Cinderella tak hanya dalam dunia dongeng. Di dalam dunia nyata seperti sepakbola, cerita seperti cinderella juga beberapa kali terjadi. Banyak tim yang sebenarnya bukan apa-apa, namun justru mampu mendulang kesuksesan. Bahkan kesuksesannya tersebut dikenang rapi dalam buku sejarah sepakbola.
Daftar Isi
Blackburn Rovers
Misal di Liga Inggris pada musim 1994/95. Kuda hitam yang muncul saat itu adalah Blackburn Rovers. Klub berjersey putih biru itu performanya memukau di bawah gemblengan pelatih yang juga legenda Liverpool, Kenny Dalglish.
🗓️ #OnThisDay: 14/05/95
— Blackburn Rovers (@Rovers) May 14, 2021
👑 Blackburn Rovers – Premier League Champions!#Rovers 🔵⚪️ pic.twitter.com/pZdwhXXtv4
Klub berjuluk The Riversiders tersebut berhasil menjadi juara Liga Inggris setelah unggul tipis satu poin atas MU di pekan terakhir. Gelar prestisius tersebut sekaligus tercatat sebagai gelar pertama Blackburn di era Premier League.
Kekuatan utama Blackburn menjadi juara di musim tersebut terletak pada duet maut mereka di lini depan yakni Alan Shearer dan Chris Sutton. Duet yang dijuluki “SAS” itu total mampu ciptakan 49 gol.
Perlu diingat juga, kesuksesan The Riversiders tersebut juga dipengaruhi oleh pengeluaran tinggi mereka di bursa transfer oleh sang pemilik, Jack Walker. Dilansir Guardian, di musim tersebut Blackburn sudah keluar total 14,7 juta pounds untuk membayar sejumlah bintang.
Leicester City
Ada juga klub medioker Inggris lainya Leicester City. Tepatnya di Liga Inggris musim 2015/16, ketika tim asuhan Claudio Ranieri berhasil menjuarai Liga Inggris di tengah himpitan klub-klub besar yang bergelimang uang. Tak menyangka The Foxes juara setelah unggul 10 poin atas Arsenal. Gelar juara tersebut juga bersejarah karena merupakan kali pertama sejak klub didirikan pada 1884.
ON THIS DAY: In 2008, Leicester City were relegated to League One for the first time in their 124-year history.
— Squawka (@Squawka) May 4, 2020
Eight years later, they were crowned Premier League Champions for the first time in their history. pic.twitter.com/cgMk5L7xJV
Sebenarnya di musim tersebut boro-boro Leicester mengincar juara, bertahan di Liga Inggris saja sebenarnya sudah syukur bagi mereka. Maklum, pada musim sebelumnya klub yang dimiliki taipan asal Thailand ini hanya berkutat untuk menghindari jurang degradasi.
Kunci dari keajaiban yang diperoleh The Foxes saat menjadi juara salah satunya adalah rekrutmen pemain yang baik. Dilansir Sporting News, perekrutan pemain yang dilakukan pemandu bakat mereka Steve Walsh, seperti Riyad Mahrez maupun N’Golo Kante, mampu berdampak besar pada skuad The Foxes.
Ditambah taktik 4-4-2 yang diramu oleh Ranieri. Pelatih berjuluk The Tinkerman tersebut mampu meramu dengan pas skuad yang tak mempunyai nama besar itu, menjadi satu kesatuan teamwork yang solid.
Deportivo La Coruna
Pada La Liga musim 1999/00, muncul kisah cinderella yang diukir Deportivo La Coruna. Tak disangka klub berjuluk Super Depor itu mampu mematahkan hegemoni tim-tim besar La Liga seperti Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, maupun Valencia.
Finishing on 69 points, 5 points clear of Barcelona, Deportivo La Coruna became champions of La Liga in the 1999-2000 season, winning their only La Liga title to date. pic.twitter.com/pQ2X5TUvpt
— FOOTBALL TRIVIA 365 (@PlayFT365) October 6, 2019
Dilatih oleh Javier Irureta, klub yang bermarkas di Riazor tersebut menjadi juara La Liga setelah unggul lima poin dari Barcelona. Gelar La Liga tersebut juga untuk pertama kalinya dalam sejarah klub yang didirikan pada 1906 itu.
Ada salah satu faktor kenapa Super Depor mampu menjadi juara di musim tersebut, yakni transfer striker Roy Makaay dari Tenerife. Dilansir ESPN, perekrutan striker asal Belanda tersebut mampu membuat Super Depor makin tajam. Buktinya Makaay mampu jadi top skor klub di musim tersebut dengan 22 gol.
Hellas Verona
Di Serie A pada musim 1984/85 juga muncul dongeng cinderella ketika Hellas Verona menjadi juara Serie A di tengah hegemoni klub besar seperti Juventus, AC Milan, Inter, maupun Napoli.
Serie A champions 1984-85: Hellas Verona. pic.twitter.com/5PwerfysZU
— When Football Was Better (@FootballInT80s) June 1, 2015
Klub berjuluk Gialloblu itu menjadi juara Serie A untuk pertama kalinya, setelah unggul empat poin atas Torino. Salah satu faktor kenapa klub yang bermarkas di Marc Antonio Bentegodi ini juara adalah sosok pelatih bernama Osvaldo Bagnoli.
Bagnoli mirip dengan Ranieri yang mampu memaksimalkan kemampuan pemain yang tak punya nama besar menjadi kesatuan teamwork yang solid. Materi Hellas Verona diisi nama-nama yang tak terlalu populer, seperti Hans Peter Briegel maupun Preben Elkjaer Larsen.
Kaiserslautern
Dari Bundesliga kisah cinderella beberapa kali terjadi. Termasuk yang fenomenal Kaiserslautern di musim 1997/98. Padahal musim tersebut adalah musim pertama Kaiserslautern setelah promosi ke Bundesliga.
An incredible achievement back in 97/98
— Retro Football Network (@retrofootballnw) October 18, 2023
Kaiserslautern Bundesliga champions in their first season back after promotion.
Managed by Otto Rehhagel and with Andreas Brehme in the team.#FCK #Bundesliga pic.twitter.com/jKorS5dcpB
Klub berjuluk Die Roten Teufel ini menjuarai Bundesliga setelah unggul dua poin atas Bayern Munchen. Dibesut oleh pelatih Otto Rehhagel, Kaiserslautern sukses disulap menjadi tim yang solid.
Kunci sukses ramuan taktik Renghagel adalah pada kombinasi pemain tua dan muda seperti Andreas Brehme maupun Michael Ballack yang dulu masih berusia 21 tahun. Namun uniknya, hingga kini klub yang bermarkas di Fritz Walter Stadium tersebut belum lagi nongol di Bundesliga setelah terdegradasi pada musim 2011/12 silam.
Werder Bremen, Stuttgart, dan Wolfsburg
Tak hanya Kaiserslautern yang ciptakan dongeng cinderella di Bundesliga. Tim seperti Werder Bremen, Stuttgart, maupun Wolfsburg, juga pernah menciptakannya. Werder Bremen mampu menjadi juara Bundesliga di musim 2003/04 di bawah asuhan Thomas Schaaf.
Founded 4th February 1899 💚
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) February 4, 2021
No team has played as many games in the Bundesliga than four-time champions, SV Werder Bremen 🥇
Happy Birthday, @werderbremen_en 🎉 pic.twitter.com/nAm6IZKt7l
Klub berjuluk Die Werderaner itu juara setelah mampu unggul enam poin atas Bayern Munchen. Striker asal Brazil, Ailton menjadi sosok berpengaruh bagi pasukan Schaaf menjuarai Bundesliga. Ia bahkan dinobatkan sebagai top skor Bundesliga di musim tersebut dengan 28 gol.
Kemudian ada Stuttgart yang mengejutkan di musim 2006/07 ketika menjadi juara Bundesliga. Berstatus hanya sebagai tim medioker, klub berjuluk Die Schwaben ini mampu menjadi juara setelah unggul dua poin atas Schalke 04. Timo Hildebrand, Mario Gomez, Cacau, hingga Sami Khedira adalah pilar utama Stuttgart meraih juara Bundesliga di bawah racikan tokcer milik pelatih Armin Veh.
2007: Stuttgart Bundesliga champions with Khedira, Mario Gomez & Cacau.
— bet365 (@bet365) May 23, 2015
2015: Stuttgart survive on the last day. pic.twitter.com/DLp0nCiQgG
Selang beberapa tahun, tepatnya pada musim 2008/09 dongeng cinderella kembali terjadi ketika Wolfsburg menjuarai Bundesliga setelah unggul dua poin atas Bayern Munchen. Gelar yang diraih klub berjuluk Die Wolfe tersebut juga terasa spesial karena merupakan gelar bersejarah untuk pertama kalinya sejak berdirinya klub itu pada tahun 1945.
Striker asal Brazil Grafite menjadi sosok penting dibalik gacornya Wolfsburg racikan Felix Magath. Grafite juga dinobatkan sebagai top skor Bundesliga musim tersebut dengan koleksi 28 gol.
#OnThisDay in 2️⃣0️⃣0️⃣9️⃣
— VfL Wolfsburg EN/US 🇬🇧 🇺🇸 (@VfLWolfsburg_EN) May 23, 2020
VfL Wolfsburg crowned German league champions – incredible!😍 🏆#VfLWolfsburg #Bundesliga pic.twitter.com/gs0JhMggFX
FC Porto
Kisah cinderella juga terjadi di Liga Champions. Tepatnya pada musim 2003/04 ketika FC Porto muncul sebagai juara. Tak ada yang menduga klub seperti Porto bisa melaju hingga babak final dan jadi juara eropa setelah mengalahkan AS Monaco 3-0. Bagaimanapun di musim tersebut, klub yang bermarkas di Estadio Do Dragao itu tak banyak diunggulkan untuk melaju jauh.
ON THIS DAY: In 2004, FC Porto won the Champions League with a 3-0 win over Monaco in the final in Gelsenkirchen. pic.twitter.com/U4OZHJ8r9H
— Squawka (@Squawka) May 26, 2016
Gelar yang didapat klub asuhan Jose Mourinho itu menjadi gelar kedua Porto di Liga Champions, setelah terakhir mereka mendapatkannya pada musim 1986/87. Pemain seperti Deco, Maniche, Paulo Ferreira, Ricardo Carvalho menjadi pilar penting racikan The Special One meraih gelar tersebut.
Timnas Denmark Hingga Timnas Yunani
Selain Liga Champions, Piala Eropa juga sempat dua kali memunculkan kisah cinderella. Yang pertama terjadi ketika tim dinamit Denmark asuhan Richard Moller Nielsen mengandaskan tim kuat Jerman di final Piala Eropa 1992. Gelar juara tim asal Skandinavia tersebut merupakan gelar satu-satunya Denmark di Piala Eropa.
⏪ On this day in 1992 – Denmark won the EURO's!#ForDanmark pic.twitter.com/ORqWP7irB5
— Danish Scout (@DanishScout_) June 26, 2022
Dunia tak menyangka bahwa Laudrup dan kawan-kawan mampu menjadi juara Eropa pada saat itu. Pasalnya keikutsertaan mereka di Piala Eropa saat itu saja bak durian runtuh karena hanya menggantikan Yugoslavia. Meski banyak dikritik karena bermain sepakbola negatif dengan cara banyak melakukan “Back Pass”, namun kesolidan dan kekompakan skuad Denmark buktinya tetap membuat Denmark mengukir sejarah sebagai juara Eropa.
Yang berikutnya ada cerita dari tim negeri seribu dewa, Yunani di Piala Eropa 2004. Anak asuh Otto Rehhagel berhasil mengejutkan mata dunia setelah keluar menjadi juara Piala Eropa setelah mengandaskan tuan rumah Portugal di final.
Gelar tersebut juga adalah gelar Piala Eropa pertama kalinya sepanjang sejarah Yunani. Tak pernah terbayangkan klub seperti Yunani bisa meraih gelar tersebut. Materinya juga tak begitu mentereng saat itu, seperti Karagounis, Charisteas, maupun Basinas. Namun namanya saja dongeng cinderella, apapun bisa terjadi.
🤔 Your earliest EURO memory?
— UEFA EURO 2024 (@EURO2024) May 19, 2020
🇬🇷 Greece at EURO 2004… pic.twitter.com/2UqzLs5zP0
Sumber Referensi : theguardian, espn, sportingnews, bundesliga.com, dw.com