Musim 2021/2022 menjadi musim yang berat bagi salah satu kontestan Premier League, Burnley. Musim ini juga bisa dibilang sebagai musim terburuk bagi Burnley sejak mereka kembali promosi ke kasta tertinggi pada musim 2016/2017. Tak tanggung-tanggung, klub berjuluk The Clarets itu sempat beberapa pekan menghuni posisi juru kunci.
Burnley sejatinya memulai musim 2021/2022 dengan modal yang terbilang cukup. Bahkan jika dibanding dengan musim lalu, persiapan Burnley jauh lebih baik. Hal itu bisa dilihat dari jumlah belanja The Clarets di bursa transfer pemain yang jauh lebih banyak.
Start Buruk Burnley di Premier League Musim Ini
Musim lalu, Burnley hanya mengeluarkan 1,10 juta euro untuk belanja pemain baru. Hasilnya fatal! Dengan skuad yang pas-pasan, mereka sangat kesulitan untuk bersaing di ketatnya kompetisi Premier League. Di musim 2020/2021, The Clarets hanya sanggup mengakhiri liga di posisi 17 setelah hanya mampu meraih 10 kemenangan dan 9 kali imbang dalam 38 pertandingan.
The 2020-21 Premier League table.
Rate your club’s season 1-10 👇 pic.twitter.com/CCWdBOflNU
— Matchday365 (@Matchday365) May 23, 2021
Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, di bursa transfer musim panas kemarin, The Clarets merogoh koceknya hingga nyaris 32 juta euro untuk mendatangkan beberapa pemain anyar. Adapun beberapa pemain anyar yang didatangkan Burnley di awal musim ini antara lain, Maxwel Cornet, Nathan Collins, Connor Roberts, Wayne Hennessey, dan Aaron Lennon.
Dengan modal deretan pemain baru tersebut, tentu ada perbaikan performa dan hasil yang patut diharapkan. Sayangnya, meski telah mencoba memperkuat skuadnya dengan deretan pemain baru, hasil yang diraih Burnley di musim ini justru lebih parah.
Tak tanggung-tanggung, The Clarets gagal meraih kemenangan di 9 laga pertama Premier League musim ini. Dalam 9 pertandingan tersebut, anak asuh Sean Dyche hanya sanggup mengumpulkan 4 poin hasil dari 4 kali imbang. Tak ayal, hasil tersebut langsung menempatkan mereka di zona degradasi, tepatnya di peringkat 18.
Burnley baru berhasil merasakan kemenangan pertamanya di Liga Premier musim ini di pekan ke-10. Menjamu tim promosi Brentford, James Tarkowski dan kolega berhasil memetik kemenangan dengan skor 3-1.
Akan tetapi, para pendukung Burnley tak bisa berlama-lama bernapas lega. Setelah kemenangan tersebut, penyakit The Clarets yang begitu kesulitan meraih poin penuh kembali kambuh. Pasukan Sean Dyche memang jarang kalah, tetapi mereka terlalu banyak memetik hasil imbang.
Belum juga bangkit dari keterpurukannya, masalah lain sudah datang menggerogoti skuad Burnley. Di awal bursa transfer musim dingin 2022, striker andalan mereka, Chris Wood memilih hengkang ke klub rival Newcastle United yang menawari dirinya gaji yang lebih banyak.
Kepergian Chris Wood adalah sebuah kehilangan besar. Bagaimana tidak, striker Selandia Baru betinggi badan 191 cm itu adalah top skor Burnley selama 3 musim terakhir. Bisa dibilang, Wood adalah nyawa dari lini serang The Clarets.
Alhasil, tanpa pemain andalannya tersebut, Burnley semakin sulit meraih kemenangan. Puncaknya, pada akhir bulan Januari, hasil imbang melawan Arsenal mengantar Burnley terjun bebas ke posisi juru kunci Premier League.
Menjadi penghuni dasar klasemen adalah sebuah konsekuensi yang memang harus diterima Burnley. Sebab bagaimana tidak, mereka hanya sanggup memetik satu kemenangan dan baru mengumpulkan 12 poin dalam 18 pertandingan. Sebuah hasil yang sangat memprihatinkan, bukan?
Usaha Burnley Lepas dari Zona Degradasi
Langkah perbaikan kemudian ditempuh manajemen Burnley. Tak tanggung-tanggung, di akhir bursa transfer Januari kemarin, The Clarets sukses membuat kejutan. Sebagai ganti Chris Wood, mereka berhasil menggaet striker timnas Belanda, Wout Weghorst.
Kabarnya, demi memboyong Weghorst dari Wolfsburg, dana tak kurang dari 14 juta euro dikeluarkan manajemen Burnley. Tak ayal, kedatangan striker bertinggi badan 197 cm itu ke Turf Moor membuat pendukung The Clarets kembali optimis menatap musim ini.
Selain tinggi, gaya main Weghorst juga dinilai cocok dengan taktik yang diterapkan Sean Dyche. Striker timnas Belanda berusia 29 tahun itu bisa dibilang sebagai salah satu target man terbaik saat ini. Bahkan jika dibandingkan dengan Chris Wood, kualitas Wout Weghorst jauh lebih baik.
🇳🇱 Wout Weghorst is set to sign for Burnley from VfL Wolfsburg.
Wout at Wolfsburg:
2021/22 – 7 Goals & 1 Assist (current)
2020/21 – 23 Goals & 8 Assists
2019/20 – 20 Goals & 5 Assists
2018/19 – 18 Goals & 7 Assists
Burnley are signing the best target man in Europe. 👏 pic.twitter.com/p34yeZrRxI
— Mozo Football (@MozoFootball) January 30, 2022
Dalam 2 musim terakhirnya di Wolfsburg, Wout Weghorst selalu berhasil mencetak lebih dari 20 gol dalam semusim. Sebelum bergabung dengan Burnley, ia juga sudah mencetak 8 gol bersama Wolfsburg di semua kompetisi. Total, Weghorst telah mencetak 70 gol dan 22 asis dalam 144 penampilannya selama berseragam Wolfsburg.
Dengan catatan mentereng itu, maka wajar bila Burnley yang kini tengah dalam ancaman degradasi dianggap sangat beruntung mendapat jasa Wout Weghorst dengan harga hanya 14 juta euro. Ada keuntungan sekitar 16 juta euro didapat Burnley karena sebelumnya mereka melepas Chris Wood ke Newcastle United dengan harga 30 juta euro.
Benar saja, striker timnas Belanda itu langsung memberi pengaruh positif terhadap performa Burnley. Weghorst mencetak 1 asis saat Burnley sukses menahan imbang Manchester United di pekan ke-24. Lalu, ia berhasil menyumbang satu gol dalam kemenangan 3-0 Burnley atas Brighton & Hove Albion di pekan ke-26.
FULL-TIME Brighton 0-3 Burnley
An excellent Burnley performance lifts them off the bottom of the table#BHABUR pic.twitter.com/APBKk3jZCj
— Premier League (@premierleague) February 19, 2022
Kemenangan atas Brighton tersebut juga jadi kemenangan kedua Burnley di Premier League musim ini. Terbaru, The Clarets berhasil mencatat kemenangan ketiganya setelah diluar dugaan berhasil menundukkan Tottenham Hotspur.
Tambahan 6 poin di 2 pertandingan tersebut berhasil mengangkat posisi Burnley dari dasar klasemen. Kini, pasukan Sean Dyche menempati peringkat 18 dengan koleksi 20 poin, hasil dari 3 kali menang dan 11 kali imbang dalam 23 pertandingan. The Clarets masih sangat berpeluang untuk sesegera mungkin keluar dari zona degradasi karena masih punya tabungan 3 laga tunda yang belum dimainkan.
🤩 Three points on home soil! 🙌#BURTOT | #UTC pic.twitter.com/ZnUjj1x66K
— Burnley FC (@BurnleyOfficial) February 23, 2022
Analisis Peluang Burnley Bertahan di Premier League
Selain karena masih punya laga tunda, kesempatan Burnley untuk bertahan di Premier League terbilang lebih besar ketimbang tim lain di zona degradasi. Penyebabnya, Burnley sejatinya bukanlah tim yang paling memprihatinkan di Premier League musim ini.
Statistik mereka musim ini jadi buktinya. Meski sempat menghuni posisi juru kunci selama 4 pekan dan dekat dengan jurang degradasi, Burnley bukanlah tim dengan pertahanan terburuk. Yang ada, pertahanan mereka justru termasuk sulit ditembus.
Sejauh ini, gawang Burnley baru bobol 29 kali dalam 23 pertandingan. Catatan tersebut bahkan lebih baik dari Manchester United dan West Ham United yang tengah berebut posisi di zona Liga Champions.
Performa Nick Pope di bawah mistar gawang juga patut diapresiasi. Kiper asal Inggris itu tercatat sudah membuat 66 saves atau 3,1 saves per laga. Ia juga telah 7 kali mencatat clean sheets. Statistik tersebut bahkan jauh lebih baik dari kiper timnas Inggris, Jordan Pickford.
Selain itu, meski pasukan Sean Dyche sulit memetik poin penuh, bukan berarti mereka jadi tim yang mudah dikalahkan. Faktanya, dalam 23 pertandingan yang sudah dijalani, Burnley baru menelan kekalahan sebanyak 9 kali. Catatan tersebut jauh mengungguli 2 tim lain di zona degradasi, yakni Watford dan Norwich City.
Masalah Burnley musim ini sebenarnya ada dua. Pertama, mereka bukannya sulit meraih kemenangan, tetapi The Clarets terlalu banyak meraih hasil imbang. Setengah dari laga yang sudah Burnley jalani selalu berakhir dengan 1 poin. Hasil inilah yang membuat poin yang mereka kumpulkan tidak maksimal.
Kedua, masalah Burnley adalah lini depan mereka yang masih minim menghasilkan gol. Sejauh ini, anak asuh Sean Dyche baru menghasilkan 21 gol dalam 23 pertandingan. Catatan tersebut bahkan jadi yang terburuk kedua setelah Norwich City. Top skor sementara Burnley saat ini hanyalah Maxwel Cornet yang baru mencetak 6 gol.
Sean Dyche deserves much more credit and respect than he gets. He is mad underrated for the job he has done over the years. An appreciation post for his work. Top coach, top manager. pic.twitter.com/PdjiLy7Bqa
— PD (@1_2spaces) February 23, 2022
Burnley sejatinya punya modal bagus untuk bertahan di Premier League. Sebab formasi klasik 4-4-2 yang diterapkan Sean Dyche sudah cukup ampuh dalam meredam serangan lawan. Namun, skema tersebut belum efektif saat menyerang.
Dilihat dari statistik dan performa yang ditampilkan, Burnley punya kesempatan besar untuk bertahan di Premier League. Jika Burnley mampu mencetak lebih banyak gol, secara teori mereka mampu lebih banyak memetik kemenangan, apalagi jika mereka berhasil memaksimalkan kehadiran Wout Weghorst di lini depan. Jika sudah demikian, lepas dari jeratan degradasi hanya tinggal menunggu waktu saja.
“Perjalanan masih panjang, hanya satu kemenangan dan tiga poin, dan kami benar-benar membutuhkan lebih dari itu. Tetapi ini adalah langkah yang bagus, dan kami harus melanjutkannya. Saya ingin membantu tim dan klub, saya ingin membayar mereka kembali dan ini semua tentang gol sebagai striker,” kata Wout Weghorst dikutip dari FourFourTwo.
https://youtu.be/ZlDOmbzavks
***
Sumber Referensi: Transfermarkt, FBref, SkySports, Express, BBC, Fourfourtwo.