From hero to zero adalah istilah yang menggambarkan situasi di mana seseorang yang awalnya sukses atau populer tiba-tiba dengan cepat berubah menjadi seseorang yang tidak populer atau gagal. Di dunia sepak bola, salah satu pemain yang pernah berada dalam situasi tersebut adalah Mario Götze.
Di masa mudanya, Mario Götze adalah salah satu pemain paling berbakat di sepak bola Jerman. Sejak belia, produk akademi Borussia Dortmund itu sudah akrab dengan berbagai pujian.
Legenda Borussia Dortmund, Matthias Sammer menggambarkan Götze sebagai salah satu talenta terbaik yang dimiliki Jerman. Pelatih legendaris, Felix Magath bahkan menyebut Götze sebagai seorang pemain berbakat yang hadir sekali dalam seabad. Sementara Joachim Löw menyebutnya sebagai “wunderkind” alias manusia ajaib.
Mario Gotze – Golden Boy 🏆 pic.twitter.com/hDRoH90KIe
— Siga @CuriosidadesEU (@CuriosidadesEU2) October 23, 2019
Singkat kata, Götze memang anak emas sepak bola Jerman. Dijuluki “Super Mario”, sejak muda, Götze sudah banyak mempersembahkan gelar bagi klub dan negaranya.
Di level klub, Götze berhasil memenangkan 5 trofi Bundesliga, 2 bersama Dortmund dan 3 bersama Munchen. Ia juga pernah 3 kali menjuarai DFB-Pokal, di mana 2 diantaranya ia menangkan bersama Bayern Munchen. Bersama Die Roten, Götze juga pernah memenangi Piala Super Eropa dan Piala Dunia Antarklub.
Semua gelar prestisius itu Götze rasakan saat dirinya belum genap berusia 24 tahun. Ingat, Götze juga merupakan peraih penghargaan Golden Boy 2011.
Sementara itu, di level tim nasional, Götze sudah mempersembahkan trofi juara Piala Eropa U-17 saat dirinya masih berusia 16 tahun. Lalu, puncak kariernya di timnas Jerman adalah saat dirinya jadi pahlawan di Piala Dunia 2014.
Mario Götze jadi satu-satunya pencetak gol di laga final melawan Argentina yang memastikan Jerman jadi kampiun Piala Dunia. Kala itu, “Super Mario” yang masih berusia 22 tahun juga terpilih sebagai man of the match di laga final Piala Dunia 2014.
On this day, Mario Gotze’s extra-time goal against Argentina won Germany 🇩🇪 the 2014 World Cup 🏆 in Brazil #WorldCup #KawowoUpdates pic.twitter.com/sfc1KDcCBu
— Kawowo Sports (@kawowosports) July 13, 2018
Didiagnosis Miopati, Karier Mario Götze Meredup
Sayangnya, setelah menjadi pahlawan Jerman di final Piala Dunia Brasil, karier Mario Götze perlahan meredup. Götze tiba-tiba menjadi rentan cedera. Ia gagal memenuhi potensinya dan secara perlahan mulai tersingkir dari susunan pemain inti Bayern Munchen.
Cedera pula yang membuat ia cuma bisa tampil sebanyak 14 kali di Bundesliga musim 2015/2016. Kontribusi yang makin minim membuat Die Roten melepas Götze di musim panas 2016. Götze yang menyesal pindah ke Bayern Munchen kemudian kembali ke Borussia Dortmund.
Akan tetapi, kembali ke Dortmund juga tak membuat performanya kembali. Di musim 2016/2017, ia cuma tampil 11 kali di Bundesliga dengan sumbangan 1 gol dan 1 asis saja. Cedera misterius yang ia derita disinyalir jadi penyebab performanya menurun.
Pada Februari 2017, Borussia Dortmund mengumumkan bahwa Götze telah didiagnosis dengan penyakit metabolik langka yang diidentifikasi sebagai miopati. Miopati adalah penyakit otot dimana serat otot tidak berfungsi dengan baik. Miopati dapat menyebabkan kelelahan dan penambahan berat badan.
According to reports in Germany, Mario Götze has been diagnosed with Myopathy, a muscle weakening disease. Best Wishes go out to him 👍🏻 pic.twitter.com/KrP7BdbVu2
— Football Tweets (@FutballTweets) March 1, 2017
Inilah yang membuat performa Mario Götze terus menurun. Giringan berkecepatan tinggi yang jadi ciri khasnya menghilang. Singkatnya, ia tak lagi cekatan. Kontribusinya di atas lapangan jelas makin menurun.
Jangankan tampil baik, untuk menjaga tetap bugar saja Götze harus berjuang setengah mati. Mengutip dari The Guardian, Götze diketahui sering berlatih ekstra semasa di Bayern. Harian Kicker bahkan menyebut Götze berlatih seperti orang kesurupan. Latihan beban, sauna, yoga, dan diet khusus semua ia tempuh untuk menjaga tubuhnya tetap bugar.
Namun, hasilnya nihil. Parahnya, ketika ia kembali tampil buruk untuk Bayern Munchen, legenda seperti Mehmet Scholl malah menuduh Götze malas berlatih. Di luar itu, ia juga terus mendapat kritik dan ejekan.
Kepulangannya ke Dortmund di musim panas 2016 sebetulnya adalah langkah Götze untuk mengubah nasibnya itu. Götze mungkin perlu berterima kasih kepada Dortmund yang sudah menemukan penyakit yang ia derita dan membantunya untuk sembuh.
Di periode keduanya membela Die Borussen, Götze berhasil mengumpulkan 103 caps di semua kompetisi. Ia juga berhasil memenangkan DFB-Pokal dan DFL Supercup. Namun, meski begitu, Mario Götze dinilai tak terlalu berkontribusi. Maka ketika kontraknya habis pada akhir musim 2019/2020, Götze dilepas Dortmund secara cuma-cuma.
Dipinang PSV, Mario Götze Bangkit!
Berstatus free agents di usia 28 tahun membuat Mario Götze menghadapi sebuah ancaman serius. Super Mario terancam pensiun dini usai tak ada satu pun klub yang meminangnya. Namun, di detik-detik akhir bursa transfer musim panas 2020, PSV Eindhoven menyelamatkan kariernya.
PSV yang kala itu diarsiteki pelatih asal Jerman, Roger Schmidt mengontrak Götze selama 2 tahun. Musim pertamanya di Belanda adalah penyesuaian baginya. Namun hebatnya, ia berhasil memberi kesan positif kepada penggemar PSV dengan gol perdana di laga debutnya.
Mario Götze has scored his first PSV goal nine minutes into his debut for the club. 😍 pic.twitter.com/m7Pxkghz8u
— Squawka (@Squawka) October 18, 2020
Götze jadi pemain andalan Roger Schmidt di PSV. Meski sempat diganggu cedera dan harus absen selama 12 laga di Eredivisie, tetapi ia masih sanggup mengumpulkan 25 caps di semua kompetisi. Dalam kesempatan tersebut, Götze berhasil menyumbang 6 gol dan 7 asis. Berkat itu pula, kontraknya langsung diperpanjang hingga Juni 2024.
Di musim keduanya, Götze makin nyetel dan jadi bagian integral dari kesuksesan PSV menjuarai Johan Cruyff Shield dan KNVB Cup. Di musim keduanya, Götze berhasil mencetak 12 gol dan 11 asis dalam 51 penampilannya di semua kompetisi. Itu adalah statistik terbaik Götze sejak dirinya didiagnosis dengan penyakit miopati.
Dipinang Eintracht Frankfurt, Apa yang Bisa Mario Götze Berikan?
Kebangkitan Mario Götze bersama PSV Eindhoven jadi bukti bahwa “si anak ajaib” belum habis! Malahan, berkat pencapaiannya tersebut, nama Mario Götze kembali melambung.
Ada harapan yang dari para penggemar PSV agar Götze mau bertahan lebih lama di Philips Stadion. Namun, menyusul kepergian Roger Schmidt dari kursi pelatih PSV, Mario Götze kemudian mengutarakan keinginannya untuk hengkang.
Berbeda dengan 2 tahun lalu, kali ini Götze tak perlu pusing tujuh keliling menunggu tawaran klub lain. Sebab, di bursa transfer musim panas ini ia justru jadi incaran dan rebutan beberapa klub sekaligus.
Benfica dan Inter Miami jadi dua peminat yang paling serius. Benfica mengandalkan kehadiran Roger Schmidt yang akan jadi pelatih mereka musim depan. Sementara, klub milik David Beckham, Inter Miami menawari Götze dengan sebuah kesepatakan dan gaji yang sangat menggiurkan. Selain dua klub tersebut, diam-diam AC Milan juga menaruh minat kepada Götze.
Namun, pada akhirnya justru Eintracht Frankfurt yang berhasil mendapat tanda tangan Mario Götze. Juara Liga Europa musim lalu itu berhasil mengontrak si anak ajaib hingga Juni 2025 setelah menebusnya dari PSV dengan banderol 4 juta euro saja. Kembali ke Bundesliga dan berlaga di Liga Champions memang jadi ambisi utama Götze.
“Dari stadion hingga penggemar hingga kota, semuanya sesuai dengan keinginan saya. Saya sangat menantikan kembalinya saya ke Bundesliga, serta kesempatan untuk bermain di Liga Champions,” kata Götze dikutip dari Forbes.
💬 “How the club is set up, how the club is seen, the fans and so on. That’s all been positive – and over a long period of time. I think that’s why Eintracht Frankfurt has this image – not just in Germany.”
Watch the first interview with Mario Götze 🎥⤵️#SGE pic.twitter.com/jvCCXWQhn5
— Europa League Winners 2022 (@eintracht_eng) June 22, 2022
Jadi rebutan dan direkrut Frankfurt meski sudah menginjak 30 tahun jadi bukti bahwa Mario Götze masih punya profil yang menarik di mata dunia. Selain itu, kehadiran Götze ke dalam skuad asuhan Oliver Glasner akan melengkapi puzzle yang dibutuhkan Eintracht Frankfurt.
Frankfurt butuh seorang gelandang kreatif, sebuah elemen penting yang bakal melengkapi ciri khas permainan mereka yang mengandalkan permainan sayap yang kuat dan serangan balik cepat. Hal itu bisa mereka dapat dari seorang Mario Götze.
“Kami kekurangan pemain dengan tipe seperti dia. Kemampuan teknis Mario akan sangat membantu permainan kami, terutama saat kami menguasai bola melawan lawan yang berada di posisi yang dalam. Selain itu, ia dapat menunjukkan kekuatannya di hampir semua posisi menyerang, yang memberi kami lebih banyak variabilitas taktis. Yang tidak kalah penting, dia membawa pengalaman bertahun-tahun di level internasional tertinggi,” kata direktur olahraga Frankfurt, Markus Krösche dikutip dari Forbes.
Mario Götze memang tergolong seorang verstile player. Selama di PSV, Götze memang nyaris selalu ditempatkan sebagai gelandang serang di belakang striker dalam formasi 4-2-3-1 Roger Schmidt. Namun, karena pergerakannya yang licin, ia bisa turun ke sisi sayap atau masuk ke dalam untuk memulai serangan.
Dengan kemampuannya itu, ia akan sangat berguna bagi Frankfurt. Dalam sistem permainan yang dikomandoi Oliver Glasner, Götze bisa mengisi posisi nomor 10, 8, atau bahkan menjadi seorang false 9. Super Mario bisa menjadi motor serangan bagi Frankfurt.
Memang, Bundesliga lebih ketat dibanding Eredivisie, tetapi dengan kondisinya yang sekarang dan apa yang ia perlihatkan di Liga Europa bersama PSV, Götze belum habis dan masih layak berada di Liga Top Eropa. Singkat kata, Frankfurt sangat beruntung mendapat jasa Mario Götze dan Götze sendiri beruntung bisa mendapat kesempatan untuk kembali unjuk gigi di depan publik sepak bola Jerman.
Mungkin, Mario Götze sudah tidak bisa kembali ke performa enerjiknya seperti saat sebelum terkena penyakit. Namun, saat ini ia begitu terlihat menikmati sepak bola. Itu adalah sebuah hal yang sangat menggembirakan.
Menarik untuk dinanti bagaimana kontribusinya nyata Mario Götze di Frankfurt musim depan. Semoga saja ia tak kembali terjerumus ke lubang keputusasaan dan kebangkitan yang sudah ia daki susah payah bisa bertahan dalam waktu yang lama.
https://youtu.be/7wbmzYIauQ0
***
Referensi: The Guardian, Forbes, Foot The Ball, Transfermarkt, Mirror.