Tak terasa gegap gempita Piala AFF sudah mulai bergema. Para kontestan termasuk Timnas Indonesia yang selalu optimis meraih juara pun sudah sangat bersiap menyambut hajatan besar sepakbola Asia Tenggara tersebut.
Khusus untuk timnas Garuda, biasanya akan selalu dinanti munculnya salah satu pemain wonderkid. Sebab dalam catatan sejarah diselenggarakannya piala AFF, timnas merah putih selalu melahirkan wonderkid baru. Siapa saja mereka?
Daftar Isi
Kurniawan Dwi Yulianto “Si Kurus Primavera” 1996
Dimulai dari Piala Tiger di 1996. Indonesia punya sosok yang dikenal dengan “Si Kurus”. Ya, dia adalah Kurniawan Dwi Yulianto. Kurniawan masuk skuad timnas asuhan Danurwindo jauh sebelum Piala Tiger 1996 berlangsung.
Tiger Cup 1996 : Vietnam – Indonesia =1-1 (kurniawan dwi yulianto) pic.twitter.com/CAosC01oGh
— 12paz (@12paz) November 22, 2014
Bersanding bersama striker senior seperti Peri Sandria, tak membuat “Si Kurus” minder. Dengan kemampuan olah bolanya yang berkelas, kecepatan, serta finishing yang oke, membawanya debut di Piala Tiger 1996.
Kemampuannya sudah tak diragukan lagi oleh Danurwindo. Karena ia sudah dikenalnya ketika mengikuti program Primavera di Italia. Terbukti di babak fase grup, striker yang baru berusia 20 tahun tersebut mampu menyita perhatian. Total empat gol ia sarangkan selama Piala Tiger 1996.
Uston Nawawi, Persebaya dan Sepakbola Gajah 1998
Di Piala Tiger 1998 lahir juga pemuda Surabaya, yakni Uston Nawawi. Ketika itu Uston baru berusia 20 tahun. Ia tercatat sebagai pemain termuda timnas Indonesia ketika itu.
Keberadaan seorang playmaker bernama Uston Nawawi ketika itu tak luput dari andil pelatih Rusdy Bahalwan. Sebab waktu itu ada fenomena unik, ketika ada rombongan sembilan pemain Persebaya yang dipanggil timnas.
Skuad #TimnasIndonesia Piala Tiger 1998 / AFF duet maut Widodo CP dan Kurniawan DJ dgn suber sub Miro Baldo Bento #TimnasDay @03__nakula @zoelfick @PSSI @Bolanet Pelatih Rusdy Bahalwan pic.twitter.com/aWosAzPVUa
— Zainal R (@Zaindamai) December 28, 2021
Gol debutnya terjadi di laga pertama grup melawan Filipina. Beberapa umpan kuncinya pun sering memanjakan para striker macam Widodo Cahyono Putro maupun Miro Baldo Bento. Namun sayang, dengan insiden sepakbola gajah yang juga dilakukan pemain Persebaya Mursyid Effendi, nama Indonesia menjadi tercoreng kala itu.
Ban Serep Bernama Gendut Doni 2000
Lanjut ke Piala Tiger 2000. Ada satu nama rising star yang muncul yakni Gendut Doni. Gendut yang waktu itu baru berusia 22 tahun, merupakan salah satu pemain muda di skuad besutan Nandar Iskandar.
Debut pemain kelahiran Salatiga tersebut dilatarbelakangi oleh tidak dipanggilnya Bambang Pamungkas dan Rochy Putiray. Bambang ketika itu sedang menjalani trial di klub Belanda, Roda JC.
Awalnya ia hanya menjadi pelapis senior mereka, Miro Baldo maupun Kurniawan. Namun tak disangka, kecemerlangan rising star Salatiga itu muncul ketika diberi kesempatan bermain lebih oleh Nandar.
Total lima gol telah ia lesakan di kompetisi itu. Lima gol tersebut diganjar dengan gelar top skor Piala Tiger 2000. Sebuah catatan sejarah, karena itu merupakan gelar top skor pertama yang diraih oleh pemain Indonesia di Piala Tiger. Sebuah pencapaian yang luar biasa dari seorang pemuda yang awalnya hanya dijadikan “ban serep”.
Gendut Doni mencetak gol pembuka di Semifinal Piala Tiger 2000 #MemoriLigina cc @reformPSSI @bola_indonesia @SepakbolaDay @SuporterFC @GarudaSoccer pic.twitter.com/eIlGriJK0B
— Instagram : memoriligina (@MemoriLigina) December 9, 2017
Zaenal Arief Tandem Maut Bepe 2002
Di Piala Tiger 2002, ada lagi fenomena wonderkid yang muncul. Ia adalah pemuda asal Garut, Zaenal Arif. Sang striker asal Persita tersebut, waktu itu dipanggil timnas besutan Ivan Kolev ketika masih berusia 20 tahun.
Keputusan pelatih Kolev pun sempat dipertanyakan ketika ia tak membawa Ilham Jayakesuma, bomber top skor Liga Indonesia dari Persita. Entah apa alasannya, ia lebih memilih memanggil tandemnya yakni Zaenal Arif.
Bambang Pamungkas dan Zaenal Arif pernah cetak quattrick ke gawang Filipina di piala AFF 2002 saat itu Indonesia menang 13-1 #AYOGARUDA pic.twitter.com/7LBkR7wZlY
— NET SPORT (@NETSPORT_ID) November 22, 2016
Zaenal juga masih berada pada bayang-bayang duo senior Bambang Pamungkas dan Gendut Doni. Namun kesempatan bermain yang diberikan padanya tak disia-siakannya. Sengatan Zaenal tercipta ketika melawan Filipina. Momen kemenangan 13-1 Indonesia atas Filipina waktu itu diwarnai oleh empat gol Zaenal. Total 6 gol yang dilesakan pemain yang sekarang jadi PNS tersebut.
Fenomena Boaz 2004
Tahun 2004 muncul sosok bocah muda belia 18 tahun yang dielu-elukan bernama Boaz Solossa. Bakat Boaz ketika itu diendus oleh Peter Withe, pelatih timnas kala itu sejak ia berlaga di Piala Suratin U-17 bersama Perseru Serui.
Atributnya yang langka, seperti skill, fisik, kecepatan, maupun finishing menjadi modal berharga baginya. Sebagai penyerang yang bisa bermain di berbagai posisi, membuatnya diperhitungkan untuk masuk menjadi starter di lini serang Timnas Garuda pada Piala AFF 2004.
Piala Tiger 2004 adalah salah satu turnamen yang kukenang. Aku masih ingat bagaimana orang-orang di sekitarku mengelu-elukan Boaz Solossa. Bintang muda yang amat bersinar.
Apa kenanganmu ttg Piala AFF edisi 2004 itu?
Full version https://t.co/78bcqcZg3C pic.twitter.com/9Ppw5ONk85
— Football Fandom (@Fandom_ID) December 25, 2021
Benar saja, di Piala AFF 2004 fenomena munculnya Boaz ditandai dengan terbentuknya trio di lini depan menyeramkan bersama Ilham Jayakesuma dan Elie Aiboy. Total empat gol selama Piala AFF 2004, menjadi debut mengesankan bagi pemuda Papua tersebut.
Sihir Okto Maniani 2010
Wonderkid dari Papua kembali muncul di Piala AFF 2010. Gegap gempita kompetisi waktu itu diwarnai dengan penampilan impresif bocah 22 tahun asal Papua Barat bernama Oktavianus Maniani atau Okto. Bocah lincah, gesit, dan licin yang menjadi tulang punggung skuad besutan Alfred Riedl.
Skema Riedl yang menggunakan dua sayap kencang ketika itu, sangat cocok dengan kapasitas Okto. Karir Okto tak ujug-ujug sampai ke timnas. Di level klub, sebelumnya ia pernah menjadi pemain muda terbaik Liga Indonesia ketika dibesut Ivan Kolev di Sriwijaya FC.
Meskipun hanya satu gol yang diciptakan, namun umpan kunci serta assist-nya kepada rekan-rekannya sangat berpengaruh. Ia terbukti bersinar di tengah para senior seperti Firman Utina, Bustomi, Ridwan, maupun Gonzalez.
Throwback saat Okto Maniani masuk dalam 10 pemain potensial Asia 2010 versi ESPN. Permainan gemilang Okto di tahun 2010 dan AFF Cup saat itu serta usianya yang masih muda membuat namanya diprediksi layak bermain di Eropa. Hal ini ditulis oleh John Dueden (kolumnis ESPN). pic.twitter.com/Qfg5Uu4F5O
— topskors (@topskors) June 8, 2020
Andik dan Dualisme PSSI 2012
Memasuki Piala AFF 2012. Tubuh timnas Garuda dilanda dualisme. Kali itu PSSI pecah kongsi dan berkonflik. Itulah momen di mana Piala AFF 2012 menjadi kurang terurus.
Namun di luar itu, keikutsertaan merah putih di ajang tersebut terbukti kembali menyita perhatian. Terutama para pemainnya yang serba baru, dan kembali munculnya seorang wonderkid bernama Andik Vermansyah.
Pemuda Surabaya berusia 21 tahun muncul dengan menjadi pahlawan di laga melawan Singapura. Gol indahnya dari jarak jauh ketika itu mampu masuk dalam kumpulan video gol-gol indah dunia di laman 101greatgoals.com.
Selain edisi 2016 yang sepakan voli spektakulernya terpilih menjadi gol terbaik AFF Suzuki Cup, Andik Vermansah memiliki kenangan indah lainnya kala bersua Singapura tahun 2012.
Berapa usiamu saat itu? 👀#PSSINow #KitaGaruda 📽: @affsuzukicup pic.twitter.com/WpicluzsKc
— PSSI (@PSSI) November 9, 2018
2014-2016, Kejayaan Alumni U-19, Evan Dimas dan Kawan-Kawan
Masa Piala AFF dari tahun 2014, 2016 hingga 2018. Para wonderkid yang keluar tak lain adalah bekas para pemain muda U-19 yang moncer bersama gemblengan Indra Sjafri. Ada Evan Dimas yang ketika itu debut pada usia 19 tahun di timnas senior Piala AFF 2014.
Hanya Evan Dimas Yang Akan Masuk Daftar Skuat Indonesia Di Piala AFF 2014 – http://t.co/wilIYONPSa pic.twitter.com/bzbS3s8eZP
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) October 23, 2014
Di Piala AFF 2016 yang juga masih bersama Alfred Riedl, giliran bek Hansamu Yama Pranata yang mencuri perhatian. Di 2018 di bawah Bima Sakti giliran Zulfiandi, Putu Gede, Septian David, maupun Hargianto.
Witan, Arhan, Dewangga, dan Egi di 2020
Sementara di edisi terakhir AFF 2020, muncul lagi fenomena wonderkid. Mereka adalah Witan Sulaeman, Pratama Arhan, Alfeandra Dewangga, maupun Egi Maulana Vikri. Selain performanya yang ciamik yang mengantarkan Garuda terbang hingga final, mereka juga berhasil mencuri perhatian ASEAN sebagai para nominator pemain muda terbaik AFF 2020.
Duel Indonesia vs Thailand: Bintang Muda Lawan Pemain Kaya Pengalaman
Pertandingan final leg pertama Piala AFF 2020 akan menyajikan Timnas Indonesia yang menghadapi Thailand di National Stadium, Kallang pada Rabu (29/12/2021) malam WIB nanti.#TimnasDay
📷: @PSSI pic.twitter.com/x5mxAoRIPj
— Good News From Indonesia (@GNFI) December 29, 2021
Di bawah Coach Shin, mereka berkembang dengan pesat. Karir mereka di level klub pun menanjak. Bahkan di antara mereka kini masih dipercaya di AFF 2022. Mereka akan bahu membahu bersama beberapa calon wonderkid baru. Apakah itu Marcelino Ferdinand, ataukah yang lain.
Sumber Referensi : bola.com, skor.id, skor.id, skor.id, tribunnews, bolaskor, timnas.skor, timnas.skor, timnas.skor