Carlos Tevez: Keluar Dari Lubang Kesengsaraan Berkat Sepakbola

spot_img

“Tanpa sepakbola, mungkin hidupku akan berakhir di penjara, memakai narkoba, atau menjadi menjadi penjahat seperti kebanyakan anak yang juga hidup dimana aku tinggal,”

“Secara keseluruhan, masa kecilku sangatlah keras. Aku hidup di sebuah tempat di mana narkoba dan pembunuhan menjadi bagian kehidupan sehari-hari.”

Tevez kecil tumbuh di Buenos Aires, tepatnya di kawasan bernama Barrio Ejericto de Los Andes, yang kini lebih dikenal dengan Fuerte Apache. Kawasan tersebut merupakan daerah yang penuh dengan geng berbahaya.

“Memiliki pengalaman dengan hal-hal sulit, bahkan saat masih anak-anak, akan membuat mu tumbuh besar dengan cepat.”

“Aku tak pernah membenarkan narkoba atau pembunuhan, dan aku beruntung bisa membuat keputusan untuk menjauhinya.”

Kehidupan kelam Tevez dimulai saat ia masih berusia lima tahun. Dirinya saat itu menyaksikan pembunuhan terhadap ayahnya sendiri yang dilakukan oleh sekumpulan geng.

Keadaan semakin diperparah dengan kondisi sang ibu yang tidak bisa menerima kematian ayahnya. Ibunya depresi dan memutuskan untuk memakai narkoba hingga tak mampu mengurus anak laki-laki nya itu.

“Aku merasa takut. Aku takut diculik. Saat itu, aku tidak diizinkan untuk keluar rumah sendirian.”

Hingga pada usia 6 tahun, kisah pilu Tevez berlanjut. Dirinya tersiram air panas tepat dibagian bawah wajahnya. Hingga kini, bekas itupun masih bisa terlihat.

Beberapa bulan kemudian, Tevez kembali mendapat cedera serius. Saat bermain ayunan bersama saudara perempuannya. Rahang pria Argentina itu terbentur oleh ayunan tersebut, hingga membuat wajahnya penuh dengan bekas luka.

Namun beberapa insiden mengerikan masa kecilnya itu berhasil membawa Tevez menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting.

“Bekas luka pada wajahku, aku jadikan sebagai kenangan masa kecil.”

Perjalanan karir Tevez sering menemui jalan terjal. Kehidupannya kerap dihantui oleh kejadian yang benar-benar tak ingin ia lewati. Hingga pada akhirnya, sepakbola membawanya menuju kehidupan yang lebih baik.

Setelah bermain gemilang bersama klub pertamanya, Tevez langsung menarik minat pemandu bakat Boca Juniors. Dia bergabung dengan Boca pada usia 14 tahun.

Tevez beruntung. Dia bukanlah satu-satunya bocah Fuerte Apache yang memiliki bakat sepakbola. Sahabat Tevez, Dario Coronel, juga memiliki potensi besar. Keduanya sempat berduet di tim junior Santa Clara.

Namun sayang, nasib Coronel berbanding terbalik dengan sahabatnya. Lantaran pengaruh sekitar, Coronel menjadi perampok dan pengedar narkoba. Ironisnya lagi, dia bunuh diri pada usia 17 tahun.

“Dia memiliki segalanya yang dibutuhkan untuk sukses. Tetapi, dia memilih jalur lain, kriminalitas dan obat-obatan. Hingga akhirnya, dia tak bersamaku lagi.”

Hari demi hari, penampilan Tevez terus mengesankan sang pelatih. Bakatnya terus berkembang dan kemampuan nya tercium hingga ke Eropa.

Tevez bergabung dengan West Ham sebelum akhirnya menjadi pemain bintang bersama Manchester United. Meski sempat bergabung dengan tim rival, Manchester City, perjalanan Tevez di Negri Ratu Elizabeth membawa nya terbang ke Italia.

Tevez bermain untuk Juventus dan menjadi idola pendukung klub Si Nyonya Tua. Meski sempat terlena dengan uang dan bergabung dengan klub China, hati Tevez tetaplah di Argentina.

Setelah menganggap bahwa bermain di Liga China hanya liburan belaka, Tevez kembali ke pelukan Boca Juniors.

Carlos Tevez menjadi salah satu pemain Argentina paling sukses yang meniti karir di persepakbolaan Eropa.

Gelar bergengsi yang berhasil ia persembahkan kepada tim yang pernah dibelanya membuat dirinya menjelma menjadi salah satu talenta terbesar dunia sepakbola.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru