Cuma Timnasnya yang Bagus, Sisanya PSSI Era Erick Thohir Sama Saja!

spot_img

Sebagai disclaimer saja, konten ini tidak berkaitan dengan komentator yang onoh. Rasanya kurang pas saja kalau ada hal yang berseberangan dengan PSSI yang sekarang, lalu dianggap pengikut si komentator. Selain kurang pas, polarisasi membuat kita justru makin menjauh dari peradaban.

Clear, ya?

Kalau sudah jernih pikiranmu, mari kita memulai pembahasannya.

Timnas Indonesia Era Erick Thohir

Jadi, apa yang akan kita bahas? Begini. Timnas Indonesia berhasil menahan imbang dua raksasa Asia: Arab Saudi dan Australia. Hasil ini memperlihatkan bahwa Timnas Indonesia mengalami perkembangan. Berdasarkan jumhur pundit sepak bola, Timnas Indonesia grafiknya sedang naik. Negara lain di seluruh dunia mulai memperhitungkan Timnas Indonesia.

Sampai di sini cita-cita Jay Idzes dan kawan-kawan mulai tampak. Melihat Timnas Indonesia berkembang ke arah positif, sebagian warganet pun bilang sepak bola Indonesia sedang bagus. Anggapan itu makin membesar setelah salah satu anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga berpendapat bahwa sepak bola kita keren.

Pernyataan tersebut memancing berbagai tanggapan, termasuk dari akun-akun sepak bola. Salah satunya akun @indosupporter yang menanggapi begini:

Bisa jadi tanggapan itu muncul dari keresahan, bukan cuma pemilik akun tapi juga sebagian penikmat sepak bola Indonesia. Bahwa yang bagus cuma timnasnya. PSSI era Erick Thohir tak jauh berbeda dengan PSSI sebelumnya. Orangnya sih beda, kemampuannya lain, tapi apa yang ditunjukkan, termasuk kebijakannya kelihatan sama.

Fokus Erick ke Tim Nasional

Salah satunya kebijakan yang “timnas sentris”. Kebijakan semacam ini sedikit banyak membuat lini sepak bola lain kapiran. Harus dipahami dulu, ini tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak timnasnya bagus. Seluruh masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali pasti senang kalau Timnas Indonesia bagus, apalagi bila lolos ke Piala Dunia.

Hari ini saja Timnas Indonesia bisa bertarung di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia zona Asia, lolos 16 besar Piala Asia, 4 besar Piala Asia U-23, dan ranking terus naik. Kalau ada yang bilang Timnas Indonesia jelek, orang itu mungkin butuh dielus ubun-ubunnya.

Prestasi tim nasional ini juga senada dengan tujuan Erick Thohir. Mantan bos Inter Milan itu punya gaya mengembangkan sepak bola yang beda, sesuai tagline-nya waktu kampanye di pemilihan ketua umum. Jika di tempat lain yang dibangun grassroot dulu, Erick memilih membangun timnasnya dulu.

Kebijakan-kebijakan yang tujuannya mendukung timnas pun direalisasikan. Jadwal liga disesuaikan agenda timnas, memburu pemain keturunan, membangun pusat latihan, hingga melengkapi fasilitas para pemain timnas. Terbaru, PSSI bisa nyarter pesawat sendiri untuk perjalanan timnas.

Di sepak bola putri juga demikian. Tidak ada Liga Sepak Bola Wanita, tapi Timnas Putri Indonesia bisa menggelar laga, bahkan ikut kompetisi seperti Piala Asia Wanita U-17. Lalu, apakah ini salah? Tentu tidak. Namun, karena fokusnya timnas, yang lain bisa saja tercecer.

Liga Indonesia Masih Tertinggal

Contohnya Liga Indonesia. Terserah kamu peduli sama Liga Indonesia atau timnasnya doang. Namun, negara yang timnasnya sustain, tidak kadang berprestasi kadang ditangisi, dipengaruhi oleh kualitas liga.

Tak usah jauh-jauh terbang ke Benua Biru. Di Asia saja banyak contohnya. Jepang dan Arab Saudi misal. Kualitas Green Falcons dan Samurai Biru bisa bertahan lama juga berkat liga dan piramida kompetisi yang tertata. Australia juga sama.

Para pemain Socceroos, baik keturunan maupun totok, kebanyakan didikan liga dalam negeri. Sekalipun sekarang banyak yang abroad, pada intinya, banyak dari pemain Timnas Australia mengemban pendidikan sepak bola usia dini di Perth, Melbourne, Brisbane, dan kota-kota Australia lain. Tidak di Utrecht.

Omong-omong, seburuk apa Liga Indonesia? Per 15 Agustus 2024, kompetisi sepak bola Indonesia berada di posisi 27 AFC. Memang naik satu peringkat dari musim sebelumnya.

Namun, berada di peringkat 27, Indonesia masih kalah dari Bangladesh, Turkmenistan, hingga Lebanon dan Kyrgyzstan. Jangan kaget kalau kita mulai jarang melihat klub Indonesia tampil di kasta tertinggi di Asia.

Sepak Bola Putri, Apa Kabar?

Itu di level putra. Di sepak bola putri liganya malah tidak jalan. Erick Thohir bilang tak ingin buru-buru menggelar Liga Putri Indonesia. Liga Putri direncanakan baru digelar pada tahun 2026, setahun sebelum jabatan Erick Thohir di PSSI habis.

Uniknya meski tanpa kompetisi domestik, Timnas Putri bisa mengikuti kompetisi selevel Piala Asia U-17. Tentu saja, hasilnya mudah ditebak. Mereka terkapar. Para pemain masih banyak kekurangan. Pelatih Satoru Mochizuki sendiri yang mengatakan itu.

Menurut pelatih asal Jepang ini, dikutip Kumparan, pemain putri Timnas Indonesia masih kurang dalam sepak bola dasar seperti umpan, tembakan, dan kontrol. “Perlu dilatih dan diasah kembali,” kata Satoru. Namun, bagaimana mau dilatih kalau liganya saja baru akan bergulir dua tahun lagi?

Liga 4 dan Pembinaan, Ada Nggak Sih?

Kembali ke sepak bola putra. Karena sudah banyak yang mengabarkan yang sudah dilakukan Erick Thohir, mari membahas yang masih sekadar janji. Pada kongres PSSI, Juni 2024 lalu, Ketum PSSI berjanji menggelar Liga 4. Namun, hingga pertengahan September 2024, tak ada tanda-tanda Liga 4 akan berjalan.

PSSI masih rutin mengklarifikasi hal-hal yang berbau timnas, ketimbang menyampaikan konsep konkret dari Liga 4. Padahal secara ide bagus. Liga 4 akan masuk piramida kompetisi dan membuat Liga 3 tidak terlalu gemuk. Yah, kita doakan saja supaya Liga 4 beneran digelar.

Selain Liga 4, yang jadi pertanyaan lain, sebenarnya pembinaan usia muda itu jalan nggak sih? Sebentar, jangan ditabrakkan dulu dengan pemain keturunan. Jika ditelusuri, kompetisi usia dini saja hampir tak ada beritanya. Bahkan hingga berakhirnya jeda internasional September 2024, belum ada kabar kalau Elite Pro Academy musim 2024/25 akan diadakan.

Di Instagram resmi @epaindonesia maupun @eliteproacademy_id tak ada informasi tentang EPA musim 2024/25. Padahal banyak tim lokal yang sudah siap untuk EPA musim ini. Karena nggak ada EPA, Persija pun sampai gandeng Le Minerale demi bikin kompetisi U-16 dan U-20.

Kendati EPA belum jelas, kita tetap perlu berprasangka baik pada PSSI dan PT LIB. Mungkin kompetisinya jalan, tapi Erick Thohir yang tawadhu bisa jadi tak mau banyak koar-koar.

Tragedi Kanjuruhan dan Kebijakan

Setahun lebih kepemimpinan Erick Thohir, kasus Kanjuruhan belum tuntas sepenuhnya. Betul bahwa Tragedi Kanjuruhan terjadi di era Iwan Bule, tapi Erick berjanji mengusutnya dan memihak ke korban. Sayang, janji sekadar janji. Baik PSSI, PT LIB, dan aparat yang berwenang tak lagi menggubris kasus Kanjuruhan.

Karena belum tuntas, para suporter pun masih terus menyuarakan kasus ini, termasuk di pertandingan Indonesia vs Australia kemarin. Rasanya menyuarakan kasus ini perlu. Terlebih kini Stadion Kanjuruhan malah direnovasi. Hal yang bikin bukti-bukti di TKP makin mudah dilenyapkan.

Kebijakan PSSI era Erick Thohir juga masih banyak yang tak jelas juntrungannya. Misal, pelarangan suporter tim tamu. Di Pandit Football, Andreas Marbun menulis, kebijakan ini tidak efektif. Kebijakan ini juga dinilai merugikan klub. 

Dengan tanpa penonton, tim tamu tak punya pendukung, pendapatan tiket pun berkurang. Jika pendapatan dari tiket saja berkurang, bagaimana mungkin kita menuntut klub agar menggratiskan biaya masuk seleksi tim muda?

Intervensi Pemerintah? Narsis?

Sejak era Erick Thohir, PSSI sangat akrab dengan pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo. Padahal dalam statuta FIFA, pemerintah dilarang cawe-cawe pada organisasi sepak bola. PSSI adalah organisasi independen yang semestinya terbebas dari intervensi. Terakhir diintervensi pemerintah, PSSI dibekukan.

Namun, Bung Erick membantah kedekatan PSSI dan pemerintah adalah intervensi. Bukan intervensi, kata Erick, tapi kerja sama. Wajar beliau bilang begitu. Bukankah Menteri BUMN memang bekerja sama dengan presiden?

Kita tinggalkan soal intervensi. Sekarang perkara narsistik. Di era Ketum Iwan Bule, ia sering narsis di media sosial. Beberapa kali Bang Ibul memposting video ketika nonton Timnas Indonesia dengan riang gembira. Narsistik semacam ini juga menjangkiti PSSI era kini, tapi dengan varian yang berbeda.

Pernah menonton video Erick Thohir memberi semangat di ruang ganti? Sering lihat Arya Sinulingga ngomong ini-itu di media sosial? Silakan cek sendiri, itu termasuk narsistik atau bukan.

Hingga sekarang, kualitas wasit juga belum beres, terutama di Liga 2 dan Liga 3. Tapi udahlah, itu lagu lama. Mudah-mudahan setelah timnasnya bagus, Erick Thohir mulai memperhatikan sepak bola dalam negeri. Masyarakat yakin beliau mampu. Itu jika beliau memang mau memperbaiki sepak bola Indonesia, bukan cuma timnasnya.

https://youtu.be/0msVzZtV-8E

Sumber: PSSI, CNNIndonesia, DetikSport, Kumparan, PanditFootball

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!

Glory Glory Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Magnificent 7 Manchester United v.2

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp125,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000
Obral!

Cristiano Ronaldo Back Home Manchester United

Rentang harga: Rp109,000 hingga Rp120,000

Artikel Terbaru