Cerita Soal Ospek Ala Klub-klub Sepak bola

spot_img

Penyambutan yang hangat ketika masuk ke dalam sebuah komunitas, organisasi, lembaga, atau bahkan klub diimpikan setiap orang. Namun pada kenyataanya tidak juga. Ada istilah ospek yang begitu melekat pada diri siswa dan mahasiswa baru. Di Indonesia istilah ospek merupakan bagian dari masa perkenalan dan orientasi mahasiswa. Sedangkan di tingkat siswa acap kali disebut Masa Orientasi Siswa (MOS).

Namun beberapa kali ospek tidak hanya perkenalan doang. Mahasiswa atau siswa haruslah mengikuti aturan-aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut seringkali dikonotasikan sebagai tindakan perpeloncoan. Misalnya, disuruh memakai topi dari bola plastik, memakai kalung dari tali rafia, dan masih banyak lagi.

Tradisi yang seringnya muncul di dunia pendidikan tersebut nyatanya juga ada di dunia sepak bola. Kalau di dunia pendidikan hal itu untuk mengenalkan lingkungan kampus atau sekolah, nah kalau di sepak bola hampir sama. Hanya saja beberapa klub menerapkan ospek ini untuk menjalin sebuah keakraban antar pemain.

Setiap pemain yang baru masuk ke tim tertentu, ia mau tidak mau harus ditatar atau ya dipelonco dulu oleh pemain lama. Ini tidak peduli siapapun pemainnya, mau dia itu pemain termahal di dunia sekalipun. Di dunia sepak bola perpeloncoan ini seringkali disebut sebagai upacara inisiasi atau penyambutan. Ada banyak sekali jenisnya, apa saja?

Bernyanyi

Upacara penyambutan yang seringkali harus dilalui oleh pemain baru adalah bernyanyi. Yes, setiap pemain baru diminta untuk bernyanyi di hadapan para rekan-rekannya. Banyak sudah pemain yang pernah merasakannya. Contohnya, Andre Ayew ketika ia mendarat di Swansea City. Ayew harus menyanyikan sebuah lagu Prancis dengan pisau makan dijadikan mikrofonnya.

Felipe Luis yang datang ke Atletico Madrid pun pernah dihukum bernyanyi di hadapan rekan-rekannya. Meski tidak begitu percaya diri, Felipe Luis tetap semangat menyanyikan lagu Ai Se Eu Te Pego yang pernah tenar itu. Seorang pemain muda yang memperkuat Timnas Jepang di Olimpiade Tokyo, Takefusa Kubo juga pernah menahan malu karena bernyanyi di hadapan rekannya.

Entah apa yang ada di pikiran para pemain Villareal. Boleh jadi karena melihat Kubo adalah orang Jepang, maka Kubo pun disuruh menyanyikan soundtrack kartun Doraemon yang fenomenal itu. Benar saja, seluruh rekan-rekannya pun tertawa melihat Kubo bernyanyi.

Pemain mahal, peraih Ballon d’Or lima kali, dan pencetak gol terbanyak di level timnas, Cristiano Ronaldo juga pernah dipelonco. CR7 dipaksa rekan-rekannya untuk bernyanyi di hadapan mereka sebagai tradisi saat pemain baru di Juventus. Ronaldo pun menyanyikan lagu “A Minha Casinha” dari grup band masyhur Portugal, Xutos and Pontapes. Ronaldo bernyanyi di atas kursi.

Menari

Selain menyanyi, menari juga kesenian di atas panggung. Nah, hal itu juga dibawa ke ranah sepak bola. Eits, tapi bukan selebrasi ya. Kalau selebrasi itu mah sudah biasa. Bagaimana jika menari jadi syarat yang harus dilalui pemain baru ketika masuk ke sebuah klub?

Itulah yang pernah dilakukan para pemain sepak bola. Cesc Fabregas dan Diego Costa, saat keduanya menjadi pemain baru Chelsea pernah dipelonco dengan disuruh menari oleh teman-temannya. Kontan saja, Fabregas dan Costa mengiyakan hal itu. Tanpa malu mereka berdua menari tarian Macarena. Coba bayangkan, Fabregas menari Macarena, lucu bukan?

Dicuekin

Bagaimana jika kita masuk ke sebuah lingkungan baru, tapi tidak ada satu orang pun yang menyapa kita? Tentu rasanya pasti akan aneh. Bisa-bisa kita bakal terkena gangguan jiwa. Nah hal itu juga terjadi di dunia sepak bola. Ketika seorang pemain baru masuk, teman-temannya akan mendiamkannya alias dicuekin.

Salah satu pemain yang bernasib konyol itu adalah Gerd Muller, mantan pemain Bayern Munich yang belum lama ini meninggal dunia. Ketika Muller baru datang ke Bayern Munich, ia dicuekin para pemain. Bahkan saking kesalnya, Der Bomber melontarkan kata-kata,  “Sepertinya saya tidak terlihat.”

Saat Der Bomber mencetak gol di seminggu kariernya bersama Bayern, rekan-rekannya masih diam saja dan hanya menyalami Gerd Muller. Baru ketika satu minggu setelahnya, Gerd Muller disambut dengan sorakan meriah di ruang ganti. Dan beberapa pemain mengucapkan selamat kepadanya karena sudah bertahan selama dua minggu. Ada-ada saja ya.

Jas Dibakar

Wimbledon FC terkenal sebagai klub sepak bola yang para pemainnya suka usil. Pemain baru yang datang sudah pasti harus siap dikerjain oleh para pemain lainnya. Salah satunya John Hartson. Hartson yang baru saja datang ke Wimbledon FC dari West Ham United sekitaran tahun 1999 harus rela dipelonco oleh teman-temannya.

Vinnie Jones dan kawan-kawannya di Wimbledon membakar jas milik John Hartson. Konon jas tersebut harganya ribuan dollar. Setelah dibakar jas tersebut dibuang ke genangan air dan dibiarkan hilang begitu saja.

Membersihkan Toilet

Membersihkan toilet acap kali menjadi pilihan hukuman bagi sesiapa yang melanggar aturan. Entah itu di sekolah, kampus, atau bahkan instansi pemerintahan. Namun di sepak bola, hal itu justru dijadikan upacara penyambutan untuk pemain yang baru datang.

Mel Sterland pernah merasakan hal itu. Saat dirinya baru bergabung dengan Sheffield Wednesday sekira tahun 1980an, Mel sudah merasakan kalau dirinya bakal disuruh membersihkan toilet Hillsborough Stadium, markasnya Sheffield.

“Saya akan mendapatkan sikat toilet yang sangat keras, mendorongnya ke dalam omong kosong mereka, dan memutarnya,” kenang Mel Sterland dalam otobiografinya. Yang dimaksud adalah membersihkan toilet. Sungguh kenangan yang tidak mungkin terlupakan oleh dirinya sendiri.

Menghina Presiden

Bagaimana jika seorang pemain yang baru masuk diminta untuk menghina presiden di hadapan seluruh timnya? Wah pasti bulu kuduk sudah merinding sendiri. Kalau di Indonesia kelakuan semacam itu bisa membuat kamu masuk penjara dan terjerat UU ITE. Tapi menghina presiden justru menjadi semacam syarat untuk bermain di klub-klub di Uganda, termasuk tim nasionalnya.

Seorang mantan striker Uganda pada 1980-an disuruh berteriak “Turunkan Amin” di hadapan seluruh tim. Fyi, Idi Amin adalah Presiden Uganda kala itu. Dia memerintah dari tahun 1970-an dan termasuk presiden paling bengis sepanjang sejarah. Sekitar 500 ribu orang sudah ia bunuh.

Jadi wajar saja kalau perpeloncoan menghina Presiden Uganda adalah momok yang menakutkan bagi para pemain baru. Konon lantaran ujian kebodohan ini, banyak pemain baru yang ogah bermain di The Cranes, salah satu klub sepak bola di Uganda.

Perpeloncoan memang menyakitkan. Bahkan bisa menyebabkan gangguan mental yang serius. Namun di ranah sepak bola, beberapa klub masih melanggengkan tradisi tersebut. Konon pemain yang menolak melakukannya di klub-klub yang melanggengkan tradisi upacara penyambutan semacam itu, kariernya bakal memburuk. Hmmm… apa iya ya? Kira-kira bagaimana menurutmu football lovers?

Sumber referensi: FourFourTwo.com, ESPN.com, Panditfootball.com, detik.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru