Ada sebagian fans MU kelabakan ketika mendapat kabar Rangnick justru malah meninggalkan MU di tengah harapan yang diserahkan padanya sebagai konsultan. Pertanyaan pun timbul, bagaimana United tanpa Rangnick? Katanya mau membangun filosofi?
Semua dibuat bingung ketika manajemen MU memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Rangnick. Begitupun sebaliknya, Rangnick juga tak terlihat merasa bersalah meninggalkan United. Ia pergi begitu saja.
Ralf Rangnick announces that he will not be staying on at United as a consultant.#MUFC
— Manchester United (@ManUtd) May 29, 2022
Daftar Isi
Rangnick Pernah Berdosa
Beberapa pertanyaan yang banyak mengemuka tentang kecurigaan terhadap Rangnick tentu kalau ditelusuri latar belakangnya akan ada benang merahnya. Selama ini hanya kesan “wah” dari Rangnick yang banyak diketahui publik. Ya, itu memang fakta. Ketika ia berhasil menyulap beberapa klub menjadi klub yang berprestasi. Namun, itu adalah klub medioker. Jangan samakan dengan MU yang notabene salah satu klub besar yang ada di dunia.
Dulu, sebelum gabung MU, Rangnick pernah mempunyai dosa yang didengungkan oleh publik Moskow ketika Rangnick bergabung dengan Lokomotiv Moscow. Sebagai ingatan saja sih, kalau Rangnick tetap ada celanya.
Ketika itu Rangnick datang di Lokomotiv Moscow sebagai direktur teknik. Ia menaruh orang-orang kepercayaannya di Lokomotiv sampai penunjukkan pelatih. Ia menggantikan pelatih sebelumnya yang sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Kebijakannya cukup brutal, karena beberapa pemain, termasuk kapten tim kala itu justru dibuang oleh Rangnick.
Rangnick telah menghabiskan banyak dana untuk merombak Lokomotiv atas dasar kemauan yang diyakininya. Beberapa pemain yang dibeli memang cenderung muda dan berharga murah, akan tetapi hasilnya? Lokomotiv turun drastis secara prestasi dan ia malah memilih mundur. Rangnick telah dianggap sebagai penipu bagi publik Lokomotiv Moscow.
“The biggest fraud in Russian football history” 😳
After dismantling a Lokomotiv Moscow team that finished third and qualified for the Europa league, Ralf Rangnick left his former side 11 points behind league leaders Zenit 😬
— GOAL News (@GoalNews) December 4, 2021
Penunjukan Yang Membingungkan
Penunjukan Rangnick di MU membelah pendapat yang berbeda di kalangan pendukung MU. Antara harapan atau pertaruhan. Ketika MU memecat Ole, memang mereka berada dalam fase kesulitan. Mosi tidak percaya terhadap “legenda supersub”-nya itu pun kian meninggi. Meskipun Ole lah yang membuat United dua kali finis di tiga besar Liga Inggris.
Ole pun dipecat manajemen, dan beberapa kandidat favorit pun muncul untuk menggantikannya, seperti Conte, Ten Hag maupun Pochettino. Meskipun kemungkinannya, dari beberapa pelatih itu tidak akan datang pada pertengahan musim.
Oleh karena itu, masuk akal untuk fokus pada penunjukan asisten pelatih, Michael Carrick hingga akhir musim. Carrick pun sebenarnya bisa, dia juga senior yang juga dihormati di MU. Dia juga pernah bekerja sama dengan para pemain seperti Ronaldo. Carrick pun membuktikan kalau dia bisa mengelola MU dalam 3 pertandingan tak terkalahkan. Namun, ketidakpercayaan dan ketidaksabaran MU membuat manajemen berubah pikiran.
Michael Carrick as Manchester United’s temporary interim manager:
✅ 2-0 win vs. Villarreal
🤝 1-1 vs. Chelsea
✅ 3-2 win vs. Arsenal (not Man Utd 🤦♂️) pic.twitter.com/beZ42XsP4H— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) December 2, 2021
Akhirnya dewan bergerak ke arah lain berdalih ingin membuat semacam filosofi bagi United. Dewan akhirnya menunjuk Rangnick sebagai pelatih interim hingga akhir musim dan akan dijadikan konsultan musim depan. Penunjukan Rangnick pun memunculkan harapan yang berlebih dari publik MU.
Official. Ralf Rangnick has been appointed as new Manchester United manager. 🔴 #MUFC
“Following this period, Ralf and the club have agreed that he will continue in a consultancy role for a further two years”, club statement confirms. pic.twitter.com/m0YhW6PfL2
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) November 29, 2021
Puja-Puji Rangnick pun diagung-agungkan seperti berhasil bersama Hoffenheim, Leipzig serta permainan dan filosofi “gegenpressing”. Ia juga dianggap sebagai bapaknya “gegenpressing” yang melahirkan bakat-bakat pelatih hebat macam Klopp, Tuchel, maupun Nagelsmann. Dari beberapa hal itu, harapan setinggi langit akan kebangkitan MU pun seketika menggelora.
Hanya Sekadar Harapan
Optimisme awal Rangnick di MU tampaknya telah membuka harapan baru. United tidak kalah dalam pertandingan liga pada bulan Desember 2021. Pada Januari dan Februari 2022 hanya mengalami satu kekalahan dari sembilan pertandingan.
The Premier League table since Ralf Rangnick took over:
🥇 Manchester City [34 points]
🥈 Liverpool [29 points]
🥉 Manchester United [26 points]Rangnick’s United have only lost 1 game in the league since his appointment. 🔴 pic.twitter.com/2MY3xi2vtb
— Statman Dave (@StatmanDave) March 2, 2022
Namun, dalam segi permainan yang dijanjikan, belum kelihatan sama sekali progresnya. Ibarat 11-12 dengan Carrick maupun Ole. Bedanya mungkin dalam segi harapan maupun citranya Rangnick yang sudah kadung bagus.
Pola 4-2-2-2 yang katanya identik dengannya pun tak bisa dijalankan sepenuhnya oleh para pemain. Dari situ muncul spekulasi lain, bahwa kalau begitu salah pemainnya karena tak mampu mengikuti apa yang dimau Rangnick.
Memang sih, tapi kembali lagi ke poin siapa itu Rangnick? Sebagian besar para pemain pun seakan tak percaya orang Jerman ini mampu membawa perubahan besar di klub seperti MU. Kalau di klub medioker mungkin lain cerita.
Rangnick pernah mengungkapkan bahwa timnya butuh belanja pemain baru di bursa transfer musim dingin Januari, karena sebagian besar pemain dianggap tidak cocok untuk menunjang strateginya. Tetapi kemauannya tak dikabulkan manajemen United.
Ralf Rangnick reveals he wanted a new striker at Man Utd in January: “But the answer from the board was: ‘No’. There were Luís Díaz, who is now at Liverpool; Julián Álvarez, who will be at Man City in the summer; and Vlahovic, who at the time was still with Fiorentina”. 🔴 #MUFC pic.twitter.com/gjV0FR0FCD
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) May 6, 2022
Muncul pertanyaan, bukannya pelatih hebat itu bisa memanfaatkan kapasitas pemain yang ada,dan tak perlu harus sesuai keinginan kan? Tapi jika melihat komposisi pemain MU sekarang yang sudah kadung turun mentalnya, ya susah juga diajak bermain gegenpressing.
Nah, imbasnya di Maret 2022, United mulai menelan kekalahan berkat permainannya yang sangat menurun. Gagal lolos di Liga Champions, dibantai City, Liverpool, dan Arsenal, serta kalah atas Everton.
Sungguh menyakitkan melihat para pemain tidak tampil seperti yang diharapkan. Bruno Fernandes kehilangan sentuhannya, apalagi “kapten kita semua” Harry Maguire yang menderita krisis mental dan kepercayaan.
6 Bulan Yang Sia-Sia
Sampai pada akhir musim dengan dipecundangi Crystal Palace, mau tidak mau MU harus menerima resikonya bersama Rangnick tidak lolos Liga Champions musim depan. MU finish di peringkat 6 dengan 58 poin. Dengan hasil itu MU musim ini mencatatkan rekor tersendiri bagi klub. Bukan rekor positif, melainkan negatif seperti kebobolan paling banyak di sejarah klub, poin paling sedikit di klub dan masih banyak lagi.
Officially Manchester United’s WORST EVER Premier League season… pic.twitter.com/2uduwARYwO
— Sky Sports (@SkySports) May 7, 2022
Sungguh, enam bulan yang berakhir sia-sia bagi United. Ironisnya, Rangnick yang awalnya ditugaskan dengan kesepakatan awal sebagai konsultan di bawah pelatih baru selama dua tahun, eh ternyata dirinya malah pergi dengan menerima pinangan sebagai pelatih timnas Austria.
Official. Ralf Rangnick has been appointed as new Austria coach until 2024. 🇦🇹🤝 #MUFC
“I will take over as national team manager of Austria at the end of the season but will continue consultancy with Man United. I’m looking forward to helping United become a real force again”. pic.twitter.com/XGGYF8Utla
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) April 29, 2022
Padahal pelatih baru yang ditunjuk MU, Erik Ten Hag pun dikatakan memiliki filosofi yang sama dengan Rangnick dari segi membangun tim dan cara bermain. Duet itu di MU diperkirakan akan sukses di kemudian hari. Namun, setelah ada pembicaraan antara keduanya secara intens, Ten Hag menolak untuk menyebutkan peran Rangnick di klub.
Dari situ terlihat jelas, bagaimana Ten Hag mungkin tak membutuhkan Rangnick untuk membangun MU musim depan. Ataukah Ten Hag risih dengan adanya Rangnick di pos konsultan. Meskipun sama secara filosofi dan permainan, tentu dalam selera pemilihan pemain Ten Hag pasti berbeda dengan Rangnick.
Akan tetapi selain hal itu, muncul gosip-gosip miring yang kabarnya Rangnick dilepas karena pihak klub kesal dengan komentar-komentarnya. Beberapa bulan terakhir, Rangnick tampak sangat berani membongkar bobroknya internal MU.
Dia acap kali mengeluarkan pernyataan-pernyataan kontroversial, khususnya mengenai kondisi ruang ganti dan manajemen internal MU. Oleh sebab itu, kepergian Rangnick baru-baru ini memunculkan tanda tanya besar. Benarkah Rangnick memilih mundur atau memang dipecat oleh pihak klub?
Tapi yang jelas, enam bulan ini telah membingungkan banyak pihak. Dari awal penunjukannya sampai akhirnya dilepas. Di sisi lain, segi positif Rangnick yang membongkar kebobrokan klub patut diapresiasi. Namun, bagaimanapun Rangnick hanyalah harapan yang dibesar-besarkan dan tak terbukti sama sekali. Bagi manajemen MU, ini adalah sebuah bentuk kecerobohan yang tak boleh terulang lagi.
Sumber Referensi : foottheball, theathletic, thesun