Dilema Xavi di Barcelona, Antara Identitas Klub dan Tuntutan Trofi

spot_img

Kebangkitan Barcelona di La Liga musim ini tak lepas dari tangan dingin Xavi Hernandez. Seorang mantan pemain Barca di era kejayaan tiki-taka. Kedatangan Xavi ke Barca dianggap sebuah kerinduan akan sepakbola indah seperti apa yang pernah ia mainkan.

Pasalnya, sepeninggal Pep Guardiola, Barcelona sudah jauh melenceng dari apa yang menjadi identitas mereka. Namun Xavi kini mengalami dilema. Saat ia datang dan dituntut sebuah kerinduan akan sepakbola indah, ia dihadapkan pada carut-marut keadaan Barcelona.

Identitas Barcelona Sebagai Sebuah Klub

Lantas apa sih yang dirindukan fans terhadap identitas Barcelona? Terkadang semboyan Mes Que Un Club yang sering diplesetkan menjadi “Miskin Klub” itu, sedikit ada benarnya. Karena kita tahu Barca kini sedang tidak baik-baik saja secara finansial.

Namun sejatinya semboyan itulah yang menjadi nilai luhur Barcelona. Pada tahun 1908, Joan Gamper mewanti-wanti semboyan itu sebagai modal dari sebuah perlawanan masyarakat Catalan atas pemerintahan kerajaan Spanyol.

Lebih dari sebuah klub, artinya Barca memiliki identitas yang berbeda dari klub-klub Spanyol pada umumnya. Baik dari segi kebijakan maupun permainan. Dari segi kebijakan misalnya pelarangan logo sponsor di jersey klub.

Dari segi permainan, Barca dikenal sebagai klub yang punya naluri sepakbola menyerang sedari dulu didirikan. Kepercayaan dengan para bibit akademi muda lokal mereka yang asli Catalan, juga menjadi identitas yang melekat sejak klub ini didirikan.

Namun apa boleh buat, seiring perkembangan zaman satu per satu makna dari semboyan tersebut sudah dikhianati sendiri oleh klub. Terutama pasca Sandro Rosell dan Bartomeu naik ke pucuk pimpinan Barca.

Kedatangan Xavi

Sudah lama publik catalan menunggu arti dari semboyan itu mampu hadir kembali di era modern seperti sekarang. Paling tidak ada hal-hal kecil yang mengindikasikan bahwa tak sepenuhnya identitas Mes Que Un Club itu sepenuhnya hilang.

Ya, kedatangan Xavi sebagai pelatih yang notabene mengerti identitas klub ini sangat diharapkan dari sebagian fans. Paling tidak, ada gelagat untuk mengembalikan identitas itu. Karena sejatinya Xavi merupakan representasi orang asli Catalan, mantan La Masia dan pelaku tiki-taka.

Transisi dan Tuntutan Kebangkitan

Xavi datang ke Barca pada November 2022 menggantikan Ronald Koeman. Xavi harusnya tahu apa yang bisa ia lakukan di Barca. Pasalnya keadaan Barca sedang tak karuan saat itu.

Di bawah Koeman, Barca performanya amburadul dan tercecer di peringkat 9 La Liga. Xavi pun tahu ia tak lagi memiliki sebuah robot yang bernama Lionel Messi yang bisa mengubah keadaan setiap saat.

Masa awal Xavi di Barca tak semudah yang dibayangkan bisa menyulap tim ini ke identitas Barca sesungguhnya. Namun yang tak diduga, dari masa transisi yang tak karuan itu, Xavi perlahan mampu meraih hasil positif.

Dengan penambahan pemain di bursa transfer Januari 2023, Barcelona mulai meningkat performanya. Formasi khas 4-3-3 dengan rotasi lini penyerangan yang melimpah, membuat Xavi sempat 15 kali tak terkalahkan di La Liga. Sampai akhirnya ia mampu mendongkrak posisi Barca finish di peringkat dua La Liga.

Masalah Finansial dan Tuntutan Trofi

Namun, torehan itu tak luput dari tagihan sebagian publik Catalan yang menuntut identitas Barcelona lebih ditonjolkan lagi. Seperti halnya penonjolan para pemain La Masia, gaya permainan yang menyerang, penguasaan bola, bermain indah, dan meraih berbagai trofi.

Pasalnya Xavi mencapai itu semua dengan menghiraukan identitas Barca. Xavi lebih pragmatis berorientasi pada hasil akhir. Alih-alih bermain indah dari kaki ke kaki, Xavi lebih mengedepankan Direct Ball dengan beberapa kali Crossing dan umpan lambung. Beberapa kemenangan dengan hasil tipis pun sering diraihnya yakni sebanyak 8 kali.

Namun apa mau dikata, itu hanya paruh musim. Dan itu pun masih dalam masa transisi bagaimana Xavi meraba kekuatan yang akan dibangunnya ke depan. Nah, kini sampailah pada musim penuhnya di 2022/23.

Apesnya, Xavi kembali dirundung masalah. Lebih tepatnya masalah finansial klub. Barca sempat tak bisa mendaftarkan pemain di saat pembukuan gaji mereka belum dipenuhi. Barca pun dibela-belain ngutang sana-sini demi mendapatkan pemain yang Xavi inginkan.

Beberapa pemain yang diinginkan itupun akhirnya kesampaian hadir di Camp Nou. Namun yang perlu dicatat, Xavi seperti ketiban beban yang amat besar setelah itu. Ia dituntut dengan skuad melimpah ini, bisa membawa Barca meraih banyak trofi guna menutupi keuangan mereka yang sedang bermasalah.

La Liga, Pragmatis Ala Xavi Ball

Sadar diri akan posisinya itu, Xavi tahu apa yang harus ia lakukan. Ia mengubah gaya permainan menjadi semakin lebih pragmatis ala Xavi Ball. Ia menggunakan sistem double pivot dan lebih memprioritaskan keamanan lini belakang mereka.

Hal ini justru jelas-jelas mengkhianati identitas Barca yang banyak diharapkan muncul darinya.
Bagaimana tidak, permainan Barcelona di La Liga musim ini lebih bertahan dengan mengamankan keunggulan. Hal itu terbukti dengan total kebobolan mereka yang paling sedikit di Eropa dengan 9 gol sementara ini.

Total gol mereka di La Liga sementara hanya 49 gol. Jauh dari capaian gol para pemuncak liga-liga top lainnya. Dengan Real Madrid yang berada di peringkat kedua saja, gol mereka kalah. Namun, justru dengan gaya seperti itu, Barca diantarkannya sementara memimpin klasemen La Liga dengan jarak 12 poin.

Apakah itu hasil yang memuaskan banyak publik Catalan? Tentu tak semuanya. Ada pula yang masih menagih janji Xavi mengembalikan identitas permainan Barca sesungguhnya. Mereka menganggap Xavi harusnya bisa melakukannya karena sudah dialokasikan dana melimpah untuk pemain yang diinginkannya.

Dalam benak Xavi tentu ia mau anak asuhnya bermain seperti apa yang pernah ia mainkan dulu. Tapi ia sadar bahwa masalah urgensi untuk mendapatkan hasil atau trofi lebih didahulukan. Terbukti Xavi dengan gayanya ini telah menggondol satu trofi yakni Supercopa Espana.

Di Eropa Tak Berkutik

Lantas, apakah dengan gaya itu Xavi mampu membawa Barca lebih baik juga di level Eropa? Faktanya El Barca tak bisa berkutik. Xavi gagal meloloskan Barca dua kali di fase grup Liga Champions.

Xavi tak mengerti caranya mengembalikan mental Eropa Barca. Publik Catalan yang kontra dengan gaya permainannya, sontak mengecam keras Xavi. Xavi bahkan dianggap gagal ketika ia dengan skuad kedalaman yang melimpah harus gagal di kompetisi Eropa.

Xavi juga dikatakan mengkhianati sebuah kerinduan yang dimandatkan padanya sejak ia datang. Tapi di sisi lain, dengan apa yang dilakukan Xavi sekarang, banyak juga yang menikmatinya. Bagaimanapun kini Barca perlahan mampu dimodifikasi dengan gaya baru ala Xavi sembari menunggu beberapa trofi yang akan digondol.

Sumber Referensi : everthingbarca, theanalyst, coachesvoice, sportskeeda, footballespana

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru