Lengkap sudah penghuni Grup B Piala Dunia Qatar 2022 yang baru saja kedatangan penghuni terakhirnya yakni Wales. Setelah mengalahkan Ukraina 1-0 di babak playoff.
Sudah lama beredar kabar, bahwa grup ini bukan soal teknis sepakbola saja yang dijual. Namun dari segi sejarah dan politik juga “sangat seksi” untuk dijual. Pasalnya di sini ada Iran, Amerika Serikat maupun Inggris, yang secara sejarah dan politik punya cerita tersendiri.
The stage is set. Group B is complete. 🏆
The two teams that will make it out of the group are _____________ and _____________ 🤔 pic.twitter.com/F7FylET2zM
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) June 5, 2022
Iran vs Amerika
Grup ini mempertemukan Iran dan Amerika Serikat. Dua negara yang notabene secara hubungan politik selalu mengalami kerenggangan. Hubungan politik yang renggang antara Iran dan Amerika sudah terjadi dalam kurun waktu 40 tahun lebih. Tentunya tak terhitung berapa banyak konflik antar dua negara tersebut sejak revolusi Iran yang menggulingkan presiden Shah Reza Pahlevi yang dianggap sebagai boneka Amerika pada 1979.
THE 1979’S IRAN REVOLUTION,IT’S CAUSES WHY THE LAST SHAH OF IRAN MOHAMMAD REZA PAHLAVI WAS OVERTHROWN.THE RELIGIOUS LEADER AYATOLLAH KHOMEINI RETURN TO IRAN AFTER 14 YEARS IN EXILE. IN 1980 SHAH IRAN PAHLAVI DIES IN EGYPTIAN EXILE.<< (https://t.co/8UNOs3HQ6G, MUST READ ) pic.twitter.com/z5zofi61Xk
— Global Politics & History (@Global66politic) May 30, 2018
Hasil undian yang mempertemukan keduanya di Grup B Piala Dunia Qatar 2022 ini seakan mengingatkan pada cerita di Piala Dunia Prancis 1998 . Di mana Iran dan Amerika ketika itu juga bertemu di grup. Dalam laga tersebut pihak Amerika menyebut pertandingan tersebut dengan julukan “The Mother of All Game“.
Pertandingan itu diwarnai dengan kejadian negosiasi berulang kali terkait urusan jabat tangan sebelum pertandingan. Iran secara regulasi harus menyalami Amerika ketika itu sebelum kickoff. Akan tetapi regulasi tersebut ditentang oleh pemimpin tertinggi Iran, Khomeini, yang kala itu memerintahkan agar pemain Iran tidak menyalami pemain Amerika.
Di luar itu, juga terjadi rumor yang mengatakan bahwa kurang lebih 7.000 tiket dari 42.000 tiket yang disediakan telah dibeli oleh kelompok yang terkait terorisme “Mujahedin Khalq“. Kelompok teroris yang akan menyusupi pertandingan antar negara tersebut untuk menyabotase dan menyebarkan propaganda politik.
Apakah kejadian pada Piala Dunia 1998 itu akan kembali terulang di Qatar 2022? Tentu saja jangan. Mengingat pertandingan yang dilaksanakan dengan “bertukar bunga” ketika itu di 1998 sudah menjadi bukti bahwa sepakbola dibuat untuk perdamaian.
The USA will face Iran at a World Cup for the first time since 1998 when Iran won 2-1.
Following USA’s support for Iraq in the Iran-Iraq war, USA players agreed to walk out towards the Iranian team.
The Iranian players gifted white roses back as a symbol of peace. 🕊️ pic.twitter.com/Buth6vWvPh
— CBS Sports Golazo ⚽️ (@CBSSportsGolazo) April 1, 2022
Pertandingan itu pun berakhir dengan skor 2-1 untuk Iran. Kekalahan AS itu membuat AS tersingkir. Brian McBride, yang mencetak gol bagi AS sekarang menjadi manajer umum tim nasional. Mehdi Mahdavikia, yang mencetak gol kedua Iran ketika itu pun kini ada di staf pelatih Iran. Sungguh pertandingan yang menarik untuk dinanti.
Bagi AS, ini akan menjadi yang ke-11 mereka tampil di panggung Piala Dunia. Tim besutan Gregg Berhalter, kali ini datang ke Qatar dengan sejumlah bakat-bakat muda yang cukup untuk bersaing lolos dari grup. Pulisic, Gio Reyna, Weston McKennie, Serginho Dest patut menjadi ancaman tim-tim lain di grup ini.
The talent on the USMNT provisional roster for CONCACAF Nations League ✨
Christian Pulisic
Weston McKennie
Tyler Adams
Gio Reyna
Sergino Dest
Konrad de la Fuente
John Brooks
Chris Richards
Yunus Musah
Tim Weah
Zack Steffen
Josh Sargent
Daryl Dike
Brenden Aaronson😍😍😍 pic.twitter.com/nSzBEskdJi
— ESPN FC (@ESPNFC) May 11, 2021
Sedangkan bagi Iran, ini adalah putaran final Piala Dunia ketiganya secara berturut-turut sejak 2014. Tim asuhan pelatih asal kroasia, Dragan Skocic ini, lolos ke babak final 2022 dengan penuh percaya diri, menang 8 kali, seri 1 kali dan kalah 1 kali di babak kualifikasi zona Asia.
Penyerang Porto, Mehdi Taremi, kreator Feyenoord, Alireza Jahanbakhsh dan penyerang Bayer Leverkusen, Sardar Azmoun membuat Iran sangat berbahaya di sektor penyerangan kali ini dan patut dijadikan underdog Grup B.
With the World Cup groups settled – we revisit the #WCQ2022 campaign that finished last week.
Who was Iran’s best player during the campaign?
▪️ Sardar Azmoun
▪️ Mehdi Taremi
▪️ Hossein Kanaani
▪️ Alireza Jahanbakhsh pic.twitter.com/qnjWC5uxAq— Persian Soccer (@prznsoccer) April 4, 2022
Penantian Panjang Wales
Kemudian ada Wales yang membuktikan bahwa grup ini lebih dari sekedar sepakbola. Kali ini mereka akhirnya bercerita tentang sebuah penantian panjangnya. Timnas Wales mempunyai capaian tersendiri yang akan selalu dikenang publik negaranya.
Ini adalah kali kedua The Dragons lolos ke Piala Dunia sejak 64 tahun silam. Di mana Wales terakhir kali tampil di Piala Dunia pada tahun 1958. Ketika itu, mereka mampu melaju hingga babak perempat final.
After 64 years of waiting… Wales are back at the World Cup! 🏴
They’ll be joining some familiar faces in Group B! 👀 #FIFAWorldCup | @Cymru pic.twitter.com/l9W7dDn9yp
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) June 5, 2022
Kelolosan mereka ke Qatar tahun ini merupakan prestasi menakjubkan, mengingat keadaan sepakbola Wales sempat mengalami krisis kecil pada 2021. Legenda yang didewa-dewakan fans MU Ryan Giggs, yang menggantikan Chris Coleman pada 2018 sebagai pelatih, diskors setelah didakwa melakukan pelanggaran terkait kekerasan dalam rumah tangga.
Dengan itu Federasi sepakbola Wales langsung menunjuk asistennya Rob Page. Page berhasil membuat Wales lolos dari Grup A Piala Eropa 2020 yang dihuni Italia, Swiss, dan Turki, meskipun di 16 besar mereka dicukur Denmark 4-0.
Wales stuns the world by defeating Belgium, 3-1 to reach their first-ever #EURO2016 semifinal. pic.twitter.com/hCZOxQk174
— Stadium (@Stadium) July 1, 2016
Kiprah Wales yang mampu mencapai semifinal di Piala Eropa 2016 juga jangan dianggap remeh. Meskipun sudah tidak bersama pelatih yang dulu, namun beberapa pemainnya masih berada di skuad Page kali ini, seperti bintang mereka Gareth Bale, Wayne Hennessey, Joe Allen, Aaron Ramsey, dan Ben Davies. Bagaimanapun tim ini patut untuk dinanti kiprahnya di Qatar nanti.
Pembuktian Inggris
Kemudian yang terakhir ada si paling unggulan di grup ini yakni timnas Inggris. Kalau tim yang satu ini tak usah ditanya lagi kiprahnya di Piala Dunia. Tim ini hampir selalu dijagokan menjadi juara di tiap edisinya. Bahkan mereka dulu sejak jaman Lampard, Gerrard, Beckham, sempat dielu-elukan sebagai “the dream team”, meski hasilnya ya… begitulah.
Namun, kini Inggris datang ke Qatar dengan semangat baru. Dibangun oleh Southgate sejak mereka tampil di Piala Dunia 2018 hasilnya terbilang terus meningkat. Mereka berhasil menjadi semifinalis di Rusia, sedangkan di Piala Eropa 2020 mereka hampir saja juara. Kali ini di Qatar, wajar kalau mereka menargetkan sebagai juara.
World Cup 2018: Semi-finalists
Euro 2020: Runners-upIs 2022 the year England go all the way? 🏴🏆
✍️ @alexkeble
— GOAL News (@GoalNews) March 31, 2022
Kisah Inggris ini sebenarnya hampir mirip dengan apa yang dialami oleh MU. Ketika MU di Liga Inggris mampu mencapai peringkat 3 di 2020, runner up di 2021, dan kita tahu hasilnya seperti apa di 2022. Inggris tak boleh bernasib seperti itu, Inggris harus belajar, tak boleh jumawa dan menganggap dirinya besar di Qatar nanti.
Terlepas dari itu, inilah saatnya pembuktian generasi baru Inggris dengan sebagian besar diisi para pemuda yang mampu kolektif secara tim. Pertarungan sengit mungkin akan terjadi dengan AS. Di mana Inggris dan AS kali ini akan bertemu yang ketiga kalinya di turnamen resmi setelah kekalahan Inggris 1-0 di Piala Dunia 1950 dan hasil imbang 1-1 di Piala Dunia Afrika 2010 dengan cerita blundernya kiper Inggris, Robert Green.
USA’s #WorldCup history vs England:
➖ June 12, 2010- USA 1-1 England
✅ June 29, 1950 – USA 1-0 England#WorldCupDraw | #USMNT pic.twitter.com/W1FuqmTLdS
— bet365 US (@bet365_us) April 1, 2022
Namun, Wales dan Iran juga jangan dianggap sepele. Wales yang saudara serumpun Britania Raya sudah pasti tau kelemahan Inggris. Sedangkan Iran, yang dengan semangat sejarah dan politiknya bukan tidak mungkin akan menyulitkan.
Inggris bersama Southgate sekali lagi akan dihadapkan pada penantian panjang sejarah negaranya. Di mana terakhir kali gelar Piala Dunia mampir ke negeri Ratu Elizabeth itu pada tahun 1966. Artinya sudah menginjak 56 tahun. Kapan “It’s Coming Home” Lagi?
1966 – @England will play on the opening day of a @FIFAWorldCup tournament for the first time since 1966. Harbinger. pic.twitter.com/b1zPddF4r8
— OptaJoe (@OptaJoe) April 1, 2022
Berkaca dari peluang di grup ini, hanya Inggris yang di atas kertas mungkin bisa lolos dari grup. Namun AS, Iran, dan Wales mempunyai peluang yang sama untuk saling adu jotos berebut tiket lolos. Yang jelas, terlepas dari hasilnya, paling tidak bumbu-bumbu sedap yang datang dari sejarah dan politik mampu menjadi warna-warni tersendiri yang menyertai persaingan sengit Grup B ini.
https://youtu.be/qCLsGlDCXto
Sumber Referensi : sportingnews, euronews, theathletic