Umumnya gonta-ganti pelatih hanya dilakukan oleh klub klub besar, karena ekspektasi klub yang tidak terealisasi atau target yang meleset. Namun hal itu tidak berlaku untuk Klub papan tengah Everton.
Everton belakangan ini sering melakukan tradisi gonta-ganti pelatih. Apalagi semenjak tidak ditangani David Moyes. Pelatih yang kini menukangi West Ham itu adalah pelatih Everton paling lama terakhir. Terhitung sudah 11 tahun ia melatih Everton, dari 2002 hingga 2013.
Lamanya Moyes melatih Everton tak membuat pelatih setelahnya bernasib sama. Sejak 2013, Everton sering gonta-ganti pelatih. Siapa saja pelatih Everton yang sering dipecat? Apakah ada keterkaitan satu sama lain akan sebab “singkatnya umur” mereka di everton?
🇪🇸 Roberto Martínez (2013-16)
🇳🇱 Ronald Koeman (2016-17)
🏴 Sam Allardyce (2017-18)
🇵🇹 Marco Silva (2018-19)
🇮🇹 Carlo Ancelotti (2019-21)
🇪🇸 Rafael Benitez (2021-)The Spaniard becomes Everton’s SIXTH permanent manager since David Moyes left the club eight years ago 😳
— Football on BT Sport (@btsportfootball) June 30, 2021
Daftar Isi
Roberto Martinez (2013-2016)
Pada tahun 2013, ada nama Roberto Martinez yang akhirnya menjadi suksesor Moyes di Everton. Martinez, ketika itu baru saja memenangkan Piala FA bersama Wigan Athletic.
Dia melakukan tugas bagus di musim pertamanya 2013/2014, dan hanya gagal lolos ke Liga Champions saat Everton menutup musim ketika itu.
Pelatih asal Spanyol itu menangani everton sebanyak 143 kali, memenangkan 62 pertandingan, imbang 37 kali, dan 44 kali kalah.
Sayangnya, pada akhir musim 2015/2016, Everton ketika itu menoreh hasil buruk bersama Martinez. Meskipun maju ke semifinal di Piala Liga, akhirnya manajer Spanyol itu tak bisa lari dari pemecatan.
ON THIS DAY: Pada 2013, Roberto Martinez dikontrak jadi manager Everton setelah bawa Wigan juara #FACup. pic.twitter.com/M6la81FbZj via @squawka
— footballisme (@footballisme) June 5, 2015
Ronald Koeman (2016-2017)
Tidak seperti Moyes, yang dibayangkan banyak fans Everton ada pelatih yang akan lama menukangi klub, ternyata tidak.
Sebenarnya harapan bagi fans Everton hadir ketika itu setelah ada pembelian saham oleh taipan Iran, Farhad Moshiri pada tahun 2016 oleh pemilik sebelumnya, Kenwright.
Akhirnya Everton menunjuk Ronald Koeman menggantikan Roberto Martinez sebagai manajer Everton, ini adalah tindakan pertama Farhad Moshiri sebagai pemegang saham di klub.
Koeman tampaknya menjadi target utama Moshiri sejak Martinez dipecat pada Mei 2016. Koeman meninggalkan Southampton untuk menandatangani kontrak tiga tahun di Goodison Park.
Masa jabatan pertama Koeman di Goodison tentu menunjukan hasil positif. Everton finis di urutan ketujuh di Liga Inggris serta berhak lolos ke Liga Europa.
Namun, serangkaian pertandingan pembuka yang menyakitkan di musim kedua Koeman pada 2017/2018 terjadi. Sebelum ia dipecat pada pertengahan musim Oktober, ketika itu Everton masih berjuang di zona degradasi dengan hanya meraih delapan poin dari sembilan pertandingan.
Koeman pun meninggalkan Everton setelah memimpin 58 pertandingan, dengan 24 kali menang, 14 kali seri dan 20 kali kalah.
Will the Ronald Koeman effect lift Everton back into the top 10? 2016/17 #PL season preview: https://t.co/lWn6tj98Ec pic.twitter.com/53Q6HFycEJ
— Premier League (@premierleague) August 6, 2016
David Unsworth (2017)
Setelah pemecatan Ronald Koeman, Everton telah menyerahkan kendali sementara kepada manajer U23 mereka David Unsworth sebagai pelatih ad interim, sembari menunggu datangnya manajer baru.
Di era Unsworth, The Toffees berada di tengah-tengah rentetan lima pertandingan tanpa kemenangan. Dewan Everton tidak bisa memutuskan manajer hingga akhir musim dan David Unsworth mengalami kesulitan menjaga tim ketika itu.
The Toffees gagal memenangkan sepuluh pertandingan berturut-turut, dan hanya menang sekali dalam rentang empat belas pertandingan, sebelum dewan akhirnya mengambil keputusan.
David Unsworth’s opportunity to banish bizarre Joey Barton rant as Everton prepare for Fleetwood clash: David Unsworth was the subject of a bizarre Joey Barton rant when he was caretaker Everton manager in 2017 https://t.co/N8V8TeV2g4 pic.twitter.com/nbvGwduRjm
— Soccer Talk (@soccertal) November 16, 2019
Sebagai bentuk kekecewaan para penggemar, klub yang berada dalam pertempuran degradasi itu sangat membutuhkan seseorang untuk memastikan mereka selamat dari degradasi. Sampai tidak lama setelah itu dewan mempekerjakan Sam Allardyce sebagai manajer sementara berikutnya.
Sam Allardyce (2017-2018)
Ditunjuk sebagai pelatih, Allardyce melakukan tugasnya sesuai kapasitasnya, meski antusias fans terhadap penunjukan Allardyce kurang. Namun, keraguan itu dibuktikan Allardyce dengan catatan tujuh pertandingan tak terkalahkan berturut-turut pada masa jabatan pertamanya.
Sayangnya, Allardyce tidak bisa mempertahankan itu, dan Everton kembali merosot di papan klasemen. Allardyce telah melakukan tugasnya dan menghindari jurang degradasi bagi Everton.
Tetapi standar permainannya tidak cukup baik, dan tidak sesuai dengan harapan fans maupun sang pemilik.
🕰 #OnThisDay 1 year ago in 2018 Sam Allardyce was sacked as manager of Everton Football Club pic.twitter.com/Ue2hCBykVT
— The Toffee Blues (@EvertonNewsFeed) May 16, 2019
Maka, pada 16 Mei 2018, Dewan Everton kembali membuat keputusan untuk memecat Allardyce. Dengan gengsi Moshiri, Everton merasa sudah waktunya untuk memulai lembaran yang baru bersama pelatih baru. Dua minggu kemudian, klub memutuskan menunjuk Marco Silva sebagai manajer Everton berikutnya.
Marco Silva (2018 – 2019)
Penunjukkan Marco Silva sebagai manajer Everton merupakan kehendak Farhad Moshiri. Terlebih Marco Silva adalah patuh dambaan Farhad Moshiri.
Pemilik Everton awalnya berusaha keras untuk menunjuk bos Watford saat itu, Marco Silva, sebagai penerus Ronald Koeman di Goodison Park pada November 2017. Tetapi kala itu Watford menolak untuk melepasnya, dan membuat Moshiri menahan diri sampai Silva benar-benar keluar dari Watford. Itulah mengapa Moshiri dulu menunjuk pelatih sementara Sam Allardyce.
Marco Silva pada 31 Mei 2018 menandatangani kontrak tiga tahun dengan Everton. Setelah pengangkatannya itu, Moshiri berkata:
“Kemampuan Silva ditopang oleh filosofi sepakbola yang kuat, etos kerja yang keras, dan antusiasmenya dalam merangkul Everton.”
Ironisnya itu hanya kembang lambe. Semusim berselang, kembali pengulangan terjadi, umur pelatih Everton dibawah Moshiri tidak bertahan lama. Setelah performa puncak pada periode pertama Marco Silva yang menghasilkan Everton finis urutan delapan klasemen, Silva tidak bisa menghindar di pertengahan musim periode keduanya. Ia dipecat Dewan Everton pada bulan Desember setelah rentetan hasil buruk yang membuat Everton merosot ke zona degradasi.
Everton confirms Marco Silva as new manager for the 2018-19 season. https://t.co/C9ZVZjlYIP pic.twitter.com/YbADBVQ5nr
— Linda Ikeji (@lindaikeji) May 31, 2018
Duncan Ferguson (2019)
Moshiri dan Brands kembali menunjuk pelatih interim di tengah musim. Mantan Pemain dan asisten pelatih Everton, Duncan Ferguson ditunjuk menangani Everton hingga akhir musim. Ia akan menjadi pelatih keenam yang datang sejak Farhad Moshiri mengambil alih Everton.
Duncan Ferguson mengakui bahwa dia sebenarnya tidak dalam kerangka untuk menggantikan Marco Silva, tapi sebatas diminta untuk mengambil alih klub sementara oleh Moshiri, bersama Direktur teknik Brands.
“Saya di sini untuk menstabilkan keadaan tim, sampai mereka menemukan siapapun itu pelatihnya.”
Sampai pada akhirnya Moshiri benar benar menunjuk pelatih pada musim baru 2019/2020. Tak tanggung-tanggung, Moshiri mendatangkan pelatih papan atas Carlo Ancelotti. Harapan muncul lagi dari klub dan fans.
On this day in 2019: Duncan Ferguson takes charge of Everton for the first time, winning 3-1 against Chelsea!
More on: https://t.co/6xDsqBBq6k#Everton #EvertonFC #EFC #DuncanFerguson #Ferguson #PremierLeague #Toffees #football #soccer #news #latest #live #updates #EPL #FPL #PL pic.twitter.com/ulA4JOSPpm
— The Goalpost (@TGoalpost) December 7, 2020
Carlo Ancelotti (2019 – 2021)
Carlo Ancelotti menerima kontrak empat setengah tahun yang diajukan The Toffees. Ancelotti sangat antusias dengan tantangan barunya, terlebih ia didukung proyek Moshiri yang akan memberinya kesempatan untuk melakukan terobosan.
Dalam awal debutnya, Ancelotti berhasil membawa Everton untuk sementara berada di peringkat tujuh klasemen Premier League. Di awal sentuhan tangan Ancelotti, Everton berhasil meraih lima kali kemenangan dari sembilan pertandingan yang dimainkan di seluruh kompetisi resmi.
Keberhasilan Ancelotti membawa Everton berada di jajaran papan atas menjadi sorotan karena berhasil melakukannya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Tak hanya itu, Everton saat itu berpeluang besar masuk ke kompetisi antarklub Eropa, seperti UEFA Europa League maupun UEFA Champions League.
Harapan dari fans muncul ketika Ancelotti dinilai tepat sebagai pelatih yang ditunjuk Moshiri selama ini, dan berharap akan dipertahankan lama di Everton.
Kembali yang terjadi sebaliknya, di musim keduanya. Ancelotti mendapat pinangan dari klub besar Real Madrid, dan itu tentu saja sulit ia tolak. Moshiri sebagai pemilik pun susah untuk menghalangi Ancelotti pergi.
Total dua tahun dihabiskan Ancelotti di Everton. Total 67 pertandingan dilaluinya bersama The Toffees di semua kompetisi, dengan catatan 31 menang, 14 seri dan 22 kali kalah.
🔵 @Everton managers to win their opening 2 PL games in charge:
☑️ Joe Royle (1994)
☑️ David Moyes (2002)
☑️ Carlo Ancelotti (2019) pic.twitter.com/QgroITSBaF— Sky Sports Statto (@SkySportsStatto) December 28, 2019
Rafael Benitez (2021 – 2022)
Moshiri dan Brands kembali mencari pelatih baru sepeninggal Ancelotti. Akhirnya, Everton menunjuk Rafael Benitez sebagai pelatih barunya pada juni 2021.
Farhad Moshiri telah mengklaim Rafael Benitez akan diberikan waktu lama dan dukungan keuangan untuk menghidupkan kembali Everton.
Benítez adalah penunjukan pelatih permanen kelima Moshiri. Menurut TalkSport, Moshiri menyatakan bahwa dia bertanggung jawab dengan penunjukan Benitez sebagai pelatih baru yang kontroversial karena pernah melatih rival, Liverpool, dan akan mendukung Benítez dengan dana yang besar.
Umur kepelatihan Benitez pun ternyata tidak lama. Di tengah musim, semenjak rentetan hasil buruk, Everton hanya mampu duduk di papan bawah klasemen. sampai pada terakhir kalah melawan tim juru kunci Norwich City di pertengahan Januari 2022. Ia pun dipecat setelah kekalahan itu.
Everton Football Club can confirm the departure of Rafael Benitez as first team manager.
— Everton (@Everton) January 16, 2022
Menyoal berbagai peristiwa datang dan perginya para pelatih Everton, mungkin ada keterkaitan akan hasil buruk yang melanda sehingga klub dan fans merasa tidak puas. Berbeda pada era Moyes, sebelas tahun menjadi tim yang konsisten tidak pernah terperosok di jurang degradasi.
Faktor Farhad Moshiri dan Michael Brands menjadi penting untuk diperhatikan. Ketidaksabaran pemilik mungkin juga menjadi faktor. Ekspektasi tinggi fans ketika kedatangan pemilik baru pun tidak sesuai harapan.
‘Managers be warned: Everton is becoming the Premier League’s impossible job’
Under Farhad Moshiri’s ownership, the club are dysfunctional and have spent £500m on very little | @JBurtTelegraph https://t.co/wLYkjOwmC1
— Telegraph Football (@TeleFootball) January 17, 2022
Sekarang apa yang ingin dilakukan Everton dan Moshiri? Apakah mereka ingin menjadi seperti dulu dengan satu pelatih yang berproses panjang seperti Moyes, atau gonta-ganti pelatih ini masih akan berlanjut setelah Benitez?
Sumber Referensi : fourfourtwo, royalbluemerseyside, skysports