Garang dan Mengerikan, Inilah Kisah Spektakuler Suporter Galatasaray

spot_img

Suporter tentu menjadi salah satu bagian terpenting dalam olahraga sepakbola. Tanpa kehadiran orang-orang yang mengelilingi lapangan, pertandingan tentu terasa hampa, persis seperti masa pandemi sekarang ini. Ketika para pemain tampil di stadion kosong, tak ada hegemoni pada setiap menitnya. Ketika gol terjadi, keriuhan juga terjadi hanya sebatas di bangku cadangan pemain saja.

Bicara tentang suporter, selain Inggris, ada satu kumpulan orang-orang di belahan bumi lain yang rela mendukung tim kesayangannya dengan cara apapun. Bahkan, mereka dikenal menakutkan karena sering timbulkan cerita-cerita diluar nalar.

Adalah para suporter Galatasaray. Suporter Galatasaray menjadikan stadion mereka sebagai neraka bagi para lawan. Mereka tak segan menimbulkan riuh, ancaman, serta nada-nada tak mengenakkan demi meruntuhkan mental pemain-pemain yang datang menghadang.

Suporter Timnas Indonesia mungkin pernah menjadi suporter yang paling ‘gila’ kala mendukung Timnas Garuda berlaga di Piala AFF atau kualifikasi Piala AFC. Sementara suporter asal Inggris yang dikenal dengan Hooligans bisa dikatakan menjadi suporter paling anarkis. Namun, suporter Galatasaray terkenal sebagai yang paling ribut!

Harian The Sun, pada 2013 lalu, pernah jauh terbang ke Turki untuk mengetahui pendukung klub mana yang paling ribut, maka pilihan itu pun jatuh kepada suporter Galatasaray. Melalui sebuah alat pengukur, maka diketahui apabila suara suporter Galatasaray-lah yang paling ribut.

Bagaimana tidak, ketika suporter Galatasaray telah berkumpul di Turk Telecom Arena, markas Galatasaray, maka teriakan dukungan para suporter itu bisa mencapai 106,3 desibel. Dengan angka sebesar itu bukan tidak mungkin seseorang akan kehilangan pendengarannya. Selain suara yang keras, pendukung Galatasaray merupakan suporter fanatik, sampai-sampai seorang suporter berkata,

‘Kami tidak mendukung Galatasaray, kami mempercayai Galatasaray’.

Kerasnya dukungan yang diberikan oleh para suporter Galatasaray masih terus terjadi sampai sekarang. Stadion Turk Telekom tak pernah sepi dengan riuhnya gema suporter. Bahkan tak hanya saat bertanding saja, kesetiaan para suporter Galatasaray juga sampai kepada ketika para pemain melakukan latihan tim.

Di tahun 2018 lalu, pada sesi latihan yang digelar oleh Galatasaray, sebanyak 42 ribu suporter datang untuk melihat para pemain kesayangan mereka berlatih. Momen kengerian disana pun berhasil direkam oleh salah satu suporter yang hadir. Hal itu seolah menunjukkan sebuah fanatisme tingkat tinggi dari para suporter.

Pada 2019 lalu ketika mereka berhasil mendaratkan Radamel Falcao, sang bintang juga mendapat sambutan yang begitu megah. Radamel Falcao disambut gila-gilaan suporter Galatasaray sejak mendarat di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki. Mirror melaporkan Falcao disambut sekitar 25.000 fan Galatasaray yang sengaja menanti kehadiran sang pemain di bandara. Ia disambut bak pahlawan oleh suporter klub berjuluk Cimbom yang memadati lokasi bandara.

Bila saat menyambut pemain maupun ketika berlatih saja para suporter sudah menunjukkan antusiasme tinggi, maka ketika bertanding, atmosfer yang ditunjukkan tentu akan lebih spektakuler. Banyak klub yang telah merasakan atmosfer bermain di kandang Galatasaray ini. Beberapa pemain lawan pun sempat merasa tertekan. UltrAslan adalah nama dari suporter yang mendukung Galatasaray. Ketika lawan datang untuk bertandang ke sini mereka akan diberikan ucapan selamat datang dengan tulisan,

“selamat datang di neraka!”.

Salah satu klub terbaik dunia, Manchester United, pernah merasakan kengerian suporter Galatasaray pada musim 1993/94 silam. Ketika itu, para pemain MU terus diintimidasi oleh para suporter hingga sempat menimbulkan kericuhan di dalam stadion.

Ketika itu, MU merasakan penyambutan super panas di Stadion Ali Sami Yen yang lama sudah ‘hilang’ sejak 2008. Ya, dahulu Galatasaray menempati stadion tersebut, namun karena membutuhkan tempat yang lebih luas dan megah, markas mereka kini bernama Turk Telekom, yang masih ada dalam kawasan Kompleks Ali Sami Yen. Nama itu nama komersial, biasalah. Sejak 2011, kapasitasnya bertambah menjadi 52.652 penonton.

Namun sayangnya dibalik keganasan para suporter Galatasaray, terdapat banyak pula kerusuhan dan konflik yang ditimbulkan. Beberapa yang akan selalu dikenang adalah ketika pada pada 13 Maret 2001 silam. Saat itu, Paris Saint-Germain dan Galatasaray saling berhadapan dalam sebuah laga bertajuk Liga Champions yang akhirnya harus berakhir dengan tinta hitam yang disebabkan oleh ulah suporter.

Sengitnya atmosfer pertemuan antara kedua tim sudah terasa sejak awal pertandingan dimulai, tepatnya ketika striker asal Brasil, Christian sukses membawa PSG unggul terlebih dahulu atas Galatasaray pada menit ketiga laga. Momen tersebut membuat pendukung Galatasaray mulai jengkel. Alih-alih melihat timnya menyamakan kedudukan, kembali kebobolan justru yang harus dilihat para suporter Galatasaray kala Christian mengemas gol keduanya pada menit ke-27. Kontan kejadian itu membuat fans Galatasaray kian berang dan frustasi melihat performa tim kesayangan mereka.

Saat itu juga, teriakan hingga hinaan yang muncul sampai memunculkan sebuah keributan besar. Kerusuhan kian meluas dan puncaknya terjadi pada menit ke-59 ketika wasit Vitor Manuel Pereira mengambil keputusan dengan terpaksa menghentikan laga dan meminta semua pemain serta ofisial untuk meninggalkan lapangan. Namun setelah dihentikan selama 20 menit, laga dilanjutkan kembali dan berakhir dengan kemenangan 2-0 bagi PSG.

Buntut dari insiden memalukan tersebut, UEFA menjatuhkan hukuman berupa denda bagi kedua klub.

Yang tak kalah menggelegar adalah tragedi di Istanbul pada 5 April 2000. Tragedi itu memunculkan nama Galatasaray dan juga Leeds United. Semalam sebelum laga di Istanbul yang mempertemukan Galatasaray dan Leeds United, terjadi sebuah insiden berdarah. Menurut kabar, fans Leeds lebih dulu mengejek fans Galatasaray. Bentrok pun terjadi tak lama setelahnya. Dua orang tewas saat terjadi bentrok antar suporter, Christopher Loftus dan Kevin Speight yang menjadi korban adalah fans Leeds.

Esoknya, pada saat laga digelar, para pemain pun mengenakan ban lengan berwarna hitam dalam laga yang dimenangkan Galatasaray dengan skor 2-0 itu.

Kendati begitu, tragedi ini tidak mengurangi atmosfer intimidatif di Ali Sami Yen Stadium dan fans tuan rumah dikabarkan mencemooh satu pengumuman di stadion yang memberitakan tentang insiden berdarah tersebut. Polisi pun mencekal aksi ini dan melakukan pencabutan banner-banner yang bertuliskan “Welcome to Hell”.

Lalu, kerusuhan yang ditimbulkan para penggemar Galatasaray dalam 10 tahun terakhir adalah pada tahun 2012 silam.

Pertemuan yang menampilkan ajang Galatasaray dan Fenerbahce ini dihiasi dengan drama penuh kebencian dan persaingan. Tragedi yang terjadi sekitar 8 tahun lalu ini bisa menjadi salah satu cermin bagaimana perseteruan kedua tim begitu panas dan sampai merenggut nyawa pendukung mereka.

Begitu pertandingan berakhir, dan Galatasaray dipastikan menjadi juara setelah bermain imbang melawan tuan rumah Fenerbahce, kerusuhan pecah. Amuk massa yang didominasi suporter tuan rumah tak terelakkan.

Kantor berita Turki, Anatolian, saat itu memberitakan bahwa kerusuhan yang pecah di Sukru Saracoglu Stadium itu begitu buruk. Tercatat ada 36 orang menderita luka-luka dan 59 orang lainnya ditangkap akibat bentrokan suporter dengan polisi di sana. Bukan itu saja, selain bentrokan, amuk massa juga merusak sembilan mobil polisi, enam ambulans, 85 bus, dan satu mobil pemadam kebakaran.

Dilaporkan pula, Kemal Ayci yang berusia 40 tahun tewas karena tertembak kepalanya ketika merayakan kemenangan Galatasaray. Tak diketahui identitas penembaknya, namun ada kemungkinan sang pelaku sedang merayakan kemenangan itu dan menembakkan senjatanya ke udara, tetapi terkena ke kepala Kemal.

Panasnya pertandingan, riuhnya teriakan, serta atmosfer yang diberikan, tak akan pernah luput dari seruan suporter Galatasaray. Mereka ada untuk meruntuhkan mental dan semangat juang para pemain lawan.

 

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=3FOnQDQ2tII[/embedyt]

 

Sumber referensi: thesefootballtimes, the guardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru