Dear Madrid, Remontada Itu Cuma Punya Barca, Bukan Punya Lo!

spot_img

Apa kalian melihat remontada di Santiago Bernabeu tadi? Di mana? Kok mimin nggak keliatan sih? Oh…ternyata dini hari tadi Bernabeu yang katanya angker bagi siapapun tamunya itu, tak membawa tuah bagi sang empunya rumah, Real Madrid. Padahal pemilik mahkota terbanyak Liga Champions itu sebelumnya menggaungkan narasi remontada dalam mengejar ketertinggalan agregat dari Meriam London. 

Entah apa kekuatan sihir yang digunakan Mikel Arteta sampai bisa menjadikan Bernabeu sebagai taman bermain Arsenal yang baru di Eropa. Mimin sampai terpesona dan berdecak kagum dengan daya magis mereka yang bisa-bisanya menggagalkan usaha Madrid untuk samai pencapaian remontada milik Barcelona tahun 2017 lalu. 

Lalu, seperti apa huru-hara yang terjadi di laga Madrid vs Arsenal tadi? Benarkah Bukayo Saka mendadak cosplay jadi Thierry Henry usai jebol gawang El Real? Mari kita bahas bersama. 

Remontada Yang Sempat Digelorakan 

Dalam kamus sepak bola, remontada yang berasal dari kosakata bahasa Spanyol itu merujuk pada kemenangan comeback, saat sebuah tim dalam keadaan tertinggal dengan skor besar dari lawannya. Sepanjang sejarah Liga Champions, momentum remontada baru sekali terjadi dengan pelakunya adalah raksasa Catalan, Barcelona. 

Barca melakukannya di babak 16 besar musim 2016/17 lalu saat secara ajaib bangkit dari ketertinggalan defisit empat gol dari Paris Saint-Germain di leg pertama. Los Cules membalikkan keadaan dengan menang agregat 6-5. Sejarah besar itulah yang coba untuk diikuti jejaknya oleh Real Madrid saat leg kedua perempat final hadapi Arsenal. 

Salah satu bintang di pasukan asal ibukota Spanyol, Jude Bellingham, terus-terusan mendengar kata remontada yang rajin dilontarkan fans pada timnya sebelum pertandingan leg kedua diadakan. Menurut Bellingham, kata itu diucapkan oleh Madridista sebagai pelecut semangat bagi para pemain Madrid untuk bangkit dan kembali mengejar titel ke-16. 

Setelah mengetahui makna mendalam dari kata remontada, pemilik 42 caps bersama Timnas Inggris itu percaya bahwa Bernabeu punya kekuatan rahasia untuk terus menciptakan malam-malam ajaib untuk Madrid. Apalagi dalam empat kesempatan comeback saat tertinggal di leg pertama, Madrid hanya menyerah sekali di tangan Borussia Dortmund pada 2013 lalu. 

Drama Penalti, Finishing Tak Sempurna, dan Saka Kesurupan Henry

Maka tibalah hari H pertandingan di Bernabeu yang atapnya di-setting tertutup. Don Carlo memutuskan mengganti bentuk formasi yang berbeda. Jika pada leg pertama di London Ancelotti turunkan formasi 4-4-2, untuk laga home ini ia beralih menjadi 4-3-3 dengan tetap menurunkan trio penyerang kesayangannya, yakni Vinicius Jr, Kylian Mbappe, dan Rodrygo.

Urusan rotasi komposisi pemain, perubahan yang kentara ada pada dipakainya Aurelien Tchouameni di tengah, gantikan Luka Modric yang memulai dari bangku cadangan, serta Lucas Vazquez yang gantikan posisi Federico Valverde yang maju ke tengah sayap kanan. 

Sementara Mikel Arteta tetap konsisten percaya diri pada penggunaan formasi 4-3-3 dengan isi yang plek ketiplek dengan leg pertama di semua lini. Termasuk sosok brilian yang memukau penggemar dengan free kicknya, “Si Nasi” Declan Rice. 

Menurut analisis mimin, ritme pertandingan sepanjang babak pertama berlangsung seru dan worth-it banget untuk ditonton. Secercah cahaya untuk kebangkitan Madrid sempat merekah kala Kylian Mbappe yang lepas dari penjagaan Myles-Lewis Skelly memasukkan bola saat laga baru menginjak menit ke dua. Malangnya posisinya terjebak dalam zona offside

Selepas gol yang tidak jadi itu, sederet peristiwa geger tersaji selang beberapa menit setelahnya. Termasuk munculnya dua keputusan VAR yang berkaitan dengan penalti. Pertama diberikan kepada Arsenal di menit 13 setelah Raul Asencio dianggap menjatuhkan Mikel Merino. Sayangnya, bola yang disepak Bukayo Saka digagalkan oleh aksi heroik Thibaut Courtois. 

Madrid pun ikutan dapat kesempatan untuk mengemas gol dari titik putih. Namun, setelah mengecek layar di pinggir lapangan, wasit asal Prancis Francois Letexier tak memberi hadiah voucher pada Mbappe yang sudah siap memegang bola.

Empat puluh lima menit pertama memang memang akui berjalan dengan tensi tinggi dan menegangkan. Tapi, kedua kesebelasan bikin gemes karena tidak dapat menyelesaikan sejumlah peluang emas yang datang. 

Bencana besar mulai menerjang tuan rumah saat babak kedua sudah berjalan dua puluh menitan. Ancelotti memang sudah mengganti dua pemain belakangnya yang dianggap bapuk, David Alaba yang digantikan Francisco Garcia, dan Lucas Vazquez yang digantikan Endrick. Namun, barisan pertahanan tetap saja jebol juga dari aksi Bukayo Saka. 

Saka yang melengos ke arah Courtois berhasil lepas dari kawalan pertahanan Madrid yang salah perhitungan, mengira Saka terjebak offside. Bola disontek dan Saka segera lakukan selebrasi ikonik yang sama persis dengan Thierry Henry saat mencetak gol ke gawang Madrid pada 2006. 

Madrid memang tersentak dengan gol dari Vinicius yang memanfaatkan kesalahan individu dari William Saliba yang gagal mengontrol bola dari David Raya. Namun, yang bikin gregetan dan emosi adalah tidak ada satupun peluang yang mampu dikonversikan pemain-pemain Madrid untuk menambah gol dan memperkecil ketertinggalan. 

Ada yang bolanya lebih dekat dengan tangkapan lengket David Raya, sampai menyamping jauh dari target sasaran. Menurut catatan statistik yang dihitung oleh Fotmob, dari 18 kali percobaan yang dilancarkan Madrid, hanya 3 saja yang termasuk sebagai tendangan on target. Gimana nggak bikin fans yang duduk di kursi tribun Bernabeu sampai nangis dan memasang muka murung melihat kejadian itu. 

Akibat menyia-nyiakan nikmat itulah, Madrid dihukum dengan gol Gabriel Martinelli di masa injury time dengan tambahan waktu 5 menit. Tak lama setelahnya, wasit Letexier meniup peluitnya dengan panjang. Langit Kota Madrid seolah runtuh detik itu juga menimpa para Madridista. 

Lolosnya The Gunners dan Remontada Yang Tak Terulang

Tidak ada comeback bersejarah bagi Madrid kali ini. Tidak ada gol maha penting di menit-menit akhir. Tidak ada drama hebat. Dan tidak ada keajaiban yang tercipta di rumput Santiago Bernabeu.

Hanya ada penyesalan karena gagal mempertahankan kesempatan untuk memenangi trofi Si Kuping Besar yang ke-16 sepanjang sejarah. Madrid untuk pertama kali sejak 2020, gagal menembus partai semifinal. Saat itu El Real malah terhenti di 16 besar dari Manchester City. 

Sementara bagi wakil Inggris, ini merupakan kelolosan Arsenal ke empat besar untuk yang pertama kali sejak terakhir kali melakukannya pada musim 2008/09. 

Dengan hasil ini, The Gunners telah menang tujuh kali dan seri satu kali dalam delapan pertandingan Liga Champions terakhir mereka, termasuk kemenangan dalam empat pertandingan tandang terakhir mereka di kompetisi tersebut. 

Arsenal juga menambah daftar kemenangan selama bertemu dengan Madrid di Liga Champions. Sejak pertama kali bertemu pada musim 2005/06, The Gunners sudah kemas tiga kali kemenangan dan belum pernah kalah dari Real Madrid.

Gagal sudah rencana Madrid bersama Carlo Ancelotti untuk menyamai pencapaian rival abadi mereka, Barcelona sebagai tim yang berjaya lakukan remontada di Liga Champions.

Jadi….mimin mau menyampaikan ke segenap demit-demit kalau remontada itu cuma punya Barca, bukan punya tim pujaan kalian itu. 

antaranews.com, uefa.com, aljazeera.com, bola.net, bbc.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru