“Kovacic hanyalah pengagum Modric. Sama seperti anak-anak lain di klub, Modric adalah nomor 10, pemain terbaik idola mereka,” kata Jozo Bandic, pelatih Dinamo Zagreb U-19, sekaligus pelatih Mateo Kovacic.
Ya begitulah aura seorang Luka Modric. Ia bagi anak-anak di Kroasia, terkhusus para penimba ilmu di Dinamo Zagreb adalah pemain yang hebat. Modric sudah pasti akan diidolakan siapa pun, tak terkecuali Mateo Kovacic.
Kovacic awalnya adalah pengagum Luka Modric. Foto keduanya yang serupa kolase terpampang di Dinamo Zagreb. Sebuah foto ikonik di mana Luka Modric merangkul Kovacic yang saat itu usianya masih sangat belia. Kira-kira foto itu diambil tahun 2007.
Mateo Kovacic & Luka Modric in 2007.
Mateo Kovavic & Luka Modric in April 2022.
🤩 pic.twitter.com/TTfr5q4ZXy— Fanatics of Football (@footynews129) April 15, 2022
Tepat ketika Luka Modric menjadi bintang playmaker andalan Dinamo Zagreb. Lalu orang yang ia ajak foto, Mateo Kovacic adalah murid dari akademi klub yang terkenal pemalu. Entah bagaimana foto itu menjadi pertanda awal kedua pemain yang kini bermitra di lini tengah Timnas Kroasia itu menjalin persahabatan.
Daftar Isi
Kovacic Mengagumi Modric, Tidak Lebih
Ketika Modric datang ke tempat latihan akademi Dinamo Zagreb, Mateo Kovacic sudah lama mengidolakan salah satu gelandang terbaik itu. Namun, meski mengagumi Modric, dari gaya permainan sampai visi bermainnya, tapi Kovacic tak pernah sekalipun meniru bagaimana Modric mengolah si kulit bundar.
From a ‘fan with his idol’ to ‘teammates’ to ‘family’.
Luka Modric has become the Godfather of Mateo Kovacic’s son. 😍 pic.twitter.com/lvz95aFIRB
— The Football Arena (@thefootyarena) August 5, 2021
Alih-alih terpengaruh dengan gaya permainan Modric, Mateo Kovacic justru lebih terpengaruh dengan gaya main seorang legenda Barcelona, Andres Iniesta. Perjalanan keduanya pun berbeda.
Ketika Mateo Kovacic baru menjalani debutnya di tim utama Dinamo Zagreb pada usia 16 tahun pada November 2010, Modric sudah matang bermain di Eropa. Luka Modric sudah membuktikan pada dunia bahwa dirinya adalah gelandang yang punya daya tawar.
Modric bermain untuk Tottenham Hotspur kala itu, dan menjadi salah satu bintang yang bersinar di Premier League. Sementara, Mateo Kovacic, bocah yang mengagumi Modric baru mau mulai tancap gas menjadi pemain hebat.
Mengikuti Jejak Modric
Yang menarik dari seorang Luka Modric bagi Kovacic adalah bagaimana perjalanan sang gelandang. Dari akademi klub profesional di Kroasia, Dinamo Zagreb menuju ketenaran global. Luka Modric sendiri awalnya tiba ke Dinamo dari klub kota kelahirannya, NK Zadar saat usianya menginjak 16 tahun pada 2001.
Namun, jelas Modric butuh perjuangan keras hanya untuk bisa masuk ke skuad U-19. Ia kemudian masuk ke tim U-19 Dinamo Zagreb dengan bakat alaminya. Itu pun setelah Modric menjalani masa peminjaman ke klub Bosnia seperti Zrinjski Mostar dan klub Kroasia lain, Inter Zapresic. Usianya yang masih muda dengan memilih kembali ke Kroasia adalah keputusan tepat.
“Dia (Modric) memiliki kualitas. Karakternyalah yang membuat perbedaan,” kata asisten direktur olahraga Dinamo Zagreb, Marko Vukelic seperti dikutip The Athletic.
Sebaliknya, cerita Mateo Kovacic sedikit berbeda. Sejak kedatangannya ke klub Dinamo Zagreb, Kovacic sudah disebut sebagai bocah ajaib. Ia menuju akademi Dinamo saat usianya 13 tahun, didatangkan dari klub LASK Linz.
Meski begitu, ujian berat tampaknya harus ia terima. Kaki Kovacic patah ketika usianya 14 tahun. Cedera itu membuat Kovacic istirahat cukup lama. Sampai akhirnya Kovacic bisa bermain di tim Dinamo Zagreb ketika usianya 16 tahun.
Luka Modric and Mateo Kovacic; together at Dinamo Zagreb, together for Croatia and now together at Real Madrid pic.twitter.com/PJYIcoKwzY
— Jonas Adnan Giæver (@CheGiaevara) August 18, 2015
Kerjasama Pertama di Kroasia
Cukup lama terpisah, Modric yang pada tahun 2012 sudah merapat ke Real Madrid dengan nilai transfer 30 juta pounds atau Rp608 miliar ketika itu, akhirnya bertemu kembali dengan Mateo Kovacic. Untuk pertama kalinya di Timnas Kroasia keduanya menjalin kerjasama.
Pada kualifikasi Piala Dunia melawan Serbia pada Maret 2013, keduanya menjadi andalan di jantung Kroasia. Modric yang sudah kenyang pengalaman dan nasibnya yang tengah meroket menjadi pemimpin yang pas di tim itu.
Sementara, Kovacic adalah partner yang aduhai. Kualitas Kovacic dalam merebut bola begitu cocok dengan Modric yang kreatif sebagai seorang gelandang. Terlebih dua bulan sebelum pertandingan itu, Kovacic sudah berada di Inter.
Kovacic dikontrak Inter dengan biaya Rp191 miliar. Waktu itu ternyata memang bakat Kovacic sudah terendus oleh klub sebesar Inter Milan. Modric dan Kovacic pun menjalin chemistry yang mudah.
Modric yang sudah menonjol di Real Madrid mampu menjadi partner rekan lulusan Dinamo-nya itu. Ia memperlakukan Kovacic seperti adik laki-laki. Sementara Kovacic sendiri sudah mulai berkembang.
Selain kualitasnya dalam menghadang bola dan menjadi pengontrol di lini tengah, Kovacic juga mengalami transformasi fisik. Ia tak lagi kurus seperti dulu. Kemampuan inilah yang bikin Modric merasa mesti mengajaknya bermain bersama di Real Madrid.
Modric Bawa Kovacic ke Madrid
Idenya itu ternyata bukan gurauan seorang bayi. Modric tampak serius memboyong Kovacic ke Real Madrid. “Saya melihatnya dari bangku cadangan, yang memungkinkan saya fokus melihat performa luar biasa Kovacic,” kata Modric ketika Real Madrid melakoni persahabatan pra musim melawan Inter di Guangzhou.
Inter pada waktu itu memang kalah 3-0. Tapi Kovacic tetap menjadi sorotan, dan Modric kembali menegaskan niatnya untuk “memaksa” Real Madrid mendatangkan Mateo Kovacic. Dalam perjalanan menuju Shanghai untuk uji coba melawan AC Milan, Modric berbicara dengan Florentino Perez.
Ia bilang bahwa Kovacic memiliki kemampuan yang cocok Real Madrid manfaatkan. Saat itu, Perez masih ragu dengan omongan Modric. Ia tak langsung mengiyakan. Tapi Florentino Perez sepertinya menegaskan mungkin tahun depan ia baru akan membawa Kovacic.
Secara nggak langsung, Perez tidak ingin cepat-cepat mengambil keputusan untuk mendatangkan Kovacic. Tapi Modric, yang tahu betul kualitas Kovacic bersikeras. Ia mengatakan ke Perez, kalau Madrid tidak mau mendatangkan Kovacic mereka rugi dan akan direbut klub lain.
Tapi Perez tampaknya belum tertarik. Modric kembali menyinggung soal Kovacic ketika makan malam. Baru setelah itu sang presiden luluh dan tertarik pada Kovacic. Tiga minggu berikutnya setelah pulang dari tur, 29 juta euro atau sekitar Rp660 miliar kala itu Madrid lepas untuk menebus Kovacic dari Inter.
Pic: Kovacic with Florentino Perez pic.twitter.com/gqU8Y81Vz4
— Real Madrid Info ³⁵ (@RMadridInfo) August 19, 2015
Kovacic Dianggap Penerus Modric di Real Madrid
Kedatangannya ke Real Madrid disambut hangat oleh semua orang. Kovacic bahkan digadang-gadang sebagai penerus Luka Modric. Modric yang usianya menginjak 30 tahun, membuat para fans Los Galacticos menaruh harapan pada Kovacic yang datang tahun 2015.
Kovacic memiliki atribut lengkap seorang gelandang. Fleksibilitas, kemampuan finishing, dan jika diberi kesempatan melakukan tusukan, Kovacic bisa sangat berbahaya. Itu adalah aset yang penting untuk masa depan Real Madrid. Tiga trofi Liga Champions sudah cukup membuktikannya.
They’ve checked the @ChampionsLeague box off.
Can Kovacic and Modric lead Croatia to Euro victory? pic.twitter.com/PjNaLAfqxE— SoccerPro (@SoccerPro) June 7, 2016
Sayang, alih-alih bertahan lebih lama, Kovacic justru oleh Real Madrid akhirnya dipinjamkan ke Chelsea. Dan untuk hal begini, Modric sudah tidak bisa lagi menolongnya.
Namun, Kovacic tetap tak kehilangan sentuhannya, toh ia masih bisa mengangkat trofi Liga Champions meski dengan klub yang berbeda dan bukan bersama Modric.
Di Luar Sepakbola
Persahabatan keduanya benar-benar dahsyat. Sesekali Modric bersama istrinya, Vanja masih tetap mengunjungi Kovacic, seperti halnya ketika ia meraih Ballon d’Or. Hubungan keduanya juga berlangsung di luar ranah sepakbola.
Modric dan Kovacic pada akhir tahun kemarin bahkan terlibat dalam pembuatan iklan untuk pakaian baru oleh merek eco-fashion, Lunilou. Sebuah merek dagang yang dijalankan istri Kovacic, Izabel dan saudara perempuannya.
Bagaimanapun perjalanan mereka bakal berlanjut. Jika Modric gantung sepatu lebih dulu, ia ingin Kovacic yang meneruskan perjuangannya di Timnas Kroasia. Modric ingin Kovacic terus bermain, namun begitu pula sebaliknya. Kovacic tak ingin Modric cepat-cepat pensiun.
“Sepakbola menghubungkan kami. Senang memiliki teman seperti Modric,” tegas Mateo Kovacic.
https://youtu.be/1eyET4Z6gP4
Sumber referensi: TheAthletic, SI, ManagingMadrid, LifeBogger