Dongeng Cinderalla yang Pernah Ada di Dunia Sepakbola

spot_img

Cinderella tak hanya dalam dunia dongeng. Di dalam dunia nyata seperti sepakbola, cerita seperti cinderella juga beberapa kali terjadi. Banyak tim yang sebenarnya bukan apa-apa, namun justru mampu mendulang kesuksesan. Bahkan kesuksesannya tersebut dikenang rapi dalam buku sejarah sepakbola.

Blackburn Rovers

Misal di Liga Inggris pada musim 1994/95. Kuda hitam yang muncul saat itu adalah Blackburn Rovers. Klub berjersey putih biru itu performanya memukau di bawah gemblengan pelatih yang juga legenda Liverpool, Kenny Dalglish.

Klub berjuluk The Riversiders tersebut berhasil menjadi juara Liga Inggris setelah unggul tipis satu poin atas MU di pekan terakhir. Gelar prestisius tersebut sekaligus tercatat sebagai gelar pertama Blackburn di era Premier League.

Kekuatan utama Blackburn menjadi juara di musim tersebut terletak pada duet maut mereka di lini depan yakni Alan Shearer dan Chris Sutton. Duet yang dijuluki “SAS” itu total mampu ciptakan 49 gol.

Perlu diingat juga, kesuksesan The Riversiders tersebut juga dipengaruhi oleh pengeluaran tinggi mereka di bursa transfer oleh sang pemilik, Jack Walker. Dilansir Guardian, di musim tersebut Blackburn sudah keluar total 14,7 juta pounds untuk membayar sejumlah bintang.

Leicester City

Ada juga klub medioker Inggris lainya Leicester City. Tepatnya di Liga Inggris musim 2015/16, ketika tim asuhan Claudio Ranieri berhasil menjuarai Liga Inggris di tengah himpitan klub-klub besar yang bergelimang uang. Tak menyangka The Foxes juara setelah unggul 10 poin atas Arsenal. Gelar juara tersebut juga bersejarah karena merupakan kali pertama sejak klub didirikan pada 1884.

Sebenarnya di musim tersebut boro-boro Leicester mengincar juara, bertahan di Liga Inggris saja sebenarnya sudah syukur bagi mereka. Maklum, pada musim sebelumnya klub yang dimiliki taipan asal Thailand ini hanya berkutat untuk menghindari jurang degradasi.

Kunci dari keajaiban yang diperoleh The Foxes saat menjadi juara salah satunya adalah rekrutmen pemain yang baik. Dilansir Sporting News, perekrutan pemain yang dilakukan pemandu bakat mereka Steve Walsh, seperti Riyad Mahrez maupun N’Golo Kante, mampu berdampak besar pada skuad The Foxes.

Ditambah taktik 4-4-2 yang diramu oleh Ranieri. Pelatih berjuluk The Tinkerman tersebut mampu meramu dengan pas skuad yang tak mempunyai nama besar itu, menjadi satu kesatuan teamwork yang solid.

Deportivo La Coruna

Pada La Liga musim 1999/00, muncul kisah cinderella yang diukir Deportivo La Coruna. Tak disangka klub berjuluk Super Depor itu mampu mematahkan hegemoni tim-tim besar La Liga seperti Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, maupun Valencia.

Dilatih oleh Javier Irureta, klub yang bermarkas di Riazor tersebut menjadi juara La Liga setelah unggul lima poin dari Barcelona. Gelar La Liga tersebut juga untuk pertama kalinya dalam sejarah klub yang didirikan pada 1906 itu.

Ada salah satu faktor kenapa Super Depor mampu menjadi juara di musim tersebut, yakni transfer striker Roy Makaay dari Tenerife. Dilansir ESPN, perekrutan striker asal Belanda tersebut mampu membuat Super Depor makin tajam. Buktinya Makaay mampu jadi top skor klub di musim tersebut dengan 22 gol.

Hellas Verona

Di Serie A pada musim 1984/85 juga muncul dongeng cinderella ketika Hellas Verona menjadi juara Serie A di tengah hegemoni klub besar seperti Juventus, AC Milan, Inter, maupun Napoli.

Klub berjuluk Gialloblu itu menjadi juara Serie A untuk pertama kalinya, setelah unggul empat poin atas Torino. Salah satu faktor kenapa klub yang bermarkas di Marc Antonio Bentegodi ini juara adalah sosok pelatih bernama Osvaldo Bagnoli.

Bagnoli mirip dengan Ranieri yang mampu memaksimalkan kemampuan pemain yang tak punya nama besar menjadi kesatuan teamwork yang solid. Materi Hellas Verona diisi nama-nama yang tak terlalu populer, seperti Hans Peter Briegel maupun Preben Elkjaer Larsen.

Kaiserslautern

Dari Bundesliga kisah cinderella beberapa kali terjadi. Termasuk yang fenomenal Kaiserslautern di musim 1997/98. Padahal musim tersebut adalah musim pertama Kaiserslautern setelah promosi ke Bundesliga.

Klub berjuluk Die Roten Teufel ini menjuarai Bundesliga setelah unggul dua poin atas Bayern Munchen. Dibesut oleh pelatih Otto Rehhagel, Kaiserslautern sukses disulap menjadi tim yang solid.

Kunci sukses ramuan taktik Renghagel adalah pada kombinasi pemain tua dan muda seperti Andreas Brehme maupun Michael Ballack yang dulu masih berusia 21 tahun. Namun uniknya, hingga kini klub yang bermarkas di Fritz Walter Stadium tersebut belum lagi nongol di Bundesliga setelah terdegradasi pada musim 2011/12 silam.

Werder Bremen, Stuttgart, dan Wolfsburg

Tak hanya Kaiserslautern yang ciptakan dongeng cinderella di Bundesliga. Tim seperti Werder Bremen, Stuttgart, maupun Wolfsburg, juga pernah menciptakannya. Werder Bremen mampu menjadi juara Bundesliga di musim 2003/04 di bawah asuhan Thomas Schaaf.

Klub berjuluk Die Werderaner itu juara setelah mampu unggul enam poin atas Bayern Munchen. Striker asal Brazil, Ailton menjadi sosok berpengaruh bagi pasukan Schaaf menjuarai Bundesliga. Ia bahkan dinobatkan sebagai top skor Bundesliga di musim tersebut dengan 28 gol.

Kemudian ada Stuttgart yang mengejutkan di musim 2006/07 ketika menjadi juara Bundesliga. Berstatus hanya sebagai tim medioker, klub berjuluk Die Schwaben ini mampu menjadi juara setelah unggul dua poin atas Schalke 04. Timo Hildebrand, Mario Gomez, Cacau, hingga Sami Khedira adalah pilar utama Stuttgart meraih juara Bundesliga di bawah racikan tokcer milik pelatih Armin Veh.

Selang beberapa tahun, tepatnya pada musim 2008/09 dongeng cinderella kembali terjadi ketika Wolfsburg menjuarai Bundesliga setelah unggul dua poin atas Bayern Munchen. Gelar yang diraih klub berjuluk Die Wolfe tersebut juga terasa spesial karena merupakan gelar bersejarah untuk pertama kalinya sejak berdirinya klub itu pada tahun 1945.

Striker asal Brazil Grafite menjadi sosok penting dibalik gacornya Wolfsburg racikan Felix Magath. Grafite juga dinobatkan sebagai top skor Bundesliga musim tersebut dengan koleksi 28 gol.

FC Porto

Kisah cinderella juga terjadi di Liga Champions. Tepatnya pada musim 2003/04 ketika FC Porto muncul sebagai juara. Tak ada yang menduga klub seperti Porto bisa melaju hingga babak final dan jadi juara eropa setelah mengalahkan AS Monaco 3-0. Bagaimanapun di musim tersebut, klub yang bermarkas di Estadio Do Dragao itu tak banyak diunggulkan untuk melaju jauh.

Gelar yang didapat klub asuhan Jose Mourinho itu menjadi gelar kedua Porto di Liga Champions, setelah terakhir mereka mendapatkannya pada musim 1986/87. Pemain seperti Deco, Maniche, Paulo Ferreira, Ricardo Carvalho menjadi pilar penting racikan The Special One meraih gelar tersebut.

Timnas Denmark Hingga Timnas Yunani

Selain Liga Champions, Piala Eropa juga sempat dua kali memunculkan kisah cinderella. Yang pertama terjadi ketika tim dinamit Denmark asuhan Richard Moller Nielsen mengandaskan tim kuat Jerman di final Piala Eropa 1992. Gelar juara tim asal Skandinavia tersebut merupakan gelar satu-satunya Denmark di Piala Eropa.

Dunia tak menyangka bahwa Laudrup dan kawan-kawan mampu menjadi juara Eropa pada saat itu. Pasalnya keikutsertaan mereka di Piala Eropa saat itu saja bak durian runtuh karena hanya menggantikan Yugoslavia. Meski banyak dikritik karena bermain sepakbola negatif dengan cara banyak melakukan “Back Pass”, namun kesolidan dan kekompakan skuad Denmark buktinya tetap membuat Denmark mengukir sejarah sebagai juara Eropa.

Yang berikutnya ada cerita dari tim negeri seribu dewa, Yunani di Piala Eropa 2004. Anak asuh Otto Rehhagel berhasil mengejutkan mata dunia setelah keluar menjadi juara Piala Eropa setelah mengandaskan tuan rumah Portugal di final.

Gelar tersebut juga adalah gelar Piala Eropa pertama kalinya sepanjang sejarah Yunani. Tak pernah terbayangkan klub seperti Yunani bisa meraih gelar tersebut. Materinya juga tak begitu mentereng saat itu, seperti Karagounis, Charisteas, maupun Basinas. Namun namanya saja dongeng cinderella, apapun bisa terjadi.

Sumber Referensi : theguardian, espn, sportingnews, bundesliga.com, dw.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru