Dulu Sering Dicap Basi, Mengapa Formasi 3 Bek Populer Kembali?

spot_img

Tren sepakbola layaknya sebuah tren fashion yang terus berkembang. Tak jarang tren retro jaman dulu kembali di era modern seperti saat ini. Begitupun yang terjadi di taktik sepakbola.

Dulu tren penggunaan tiga bek sangatlah populer di era 60-an hingga 70-an. Namun seiring berkembangnya zaman, pola itu dianggap basi. Akan tetapi, jika kita cermati di era modern sekarang ini, justru penggunaan pola tiga bek yang dulu sempat dicap basi itu, kini populer kembali. Lalu siapa sih yang awalnya membuat tren tiga bek ini populer lagi?

Tokoh Kemunculan Tren Tiga Bek

Tepatnya di akhir 90-an, muncul kembali tren pola tiga bek dari pelatih Italia bernama Alberto Zaccheroni. Pelatih yang membawa klub medioker Udinese bertengger di peringkat tiga klasemen Serie A musim 1997/98.

Zaccheroni juga sempat berhasil membawa pola andalannya itu ketika direkrut AC Milan. Ia bisa langsung sukses menggondol gelar Scudetto bagi Rossoneri di musim 1998/99. Milan ketika itu terasa aneh ketika di rombak Zaccheroni dengan tiga bek. Maklum sebelum-sebelumnya Milan tak pernah memakai format itu.

Virus tiga bek itu kemudian merembet ke Fabio Capello, murid Arrigo Sacchi yang saklek dengan pola 4-4-2. Capello sempat mengikuti tren Zaccheroni ketika menangani AS Roma. Dan benar saja, pola yang asing bagi Capello itu langsung berbuah hasil bagi Giallorossi. Gelar Scudetto pada musim 2000/01 mampu dalam genggaman serigala Roma.

Setelah Capello, muncul lagi pelatih bernama Walter Mazzarri lewat Livorno-nya pada musim 2003/04. Berisikan para pemain muda seperti Cristiano Lucarelli maupun Giorgio Chiellini, Livorno sukses promosi ke Serie A. Racikannya itu semakin dikenal publik ketika ia sukses bertahan tiga musim bersama klub semenjana Regina, dan kemudian ketika sukses menangani Napoli.

Sempat Tergerus Pola 4-4-2 dan Variasinya

Seiring berkembangnya Liga Inggris pada tahun 2000-an awal, pola 4-4-2 dan beberapa variasinya mulai menggerus pola tiga bek yang dikenal di Italia. Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger menjadi tokoh populer yang identik dengan pola 4-4-2. Arsenal dan MU pun tak dipungkiri menjadi magnet sepakbola dunia ketika itu dengan gaya permainan dan prestasinya.

Apalagi ketika Chelsea kedatangan Jose Mourinho dengan variasi pola empat beknya, yaitu 4-2-3-1. Di Liga Italia sendiri juga kondisinya sama. Dominasi dan prestasi Marcello Lippi di Juventus, serta Carlo Ancelotti di Milan, juga terkenal ketika memakai pola empat bek.

Ide Gila Gasperini

Namun tergerusnya kepopuleran tiga bek itu tak membuat para pelatih penganut tiga bek hilang ditelan bumi. Seperti ketika munculnya pelatih bernama Gianpaolo Gasperini pada 2006.

Gasperini muncul dengan ide gila pola tiga bek di tengah kepopuleran format empat bek. Maka tak heran jika apa yang dibawa Gasperini ketika itu banyak dihujat. Taktik tiga beknya dianggap tak sesuai dengan tren. Namun dengan keyakinannya, Genoa mampu dibawanya promosi ke Serie A pada musim 2007/08, serta tampil ke Europa League pada musim 2009/10.

Hujatan pada ide gila Gasperini itu pun berlanjut ketika ia mengenalkan sistem itu di Inter Milan. Gasperini banyak dikecam oleh fans Nerazzurri karena kekeh menggunakan pola itu, Hasilnya pun inkonsisten. Inter terpuruk di awal musim 2011/12. Dan hasilnya belum sampai paruh musim ia sudah dipecat.

Conte dan Kebangkitan Juventus

Setelah Gasperini, muncul lagi orang yang membawa wangi harum pola tiga bek yakni Antonio Conte ketika menangani Juventus di musim 2011/12. Racikan tiga bek Conte mampu meraup kesuksesan dan menjadikan pola ini trendy kembali di dunia sepakbola.

La Vecchia Signora dibawa Conte Scudetto tiga kali berturut. Ikon baru pun muncul ketika itu seperti trio bek BBC (Barzagli, Bonucci, dan Chiellini) serta trio gelandang MVP (Marchisio, Vidal, dan Pirlo). Tak heran jika pola yang kembali trendy itu mulai banyak dicontoh oleh beberapa pelatih lain di Serie A.

Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016

Virus pola tiga bek terus menjalar, seperti apa yang terjadi di Piala Dunia 2014. Ketika itu penganut fanatik Total Football Belanda dibuat garuk-garuk kepala setelah Louis Van Gaal membawa pola tiga bek di timnas Oranje.

Hujatan pun seketika banyak diterima oleh Van Gaal. Permainan Belanda ketika itu jadi lebih pragmatis dengan pola tiga bek. Namun kita lihat hasilnya, De Oranje mampu melangkah jauh hingga babak semifinal dan menjadi juara tiga.

Begitupun apa yang terjadi di Piala Eropa 2016. Banyak negara yang mengadopsi pola tiga bek. Menurut Football Lineup, setidaknya ada 13 persen tim yang memakai formasi tiga bek dari seluruh formasi yang digunakan pada ajang tersebut. Sebagai contoh sukses yakni ketika tim seperti Wales mampu mencapai semifinal dengan pola tiga beknya ala Chris Coleman.

Berkembang Di Liga Inggris

Setelah itu virus tiga bek bahkan sampai menjangkit ke Liga Inggris. Liga yang asing dengan pola tiga bek. Biang keroknya tiada lain adalah Antonio Conte. Menukangi The Blues pada musim 2016/17, Conte langsung sukses meracuni Liga Inggris dengan pola tiga beknya.

Kesuksesan meraih gelar juara Liga Inggris di musim pertamanya menjadi bukti sahih bahwa konsistensi pola tiga bek mampu menaklukan liga terbaik di dunia itu. Seketika pola tiga bek itu pun menular di tim Liga Inggris lainnya. Sebagai contoh, yakni kedatangan pelatih penganut tiga bek seperti Walter Mazzarri ke Watford dan Francesco Guidolin ke Swansea.

Sampai Ke Pep Guardiola

Bahkan virus tiga bek itu sampai menjangkit para pelatih yang fanatik dengan pola empat bek seperti Pep Guardiola. Anak buah Johan Cruyff yang identik dengan 4-3-3 tersebut sempat beberapa kali mencoba bereksperimen dengan pola tiga bek.

Seperti pada musim pertamanya 2016/17. Tepatnya di laga Liga Inggris melawan Everton dan Southampton. Namun hasilnya ternyata minor, yakni hanya meraih dua kali hasil imbang. Meski begitu, Pep masih tetap membawa pola tiga bek sampai sekarang. Seperti ketika melibas Bayern Munchen di perempat final Liga Champions musim 2022/23.

Langgeng Hingga Sekarang

Di era sekarang ini masih banyak tersebar para pelatih yang sukses menggunakan pola tiga bek. Seperti halnya terakhir kali Conte sukses raih Scudetto di Inter Milan, Thomas Tuchel ketika meraih Liga Champions bersama Chelsea, maupun Simone Inzaghi yang hingga kini sukses membawa pola tiga bek itu di Inter Milan.

Dari tersebarnya dan kelanggengan para pelatih pemakai pola tiga bek, yang terpenting dari itu semua adalah, pola itu kini tak lagi dianggap basi. Pola itu kini bahkan terbukti masih mampu hidup menjadi idaman dan selera di era sepakbola modern seperti saat ini.

https://youtu.be/vQWcUNAYPlE

Sumber Referensi : breakingthelines, bleacherreport, bbc, breakingthelines, bleacherreport, squawka

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru