Tak hanya jago di Eropa, klub-klub La Liga ternyata punya cerita unik saat bermain di kompetisi Eropa. Beberapa klub Spanyol pernah jatuh ke jurang degradasi di musim yang sama ketika mereka bermain di kompetisi Eropa. Yang seharusnya mereka bisa terbantu dengan tambahan pemasukan, ini malah bikin kondisi klub jadi kelabakan.
Uniknya, kasus ini pernah terjadi selama beberapa musim berturut-turut. Tak hanya itu, beberapa klub bahkan pernah lebih dari sekali mengalaminya. Wah, jangan-jangan klub-klub ini alergi bermain di Eropa. Lantas, klub-klub apa saja yang dimaksud?
Daftar Isi
Real Zaragoza (2001/02 & 2007/08)
Setelah di musim 1999/00 berhasil finis di peringkat keempat, secara mengejutkan Real Zaragoza malah berakhir di peringkat 17 pada musim 2000/01. Namun, nasib Los Manos di La Liga ternyata berbanding terbalik dengan di Copa del Rey. Pada musim itu, Real Zaragoza berhasil keluar sebagai juara setelah berhasil mengalahkan Celta de Vigo.
Alhasil, prestasinya ini membuat Los Manos mau tak mau harus mewakili Spanyol di ajang UEFA Cup musim 2001/02. Pada musim inilah petaka tersebut terjadi. Performa Los Manos malah terjun bebas. Mereka finis sebagai juru kunci di akhir kompetisi. Tak hanya itu, mereka pun sampai dipegang oleh tiga pelatih di musim itu. Kebayangkan seperti apa ruwetnya kondisi klub ini?
Dari Txetxu Rojo, Luis Costa, hingga Marcos Alonso, tak ada satupun yang bisa menyelamatkan performa Real Zaragoza. Di Eropa pun performa mereka loyo. Meski sempat meyakinkan dengan membantai Silkeborg dengan agregat 5-1, mereka hanya mampu bermain hingga ronde kedua setelah kalah tipis 1-0 dari wakil Swiss, Servette.
Setelah terdegradasi, Zaragoza langsung mendapat promosi lagi dan berhak bermain di La Liga 2003/04. Pada musim 2006/07, duet Diego Milito dan Pablo Aimar membuat klub ini berubah menjadi klub jago. Mereka berhasil masuk kembali ke zona Eropa setelah finis di posisi 6. Alhasil, musim 2007/08 balik ke UEFA Cup lagi dong.
Tapi nasib sepertinya tak merestui Zaragoza untuk menjadi klub yang rutin bermain di Eropa. Keberadaan mereka di Eropa seakan jadi kutukan yang membuat degradasi mendatanginya. Di Eropa, Zaragoza hanya bermain satu laga dan tak lolos ke fase grup akibat kalah gol tandang dari Aris. Sementara di La Liga, Milito dan Aimar tak mampu lagi menggendong tim ini dan finis di posisi 18.
#Messi 🆚 Zaragoza (2007/08)
¿Tu memoria recuerda este gol? ⚽🤯— FC Barcelona (@FCBarcelona_es) June 2, 2020
Deportivo Alaves (2002/03)
Semusim setelah kasus unik Zaragoza, Deportivo Alaves ternyata langsung mengalami kesialan yang sama. Mereka terdegradasi pada tahun 2002/03, bersamaan dengan mereka yang kala itu berkesempatan bermain di UEFA Cup. Sebab pada musim 2001/02, mereka mengakhiri musim dengan sangat luar bisa dengan bercokol di peringkat 4.
Namun, mirip sekali dengan nasib Zaragoza, finalis UEFA Cup 2000/01 ini mengalami penurunan performa yang drastis di musim 2002/03. Mereka terdegradasi setelah finis di posisi kedua dari bawah. Bayangkan saja seberapa parah penurunan klub ini, hanya dalam dua musim mereka berubah dari klub langganan Eropa menjadi klub degradasi La Liga.
Performa mereka di UEFA Cup 2002/03 pun sangat mengecewakan. Mereka gagal lolos ke babak final setelah kalah agregat 2-1 dari Besiktas. Meskipun di babak sebelumnya mereka juga tampil digdaya setelah mengalahkan Ankaragucu dengan agregat 5-1.
Jordi CRUYFF – Alaves 2002-03 pic.twitter.com/5V9hOKthcl
— Old School Panini (@OldSchoolPanini) February 2, 2014
Celta de Vigo (2003/04 & 2006/07)
Setelah dua musim selalu memakan korban, Celta de Vigo melengkapinya menjadi tiga pada tahun 2003/04. Bedanya, kali ini Celta Vigo bermain di Champions League. Kesempatan ini bisa terjadi setelah Aleksandr Mostovoi dengan dramatis bercokol di peringkat 4 musim sebelumnya.
Namun, sama seperti dua pendahulunya, Celta Vigo malah terdegradasi di musim mereka bermain di Eropa. Mereka yang sempat tampil mengesankan hingga merebut zona Champions League, malah terpuruk dengan menjadi peringkat 2 dari bawah di musim 2003/04. Padahal, performanya di Eropa cukup lumayan. Celta Vigo berhasil lolos hingga babak 16 besar dan kalah agregat 5-2 dari skuad invincible Arsenal.
Sama seperti Real Zaragoza, Celta Vigo mengalami kasus unik ini 2 kali. Mereka langsung meraih promosi dan kembali lagi ke La Liga pada musim 2005/06. Di musim kembalinya mereka ini, Celta Vigo langsung tancap gas. Alhasil, peringkat 6 mereka dapat dan slot UEFA Cup ikutan tertangkap.
Sayangnya, kembalinya mereka ke Eropa hanya membuat Celta Vigo jatuh ke lubang yang sama. Mereka yang kembali ke Eropa hanya untuk terdegradasi lagi. Yang paling pahit, mereka hanya terpaut satu poin dari 2 peringkat di atasnya.
Lalu bagaimana dengan performa mereka di Eropa? Sejujurnya mengesankan untuk ukuran tim promosi. 16 besar UEFA Cup mereka tembus. Sayangnya, mereka bertemu runner up Bundesliga kala itu, Werder Bremen. Celta Vigo pun dilumat dengan agregat 3-0.
Lionel Messi Vs Celta Vigo (Away) 2006-07https://t.co/n4M55HyYwr pic.twitter.com/GwjdVcVIKn
— Λ 🇵🇸 (@TotalLM10i) February 25, 2024
Villarreal (2011/12)
Setelah sempat terputus, kutukan bermain di Eropa ini kembali menimpa klub Spanyol. Kali ini giliran Villarreal. Santi Cazorla dan kawan-kawan berhasil tembus ke Champions League 2011/12 setelah mengakhiri La Liga di peringkat ke-4. El Madrigal yang pernah tampil digdaya di Champions League 2005/06, pastinya pede dong bisa kembali bermain di kompetisi ini setelah 2 musim absen.
Namun, bukannya prestasi yang didapat, El Madrigal malah bertubi-tubi tertimpa musibah. Setelah ditinggal Santi Cazorla di awal musim, performa Kapal Selam Kuning ternyata menukik tajam. Mereka jadi bulan-bulanan di fase grup Champions League 2011/12. Tak satupun poin yang mereka dapat. Tak hanya itu, di La Liga El Madrigal juga terdegradasi dengan selisih satu poin dari posisi 17.
Villarreal vs Bayern 2011/12 goals 👀#UCLdraw | #UCL
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) March 18, 2022
Real Betis (2013/14)
Selanjutnya, Real Betis ternyata ikut menjadi korban dari kutukan kompetisi Eropa. Beticos tampil di Europa League 2013/14 setelah finis di posisi 7. Namun, bermain di Eropa sepertinya bukan untuk semua klub. Beticos kelimpungan menghadapi jadwalnya di Eropa sehingga pada musim 2013/14 mereka terdampar sebagai juru kunci.
Sebenarnya, performa mereka di Europa League tak jelek-jelek amat. Mereka bisa tembus ke babak 16 besar dan harus kalah secara menyakitkan. Mereka kalah lewat adu penalti setelah secara agregat seri 2-2 dari rival sekota, Sevilla. Sialnya lagi, Sevilla pada akhirnya malah keluar sebagai juara kompetisi. Sudah jatuh tertimpa pos ronda kalo begini jadinya.
Group I:
Olympique Lyonnais
Real Betis Balompié
Vitória SC
HNK Rijeka#UELdraw— UEFA Europa League (@EuropaLeague) August 30, 2013
Espanyol (2019/20)
Sejak Espanyol terdegradasi pada musim 2019/20, belum ada satu klub Spanyol yang terserang kutukan Eropa ini. Pada musim itu, rival sekota Barcelona ini bermain di Europa League 2019/20 setelah finis di posisi 7 di musim sebelumnya dengan poin yang sama dengan Atletico Bilbao, namun unggul selisih gol.
Namun seperti Real Betis, bermain di Eropa ternyata membuat mereka kelimpungan. Meski bisa menjadi juara grup dan lolos hingga babak 32 besar, Espanyol malah menjadi juru kunci di La Liga. Sementara di 32 besar, mereka kalah agregat 6-3 dari wakil Inggris, Wolves.
Through in style 😎
Espanyol hit Ludogorets for 6⃣ #UEL pic.twitter.com/fuAmQkdHFi
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) November 7, 2019
https://youtu.be/HumXSp5aYPw
Sumber: Colgados por el Fútbol, Adn Zaragocista, Transfermarkt, dan UEFA