Untuk mencapai puncak performa, seorang pesepakbola umumnya akan berlatih fisik secara rutin, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, serta tak ketinggalan menjalani pola hidup yang sehat. Ya, semua itu butuh proses yang konsisten.
Namun terkadang, ada saja jalan pintas untuk mencapai itu. Zat-zat kimia terlarang atau disebut doping, sering menjadi jalan ninja bagi pesepakbola yang malas melakukan berbagai proses untuk memiliki tenaga yang prima. Siapa saja pesepakbola yang pernah melakukan doping?
Daftar Isi
Pep Guardiola
Dulu ketika Pep Guardiola membela Brescia di 2001 pernah melakukan hal tak terpuji itu. Sebelumnya juga ada yang fenomenal seperti Maradona maupun Caniggia yang terbukti menggunakan Kokain. Namun kalau kasus Pep berbeda. Pep ketika itu diduga mengkonsumsi zat bernama Nandrolone.
#OnThisDay in 2001, #Brescia lost away to Lazio, 5-0, in a Serie A league match.
— Khel Now World Football (@KhelNowWF) November 4, 2019
Adding insult to injury, Brescia's star Spanish midfielder Josep "Pep" Guardiola tested positive after the match for the steroid nandrolone and received a four-month ban. PepGuardiola pic.twitter.com/rD8uqVfbRY
Menurut Dailymail, zat tersebut merupakan hormon steroid yang bisa meningkatkan kinerja fisik. Kinerja tersebut biasanya meliputi pertumbuhan otot, pembentukan ketahanan tubuh melalui sel darah merah, maupun perbaikan kerusakan jaringan sel pada tubuh.
Zat tersebut dalam sepakbola termasuk dalam kategori doping yang dilarang. Setelah laga kontra Lazio pada Serie A 2001 dan melalui tes acak, Pep kedapatan menggunakan barang terlarang itu. Ia pun dijatuhi hukuman empat bulan larangan bermain, plus denda 50 ribu euro.
Dikatakan The Guardian, Pep merasa tak pernah mengkonsumsi zat terlarang tersebut. Ia berkilah tak tahu kalau zat tersebut ada dalam tubuhnya. Bahkan hingga pensiun dan sudah melatih pun, Pep tetap menyangkal bahwa ia dulu pernah bersalah dalam kasus tersebut. Namun apa boleh buat, hukuman pada saat itu sudah dilayangkan dan bagaimanapun nama Pep sempat tercoreng akibat kasus tersebut.
Jaap Stam, Fernando Couto
Di 2000-an awal, memang banyak kasus doping yang melanda para pemain di Serie A. Tak terkecuali dua bek tangguh Lazio, Jaap Stam dan Fernando Couto. Jaap Stam yang baru didatangkan dari MU malah terkena kasus penggunaan zat yang sama dengan Pep yakni Nandrolone. Hal itu terdeteksi setelah tes acak yang dilakukan pasca laga Lazio melawan Atalanta pada bulan Oktober 2001.
Lazio i liberi: Jaap Stam. pic.twitter.com/YjeIMAufoV
— Rodolfo Piroli (@PiroliRodolfo) December 5, 2022
Akibatnya, bek Belanda tersebut harus menanggung hukuman larangan bermain selama empat bulan. Hal itu ternyata bukan pertama kalinya terjadi di Lazio. Maka dari itu, para staf Lazio sering dicurigai oleh banyak pihak sengaja memberi zat terlarang tersebut kepada para pemainnya.
Ya, karena sebelumnya bek asal Portugal milik Lazio, Fernando Couto juga terkena kasus serupa. Tepatnya setelah laga Lazio lawan Fiorentina di bulan Januari 2001, Couto dinyatakan positif menggunakan zat Nandrolone.
Setelah banding, Couto akhirnya hanya mendapat larangan bermain empat bulan saja. Tapi yang unik, menurut La Gazzetta, Couto menduga bahwa zat Nandrolone itu berasal dari shampo yang sering ia gunakan ketika itu untuk merawat rambutnya yang gondrong.
Fernando Couto 🦅🇵🇹#Lazio #SerieA pic.twitter.com/NIPcWknaRL
— Mr. Taylor (@MrTayMCM) April 9, 2022
Marco Borriello
Selain dua bek tangguh Lazio tadi, di tahun 2001 sebenarnya ada juga Edgar Davids, pemain Juventus yang diskors empat bulan larangan bermain karena dinyatakan positif terdeteksi zat Nandrolone yang sama. Namun yang unik kemudian kasus Marco Borriello ketika membela AC Milan pada tahun 2006.
Bukan zat Nandrolone lagi, melainkan zat bernama Prednisone yang menyebabkan seorang atlet terhindar dari peradangan, baik itu otot maupun lainnya. Nah, Borriello terbukti positif menggunakannya dalam tes yang dilakukan setelah laga AC Milan melawan Roma pada bulan Desember 2006.
Marco Borriello: Inside world of sex-craved striker who blamed drugs ban on 'penis cream' https://t.co/Pz3MwX4IuQ pic.twitter.com/5ovXyXLvIw
— Daily Star Sport (@DailyStar_Sport) April 21, 2020
Ia dihukum tiga bulan. Dilansir Eurosport, Borriello pasca menjalani masa hukumannya mengaku bahwa zat Prednisone yang ada dalam tubuhnya itu bukan sengaja ia konsumsi. Ia menduga, zat itu berkat cairan krim yang digunakan oleh istrinya ketika berhubungan badan.
Adrian Mutu
Berlanjut pada kasus berbeda lagi yang terjadi pada Adrian Mutu, striker Rumania yang bermain di Fiorentina pada tahun 2010. Padahal pada tahun 2004 ketika berseragam Chelsea, Mutu juga sempat mendapat hukuman 7 bulan larangan bermain karena positif memakai Kokain.
Namun jenis dopingnya berbeda dari pemain sebelumnya, yakni zat Sibutramine. Zat yang berfungsi ampuh untuk menurunkan berat badan. Akibatnya, Mutu kembali terjerat hukuman larangan bermain sembilan bulan hingga Oktober 2010. Zat Sibutramine yang ada dalam tubuh Mutu tersebut, terdeteksi pasca laga Fiorentina kontra Bari di bulan Januari 2010.
Some players might be finished by all that, but Adrian resurrects his career, scoring 69 goals in 4 glorious years at Fiorentina.
— The Upshot (@UpshotTowers) April 18, 2023
But it all comes crashing down in 2010, when Mutu once again fails a drug test.
He blames his mum's slimming pills and gets another 7 month ban. pic.twitter.com/WykHqZUkbB
Kolo Toure
Tak hanya di Italia, di Liga Inggris pun sering ditemui kasus serupa. Salah satunya Kolo Toure ketika membela Manchester City. Ia pernah terciduk memiliki kandungan zat sejenis water tablet. Zat yang agak mirip dengan Sibutramine yang dikonsumsi Mutu. Tujuannya sama, yakni untuk diet atau menurunkan berat badan.
Toure mengaku sendiri bahwa ia mengkonsumsi obat tersebut yang dibeli dari teman istrinya secara rutin sejak bulan Januari 2011. Ia tak tahu bahwa zat tersebut adalah jenis doping dan dilarang dalam dunia sepakbola. Namun ya apa boleh buat, Toure pun diganjar tiga bulan larangan bermain ketika itu, terhitung sejak bulan Maret 2011.
Kolo Toure also failed a drugs test himself when he was at City back in 2011 and served a six-month ban.#LFC pic.twitter.com/nEh1pLhghO
— The Red Post (@The_Red_Post) April 25, 2016
Samir Nasri
Hal yang berbeda terjadi pada Samir Nasri ketika di Sevilla pada tahun 2017. Pemain Prancis tersebut positif terdeteksi kandungan zat doping berupa cairan khusus yang diperolehnya dari masa liburan di Amerika Serikat.
Menurut Badan Anti Doping UEFA dalam tubuh Nasri terdapat zat terlarang sehingga ia bisa dituntut 12 bulan larangan bermain. Awalnya, Nasri tak menduga bahwa zat yang menurutnya hanya vitamin itu, akan menjadi momok bagi karir sepakbolanya.
Pada saat liburan ke Amerika Serikat tahun 2016, ia sengaja pergi ke Drip Doctors, sebuah pusat medis yang didirikan oleh dokter pribadinya, Jamila Sozahdah. Nasri ketika itu menerima infus sebanyak 500 mililiter air yang dicampur dengan nutrisi ke dalam tubuhnya.
He's currently without a club…
— BBC Sport (@BBCSport) February 25, 2018
But Samir Nasri is still set for a ban from football for his drip treatment back in 2016…
Full story: https://t.co/UhK4aEPt7x pic.twitter.com/ZQY2OcNrcf
Usut punya usut, Nasri sengaja menggunakan treatment tersebut agar tubuhnya lebih bugar di usianya yang tak muda lagi. Lagi pula ia punya riwayat penyakit meningitis yang mengakibatkan dirinya hampir meninggal di 2008 silam.
Andre Onana
Kiper MU saat ini, Andre Onana dulu juga punya riwayat terkena doping. Ketika membela Ajax, ia terbukti positif terdeteksi zat bernama Furosemide. Furosemide adalah semacam zat pereda nyeri. Tak disangka pula oleh Onana, ternyata obat tersebut termasuk kategori doping dalam sepakbola.
Saat itu Onana pada Oktober 2020, mengaku tidak nyaman dan merasakan nyeri di kepalanya. Saat itu pula ia coba mengkonsumsi obat milik istrinya. Maka dari itu, dalam tes ia dinyatakan positif Furosemide, dan harus menghadapi kenyataan hukuman sembilan bulan larangan bermain.
Andre Onana has had his doping ban reduced to nine months by the CAS.
— GOAL (@goal) June 10, 2021
The Ajax goalkeeper, wanted by Arsenal, will be able to train again on September 3, and play on November 3.
Arsenal had been waiting on the verdict before deciding whether to move this summer. pic.twitter.com/A4JzOAyodJ
Paul Pogba
Yang baru-baru ini heboh terjadi, Paul Pogba dinyatakan positif doping berupa zat Steroid Testosteron. Sebuah zat yang mirip dengan Nandrolone, yang berkinerja untuk ketahanan tubuh, sel jaringan otot, dan tak jauh dari peningkatan performa fisik. Maka dari itu, zat ini juga dikatakan terlarang oleh Badan Anti Doping Dunia (WADA).
Zat Testosteron yang tak wajar pada tubuh Pogba, terdeteksi melalui tes yang dilakukan pasca laga melawan Udinese di bulan Agustus 2023. Pogba harus menerima kenyataan menghadapi tuntutan hukuman berat empat tahun larangan bermain.
🚨 How long do you think Paul Pogba’s ban should last after testing positive for testosterone? 💉🤔 pic.twitter.com/eYlikuajdB
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) September 12, 2023
Sumber Referensi : dailymail, footballitalia, theguardian, gazzetta.id, thesun, theguardian, eurosport, lemondesports