Menjadi pemain yang memulai pertandingan dari bangku cadangan tak selamanya buruk. Terkadang, pemain tersebut justru memberikan dampak signifikan terhadap jalannya pertandingan. Itu sekali lagi dibuktikan oleh Joao Felix bersama AC Milan kemarin.
Melawan AS Roma, Felix masuk menit 59 menggantikan Christian Pulisic. Baru 12 menit di lapangan, dirinya langsung mencetak gol debut. Ini jadi awal yang manis baginya. Namun, kali ini kita tak akan membahas kiprahnya di AC Milan, melainkan bagaimana Felix bisa terdampar di San Siro.
Ya, dalam beberapa tahun terakhir, karir Felix bak kapal yang terombang-ambing di lautan. Padahal, dulu dirinya berstatus sebagai pemain termahal di dunia tahun 2019. Lantas, bagaimana ini semua bisa terjadi?
Daftar Isi
Ditebus Mahal Atletico Madrid
Semua berawal dari bakat Joao Felix yang muncul di skuad utama Benfica. Sudah seperti budaya tak tertulis bagi Benfica untuk terus mengorbitkan pemain-pemain muda berbakat. Dan Joao Felix adalah salah satunya.
Tahun 2018 jadi penanda debutnya bersama skuad utama Benfica. Kala itu, Felix masuk dalam skuad Benfica yang berlaga di babak Kualifikasi Liga Champions musim 2018/19. Felix bermain dua kali di laga melawan PAOK Salonika. Dalam dua laga tersebut, total Felix hanya diturunkan selama 15 menit saja.
Setelah itu, Felix mulai mendapat kepercayaan dari sang pelatih, Rui Vitoria. Felix yang masih berusia 18 tahun langsung jadi bagian penting di skuad utama. Felix bahkan mendapatkan banyak menit bermain di Liga Portugal. Kala itu, dirinya mengantongi 26 laga dan mencetak 15 gol serta 9 assist di Liga NOS musim 2018/19.
Berkat performanya itu, Felix langsung disama-samakan dengan seniornya, Cristiano Ronaldo. Apalagi, gaya bermainnya begitu mirip dengan Ronaldo muda. Gesit, jago gocek, namun tetap tajam di mulut gawang. Klub-klub top Eropa pun rela antri untuk mendapatkan tanda tangannya di musim panas 2019.
Namun, Atletico Madrid lah yang pada akhirnya mendapatkan jasa Felix. Klub asal Spanyol itu jadi pihak penawar paling tinggi. Atletico memenuhi keinginan Benfica untuk menjual Felix di angka 120 juta euro. Los Rojiblancos bahkan memberikan proposal yang bernilai lebih dari itu, yakni 126 juta euro.
Gagal Memenuhi Ekspektasi
Nilai segitu menjadikan Joao Felix sebagai pemain termahal di dunia tahun 2019. Selain itu, Felix juga menempatkan dirinya sebagai pemain U-20 termahal kedua di dunia setelah Kylian Mbappe. Bahkan, hingga detik ini Felix masih berstatus sebagai pemain termahal keempat di dunia setelah Neymar, Philippe Coutinho, dan Kylian Mbappe.
Tapi, apa yang membuat Atletico Madrid segila itu untuk menginvestasikan banyak uang pada Felix? Alasan utamanya adalah untuk regenerasi. Sebab, Atletico juga melepas Antoine Griezmann ke Barcelona dengan mahar 120 juta euro. Jadi, Atletico mendapat pemain yang jauh lebih muda dan potensi yang diprediksi lebih besar dari Griezmann.
Singkatnya, Felix bakal diplot sebagai penerus Griezmann di Wanda Metropolitano. Toh, secara gaya bermain tidak jauh berbeda. Felix termasuk penyerang serba bisa yang mampu bermain di segala pos lini serang. Yang unik darinya, Felix seorang ambipedal. Ia bisa bermain menggunakan kedua kakinya dengan sama baik.
Sialnya, rencana tersebut meleset dari perhitungan. Felix justru kesulitan untuk menunjukan bakatnya. Menurut beberapa sumber, gaya bermain Diego Simeone yang cenderung pragmatis dan bertahan membuat potensi Felix terhambat. Felix yang senang terlibat dalam permainan tidak cocok dengan skema tersebut.
Meski Atletico sempat juara La Liga musim 2020/21, kontribusi Felix sangat minim. Jumlah golnya bahkan tak pernah mencapai sepuluh selama empat musim di La Liga. Karena begitu, Diego Simeone pun mengesampingkan Felix dan memulangkan Griezmann yang juga kurang berkembang di Camp Nou.
Chelsea Part I
Kepulangan Griezmann tentu jadi masalah besar bagi perkembangan karir Felix. Menit bermainnya jadi berkurang drastis di musim 2022/23. Atletico Madrid yang tak mau membunuh karir Felix pun meminjamkannya ke Chelsea pada Januari 2023.
Atletico meminta biaya peminjaman yang cukup tinggi, yakni 11 juta euro. Bagi sebagian tim, uang segitu seharusnya sudah cukup untuk mendatangkan satu atau dua pemain baru secara permanen. Yang bikin keliatan mahal lagi adalah durasinya, yakni enam bulan saja. Belum melihat hasil kerjanya aja kita sudah bisa menyimpulkan bahwa ini adalah bisnis yang aneh bagi Chelsea.
Lalu, bagaimana kinerja Felix di Inggris? Tidak tertolong. Bagaimana cara Felix memperkenalkan diri kepada publik London pun buruk. Dirinya gagal menandai debutnya di Chelsea dengan manis. Felix malah apes karena diusir wasit dan The Blues pun kalah dari Fulham.
Penampilannya sebenarnya cukup menjanjikan. Felix menunjukkan sentuhan-sentuhan apiknya. Tapi situasinya jadi buyar usai dirinya menghajar Kenny Tete dengan tekel kasar. Wasit David Coote pun tanpa ragu mengacungkan kartu merah sebagai ucapan selamat datang pada Felix.
Setelah itu, performanya biasa-biasa saja. Menit bermainnya pun kian menurun. Ia gagal membantu Chelsea untuk memperbaiki posisi di klasemen. Chelsea mengakhiri musim 2022/23 di urutan 12 dan Felix dianggap tidak memenuhi ekspektasi. Alhasil, sang pemain dikembalikan ke Atletico Madrid.
Gagal Dipermanenkan Barcelona
Karena Diego Simeone udah nggak mau pakai Joao Felix, Atletico Madrid pun mencarikan klub baru untuk Felix. Di musim panas 2023, Benfica terbuka jika Felix ingin pulang ke pelukannya. Namun, Felix masih ingin berkarir di Spanyol. Jadilah Barcelona sebagai tempat bernaungnya Felix.
Dilansir ESPN, dalam kesepakatannya, Felix akan dipinjam hingga akhir musim 2023/24. Barca tidak memiliki opsi untuk mempermanenkan Felix. Tapi, pelatih Barcelona saat itu, Xavi Hernandez begitu membutuhkan Felix. Terlebih, setelah sang pemain tampil meyakinkan di paruh pertama musim tersebut.
Ya, performa Felix agak mendingan di Catalan. Di bawah asuhan Xavi, Felix membentuk trio yang solid dengan Robert Lewandowski dan Raphinha atau Ferran Torres. Dirasa cocok dengan skema yang ada, Barcelona pun berniat mengadakan negosiasi ulang di jeda transfer musim dingin.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Spanyol EFE, Presiden Barcelona, Joan Laporta menyebut ingin mengontrak Felix secara permanen. Laporta juga sudah mengantongi angka yang diminta Atletico Madrid jika Barca benar-benar ingin mempermanenkan Felix.
Los Rojiblancos mematok tambahan dana sekitar 80 juta euro. Sialnya, itu jadi nominal yang terlalu besar bagi Barca. Wong buat gaji pemain saja Barca masih keteteran. Ini kok diminta untuk mengeluarkan 80 juta euro. Tak cuma itu, Barca juga keberatan dengan gaji Felix yang akan naik 10 kali lipat setelah dipermanenkan. Maka dari itu, kesepakatan ini jelas tidak masuk di kantong.
Mau Sampai Kapan?
Masalahnya tidak berhenti di situ. Atletico Madrid justru makin mumet karena sulitnya menemukan pembeli. Mereka akan rugi besar jika terus-terusan mempertahankan Felix. Manajemen merasa tak mendapat servis yang sepadan dengan gajinya yang hampir 16 juta euro per tahun.
Menurunkan harga jual pun jadi solusi yang diambil oleh Atletico. Namun, hanya Chelsea, yang sudah punya testimoni yang berani mendekat. Negosiasi berjalan lancar, kedua belah pihak pun sepakat untuk transfer Felix. 52 juta jadi angka yang terbilang win win solution di musim panas 2024.
Para fans Chelsea terlihat tidak antusias dengan kembalinya Felix. Mereka merasa bahwa Felix sudah cukup gagal di periode pertama. Dan benar saja, Enzo Maresca malah kesulitan mencari posisi terbaik untuk Felix. Gelandang serang, sayap kanan, bahkan sayap kiri, semuanya sudah dicoba. Hasilnya? Nihil. Dirinya seperti mengalami krisis jati diri.
Ia hanya mencetak 1 gol di Liga Inggris musim ini. Performa yang tak stabil itulah yang membuat The Blues meminjamkannya ke AC Milan. Ini jadi penurunan drastis bagi karir Felix. Di usianya yang baru 25 tahun, Felix justru jadi kutu loncat yang pindah klub setiap enam bulan sekali. Yang jadi pertanyaan, mau sampai kapan begini terus wahai Felix Siauw.. eh, Joao Felix maksudnya.
Sumber: Eurosport, BBC, Goal, Football Espana