Tren sepakbola layaknya sebuah tren fashion yang terus berkembang. Tak jarang tren retro jaman dulu kembali di era modern seperti saat ini. Begitupun yang terjadi di taktik sepakbola.
Dulu tren penggunaan tiga bek sangatlah populer di era 60-an hingga 70-an. Namun seiring berkembangnya zaman, pola itu dianggap basi. Akan tetapi, jika kita cermati di era modern sekarang ini, justru penggunaan pola tiga bek yang dulu sempat dicap basi itu, kini populer kembali. Lalu siapa sih yang awalnya membuat tren tiga bek ini populer lagi?
Daftar Isi
Tokoh Kemunculan Tren Tiga Bek
Tepatnya di akhir 90-an, muncul kembali tren pola tiga bek dari pelatih Italia bernama Alberto Zaccheroni. Pelatih yang membawa klub medioker Udinese bertengger di peringkat tiga klasemen Serie A musim 1997/98.
#AccaddeOggi: il 3-4-3 di Zaccheroni
— Udinese Calcio (@Udinese_1896) April 20, 2019
👉https://t.co/ZUqGcnRA4V pic.twitter.com/ioSew2n2PL
Zaccheroni juga sempat berhasil membawa pola andalannya itu ketika direkrut AC Milan. Ia bisa langsung sukses menggondol gelar Scudetto bagi Rossoneri di musim 1998/99. Milan ketika itu terasa aneh ketika di rombak Zaccheroni dengan tiga bek. Maklum sebelum-sebelumnya Milan tak pernah memakai format itu.
🇮🇹| The drivers of AC Milan’s scudetto triumph … Weah, Boban and Bierhoff spearheaded Alberto Zaccheroni’s 3-4-3 formation #acmilan #rossoneri #calcio #serieA #footballnerd pic.twitter.com/Yz7BEJIH1Z
— F o o t b a l l N e r d (@football_nerd01) July 11, 2022
Virus tiga bek itu kemudian merembet ke Fabio Capello, murid Arrigo Sacchi yang saklek dengan pola 4-4-2. Capello sempat mengikuti tren Zaccheroni ketika menangani AS Roma. Dan benar saja, pola yang asing bagi Capello itu langsung berbuah hasil bagi Giallorossi. Gelar Scudetto pada musim 2000/01 mampu dalam genggaman serigala Roma.
💛❤️ As Roma Scudetto Strikeforce. Batistuta, Montella, Totti in 2001 🇮🇹#footballmemories #roma #asroma #asroma1927 #asr #giallorossi #cafu #totti #batistuta #aldair #nakata #montella #capello #seriea #serieatim #serieaoperazionenostalgia #machenesanno #forzaroma #dajeroma pic.twitter.com/ta8LwmCkTN
— Football Memories (@FM_Twittah) February 7, 2019
Setelah Capello, muncul lagi pelatih bernama Walter Mazzarri lewat Livorno-nya pada musim 2003/04. Berisikan para pemain muda seperti Cristiano Lucarelli maupun Giorgio Chiellini, Livorno sukses promosi ke Serie A. Racikannya itu semakin dikenal publik ketika ia sukses bertahan tiga musim bersama klub semenjana Regina, dan kemudian ketika sukses menangani Napoli.
Walter Mazzarri’s Napoli displayed the modern essence of the 3-4-3 by using fast wing-backs in Christian Maggio & Andrea Dossena, assured center backs in Paolo Cannavaro & Salvatore Aronica and a front 3 of Marek Hamšík, Edinson Cavani & Ezequiel Lavezzi.https://t.co/ozOsrVloJ3 pic.twitter.com/zx1GZtECFp
— Breaking The Lines (@BTLvid) December 18, 2020
Sempat Tergerus Pola 4-4-2 dan Variasinya
Seiring berkembangnya Liga Inggris pada tahun 2000-an awal, pola 4-4-2 dan beberapa variasinya mulai menggerus pola tiga bek yang dikenal di Italia. Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger menjadi tokoh populer yang identik dengan pola 4-4-2. Arsenal dan MU pun tak dipungkiri menjadi magnet sepakbola dunia ketika itu dengan gaya permainan dan prestasinya.
Apalagi ketika Chelsea kedatangan Jose Mourinho dengan variasi pola empat beknya, yaitu 4-2-3-1. Di Liga Italia sendiri juga kondisinya sama. Dominasi dan prestasi Marcello Lippi di Juventus, serta Carlo Ancelotti di Milan, juga terkenal ketika memakai pola empat bek.
Ide Gila Gasperini
Namun tergerusnya kepopuleran tiga bek itu tak membuat para pelatih penganut tiga bek hilang ditelan bumi. Seperti ketika munculnya pelatih bernama Gianpaolo Gasperini pada 2006.
Gasperini muncul dengan ide gila pola tiga bek di tengah kepopuleran format empat bek. Maka tak heran jika apa yang dibawa Gasperini ketika itu banyak dihujat. Taktik tiga beknya dianggap tak sesuai dengan tren. Namun dengan keyakinannya, Genoa mampu dibawanya promosi ke Serie A pada musim 2007/08, serta tampil ke Europa League pada musim 2009/10.
Hujatan pada ide gila Gasperini itu pun berlanjut ketika ia mengenalkan sistem itu di Inter Milan. Gasperini banyak dikecam oleh fans Nerazzurri karena kekeh menggunakan pola itu, Hasilnya pun inkonsisten. Inter terpuruk di awal musim 2011/12. Dan hasilnya belum sampai paruh musim ia sudah dipecat.
The 3 best seasons in the history of Atalanta have come under Gian Piero Gasperini.
— Matchday365 (@Matchday365) July 13, 2020
He also guided Crotone to promotion in 2004, Genoa to promotion in ‘07, and led Genoa to 2 of their 3 best-ever Serie A seasons, post WW2, in 2009 and 2015.
One of the best managers in the world pic.twitter.com/CdIXoLoc1p
Conte dan Kebangkitan Juventus
Setelah Gasperini, muncul lagi orang yang membawa wangi harum pola tiga bek yakni Antonio Conte ketika menangani Juventus di musim 2011/12. Racikan tiga bek Conte mampu meraup kesuksesan dan menjadikan pola ini trendy kembali di dunia sepakbola.
TACTICAS
— elrincondechava (@elrincondechava) February 27, 2022
Recordamos a la Juventus 2011-2014 de Antonio Conte, un equipo disciplinado desde una 3-5-2 donde Pirlo era el termómetro de todo
Te explicamos cómo sería 🎮 en tu equipo #FIFA22 #FUT @EASPORTSEsp
📝👇🏻🤗https://t.co/O10DV3Best pic.twitter.com/6QDpTRoYD7
La Vecchia Signora dibawa Conte Scudetto tiga kali berturut. Ikon baru pun muncul ketika itu seperti trio bek BBC (Barzagli, Bonucci, dan Chiellini) serta trio gelandang MVP (Marchisio, Vidal, dan Pirlo). Tak heran jika pola yang kembali trendy itu mulai banyak dicontoh oleh beberapa pelatih lain di Serie A.
Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016
Virus pola tiga bek terus menjalar, seperti apa yang terjadi di Piala Dunia 2014. Ketika itu penganut fanatik Total Football Belanda dibuat garuk-garuk kepala setelah Louis Van Gaal membawa pola tiga bek di timnas Oranje.
@estebanedul tácticamente el partido 🇦🇷🇱🇺 es el mas ajedrecistico del mundial
— Lo que no te dice el periodismo (@gastonjuncos3) December 8, 2022
La experiencia de van gaal y la austicia de scaloni
En 2014 el dt holandes plateo un 3-5-2 (que en repliegue era 5-2-1-2)
Hoy en día tiene mejores defensores y menos ataque que aquel plantel pic.twitter.com/V4ueJ6kbfx
Hujatan pun seketika banyak diterima oleh Van Gaal. Permainan Belanda ketika itu jadi lebih pragmatis dengan pola tiga bek. Namun kita lihat hasilnya, De Oranje mampu melangkah jauh hingga babak semifinal dan menjadi juara tiga.
Begitupun apa yang terjadi di Piala Eropa 2016. Banyak negara yang mengadopsi pola tiga bek. Menurut Football Lineup, setidaknya ada 13 persen tim yang memakai formasi tiga bek dari seluruh formasi yang digunakan pada ajang tersebut. Sebagai contoh sukses yakni ketika tim seperti Wales mampu mencapai semifinal dengan pola tiga beknya ala Chris Coleman.
Gareth Bale: Wales will fear nothing in Euro 2016 semifinal against Portugal https://t.co/dytSzmbN5M #soccer pic.twitter.com/KIROztzrzk
— Secret Soccer Club ⚽ Football | Futbol (@secretsoccerfc) July 4, 2016
Berkembang Di Liga Inggris
Setelah itu virus tiga bek bahkan sampai menjangkit ke Liga Inggris. Liga yang asing dengan pola tiga bek. Biang keroknya tiada lain adalah Antonio Conte. Menukangi The Blues pada musim 2016/17, Conte langsung sukses meracuni Liga Inggris dengan pola tiga beknya.
O 3-4-3 é um esquema que consiste em usar uma linha de 3 zagueiros centrais, a frente, existe uma linha de 4 jogadores (2 alas e 2 mc) e 3 atacantes de frente para jogarem livres. Esse esquema é interessante pela liberdade dada aos alas. Conte é o precursor do esquema no Chelsea. pic.twitter.com/xOO4SuYJly
— Blue Depressivo (@bluedepressivo1) March 9, 2023
Kesuksesan meraih gelar juara Liga Inggris di musim pertamanya menjadi bukti sahih bahwa konsistensi pola tiga bek mampu menaklukan liga terbaik di dunia itu. Seketika pola tiga bek itu pun menular di tim Liga Inggris lainnya. Sebagai contoh, yakni kedatangan pelatih penganut tiga bek seperti Walter Mazzarri ke Watford dan Francesco Guidolin ke Swansea.
Sampai Ke Pep Guardiola
Bahkan virus tiga bek itu sampai menjangkit para pelatih yang fanatik dengan pola empat bek seperti Pep Guardiola. Anak buah Johan Cruyff yang identik dengan 4-3-3 tersebut sempat beberapa kali mencoba bereksperimen dengan pola tiga bek.
Seperti pada musim pertamanya 2016/17. Tepatnya di laga Liga Inggris melawan Everton dan Southampton. Namun hasilnya ternyata minor, yakni hanya meraih dua kali hasil imbang. Meski begitu, Pep masih tetap membawa pola tiga bek sampai sekarang. Seperti ketika melibas Bayern Munchen di perempat final Liga Champions musim 2022/23.
🗣️ “It was not comfortable at all, emotionally I am destroyed”
— Sky Sports News (@SkySportsNews) April 11, 2023
Pep Guardiola reacts after his side beat Bayern Munich 3-0 in the Champions League quarter-final 🎙️ pic.twitter.com/UG6dioZVGq
Langgeng Hingga Sekarang
Di era sekarang ini masih banyak tersebar para pelatih yang sukses menggunakan pola tiga bek. Seperti halnya terakhir kali Conte sukses raih Scudetto di Inter Milan, Thomas Tuchel ketika meraih Liga Champions bersama Chelsea, maupun Simone Inzaghi yang hingga kini sukses membawa pola tiga bek itu di Inter Milan.
BENFICA – INTER CL 1ST LEG [PRE-MATCH THREAD]
— Alessandro Raffa (@alexraffa) April 11, 2023
What I’m expecting to see at the Estadio da Luz in the most important European night for Inter in over a decade.
Inter will be missing Skriniar & Calhanoglu. Benfica will do without Otamendi.
Inzaghi’s 3-5-2 vs. Schmidt’s 4-2-3-1 pic.twitter.com/OP55MqqbHJ
Dari tersebarnya dan kelanggengan para pelatih pemakai pola tiga bek, yang terpenting dari itu semua adalah, pola itu kini tak lagi dianggap basi. Pola itu kini bahkan terbukti masih mampu hidup menjadi idaman dan selera di era sepakbola modern seperti saat ini.
Sumber Referensi : breakingthelines, bleacherreport, bbc, breakingthelines, bleacherreport, squawka