menyebabkan pemain lawan terjatuh. Dan tentunya hands ball juga dihitung sebagai pelanggaran.
Selain itu, Jika penjaga gawang menyentuh bola dengan tangan terlalu jauh, maka akan dihukum dengan tendangan penalti. Serta kiper yang boleh menangkap bola di depan gawang meskipun itu hasil umpan dari kaki satu tim.
Tak hanya adzan maghrib yang mampu mengakhiri sebuah pertandingan. Jika seluruh pemain sudah merasa lelah, maka pertandingan akan dinyatakan selesai, dengan catatan, tim yang mencetak gol terakhir dinyatakan sebagai pemenang.
Semua aturan itu terbentuk secara spontan. Asal semua bahagia, maka pertandingan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan.