Pesepakbola tidak bisa dilepaskan dari sosok agen pemain, mereka bisa dibilang menjadi “perwakilan hukum” bagi para pemain sepak bola profesional. Tugasnya mengurus hal-hal administratif di luar lapangan, seperti negosiasi kontrak, mencari klub baru, hingga mengurusi aspek komersialnya.
Jika di sepak bola Eropa mungkin kalian sudah akrab dengan nama-nama agen seperti Jorge Mendez yang menangani mega bintang Cristiano Ronaldo, atau Mino Raiola yang menaungi Paul Pogba dan Zlatan Ibrahimovic. Tapi itu di luar negeri, bagaimana dengan sepak bola Indonesia?
This award is for all the players I work with. It’s an honour to represent each one of you and I feel grateful and blessed. Thank you all for being a part of this adventure.#BestEuropeanPlayersAgent #GoldenBoy @Tuttosport pic.twitter.com/fnDtpdsUlL
— Mino Raiola (@MinoRaiola) December 14, 2020
Sebelum memasuki era 90-an, masih banyak pemain Indonesia yang tidak menggunakan agen. Dalam beberapa kasus, mereka hanya mengandalkan orang tua atau saudara sebagai narahubung mereka dengan klub.
Tak jarang, dengan minimnya ilmu tentang bisnis sepak bola, para pemain muda kerap diberi kontrak yang kurang spesifik dengan gaji yang lebih rendah dari yang seharusnya. Dari situlah, lambat laun para pemain sepak bola di Indonesia mulai memakai jasa agen.
Di Indonesia sendiri ada salah satu agen yang sering wira-wiri di persepakbolaan Indonesia. Dia adalah Gabriel Budi Liminto, salah satu “Super Agen” arek asli Suroboyo. Tak hanya itu, Gabriel Budi juga sosok di balik suksesnya transfer pemain di Indonesia.
Daftar Isi
Karier Gabriel Budi
Awalnya, alih-alih di dunia sepak bola, pria asal Surabaya, Jawa Timur ini justru mengawali karier sebagai pemain basket. Sayangnya kariernya sebagai pebasket tidak bertahan lama setelah ia mengalami cedera ACL yang bikin kariernya remuk.
Setelah lulus kuliah, didukung dengan kegemaran membaca dan mengamati dunia olahraga, ia mencoba mengadu nasib di dunia agensi olahraga pada awal tahun 2010. Budi mendapat akses melalui keponakan agen pemain senior, Eko Subekti untuk belajar dan membantu menyelesaikan beberapa tugas Pak Eko.
Ia pun mulai mengikuti Workshop Licence FIFA di bawah naungan PSSI, dengan tujuan agar mendapat izin kerja yang sudah diverifikasi oleh pihak PSSI. Setelah mengantongi izin kerja, Gabriel Budi resmi menjadi agen pemain berlisensi.
RT @gancevgoran: Gift for my agent @GabrielBudi thanks bro for all pic.twitter.com/UclMn4VdxG thx bratcee !! http://t.co/0nALHY9ztR
— Budi Liminto (@GabrielBudi) October 15, 2013
Di akhir 2010, ia langsung melakukan scouting pemain. Akan tetapi, deal pertamanya terjadi pada tahun 2011 era Indonesia Premier League (IPL). Kala itu Budi berhasil mendatangkan pemain asing Michael Cvetkovski ke Persebaya Surabaya, dan Andrija Jukic di Bogor Raya.
Hari demi hari, Budi semakin mahir dalam urusan negosiasi. Kariernya di dunia agensi pun mulai melejit. Namanya terdengar sampai ke seantero negeri, sampai akhirnya mampu mendirikan agensi sendiri dengan nama Indo Bola Mandiri.
Beberapa pemain beken pun pernah di bawah naungan agensinya. Selain para pemain lokal seperti Irfan Jaya, Syahrian Abimanyu, hingga Asnawi Mangkualam, Gabriel Budi juga menaungi beberapa pemain luar negeri seperti Ui-young Song (Singapura), Eli Babalj (Australia) dan Marko Simic (Kroasia).
Mendatangkan “Marquee Player” Ke Liga Indonesia
Kecemerlangan Gabriel Budi bahkan sempat membawanya bekerja sama dengan pemain pemain berlabel Marquee Player yang sempat booming di Indonesia pada tahun 2017. Kala itu, kehadiran Marquee Player di Liga Indonesia sempat memberikan warna tersendiri bagi sepak bola Indonesia.
Pemain yang bisa dikategorikan Marquee Player menurut Pasal 31 draf Regulasi & Manual Liga 1 2017 tentang pendaftaran pemain, adalah pemain yang setidaknya pernah masuk dalam skuad tim nasional di tiga putaran final Piala Dunia (2006, 2010, 2014) atau pernah bermain di Liga Eropa dalam kurun waktu delapan tahun terakhir (2009-2017).
Nah, sosok Gabriel Budi inilah yang mulai mendatangkan beberapa pemain berlabel Marquee Player ke Indonesia. Dapat mendatangkan pemain kelas dunia adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi Budi yang notabene hanya berstatus agen pemain asal Indonesia.
Semen Padang tesmikan kedatangan eks Sevilla dan Tottenham Hotspur, Didier Zokora pic.twitter.com/8XWNaI9vxV
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) April 24, 2017
Nama-nama seperti Didier Zokora dan Shane Smeltz pernah ia datangkan ke Liga 1 Indonesia. Zokora sendiri pernah memperkuat Saint-Etienne, Spurs, Sevilla, dan Trabzonspor. Ia didatangkan oleh Budi dalam keadaan tak memiliki klub. Di Indonesia sendiri Zokora membela Semen Padang.
Beda dengan Zokora, Shane Smeltz didatangkan Budi ke Pusamania Borneo dengan keadaan masih aktif bermain di Kedah FA. Bahkan Smeltz masih aktif membela Timnas Selandia Baru di ajang Piala Konfederasi kala itu.
Mendatangkan pemain kelas dunia ke Indonesia bak pisau bermata dua. Di satu sisi memberikan dampak positif, tapi di sisi lainnya berdampak negatif bagi para klub yang menggunakan jasa jenis pemain yang satu ini, terutama pada finansial, karena gaji para pemain Marquee Player sangatlah besar.
PSSI memang mengizinkan adanya Marquee Player dengan tujuan meniru China yang sudah lebih dulu banyak mendatangkan pemain-pemain top demi mempromosikan Liga mereka. Namun, alih-alih mempromosikan Liga, status Marquee Player di Indonesia malah nggak jelas dan sering diakali oleh klub peserta Liga 1.
Peran Gabriel Budi dalam Expor Pemain Lokal
Selain mendatangkan pemain luar ke Indonesia, sosok Gabriel Budi juga punya peran dalam mengekspor pemain lokal. Hal itulah yang kemudian membuatnya di juluki “Si Super Agen Indonesia” oleh media.
Julukan ini tak main-main, di saat Indonesia sudah banyak orang yang menekuni pekerjaan sebagai agen pemain, nama Gabriel Budi lah yang tetap hangat diperbincangkan.
Bagaimana tidak? Kontribusi Gabriel Budi dalam mengekspor pemain muda cukup mengesankan. Sebut saja Asnawi Mangkualam yang sudah mencicipi manisnya bekerjasama dengan Gabriel Budi.
Berkat kepiawaiannya mewakili pemain dalam bernegosiasi dengan pihak klub, Asnawi resmi memperpanjang masa kerjanya di Korea Selatan. Budi pun memastikan bahwa Asnawi telah mendapatkan kontrak baru berdurasi dua tahun.
#signedsealed ✍🏾
.
.
Asnawi Mangkualam Bahar 🇮🇩 Indonesia International National Team Captain agree to signed extension contract in Ansan Greeners FC 🇰🇷 #Korea #Kleague
.
.
📆 Duration is for 2 years
📈 Transfer option for higher level
.
.
📸 @muchbadawi 👕 @allvane_indonesia pic.twitter.com/94lN6PwjCf— Budi Liminto (@GabrielBudi) January 6, 2022
Menariknya, dalam rincian kontrak terbaru bersama Ansan Greeners, ada klausul yang sangat menguntungkan bagi perkembangan karier Asnawi ke depan. Yaitu poin di mana Ansan Greeners bersedia melepas Asnawi apabila ada klub kasta tertinggi Liga Korea Selatan yang berminat menggunakan jasanya.
Selain Asnawi ada nama Ryuji Utomo, pemain yang pernah diorbitkan oleh Budi untuk bermain di luar negeri. Kala itu, Ryuji yang masih terikat kontrak dengan Persija dipinjamkan ke Penang FC, Malaysia, karena Liga Indonesia sedang mandek akibat Covid-19.
Misi Gabriel Budi pada Pemain Muda
Selain mencarikan klub dan berusaha memastikan lancarnya proses negosiasi, Gabriel Budi juga memikirkan karier masa depan para pemain muda naungannya. Sikap Budi yang seperti itu yang dibutuhkan oleh kebanyakan pemain di Indonesia.
Karena Budi berpikir agen itu sebagai jembatan antara klub dan pemain. Jadi, membangun relasi bisnis harus seperti membangun pertemanan, agen juga harus tau apa yang dimau oleh sang pemain.
Ia juga berkeinginan untuk membawa pemain muda ke gerbang kesuksesan dan meraih gelar di liga-liga Eropa. Selama ini pemain yang diorbitkan untuk main di luar negeri semata-mata untuk marketing dan meningkatkan followers Instagram dari klub saja. Gabriel Budi menolak kebusukan semacam itu.
Sumber: Transfermarkt, Libero, Panditfootball