Bobroknya Wasit Premier League

spot_img

Kalau ada pemeringkatan wasit paling konyol seantero galaksi, wasit Premier League menduduki peringkat kedua setelah wasit Liga Indonesia. Bagaimana mungkin wasit Premier League mengesahkan gol Anthony Gordon, sedangkan gol Rasmus Hojlund dianulir, padahal VAR menunjukkan bolanya sama-sama sudah keluar garis?

Banyak klub yang sudah dirugikan karena keputusan wasit Premier League. Lantas, seberapa bobrok wasit Premier League? Apa mungkin para wasit Liga Inggris itu belajar dari wasit-wasit di liga terbaik di dunia?

Kemarahan Pochettino pada Anthony Taylor

Pekan lalu, manajer Chelsea, Mauricio Pochettino melepaskan amarahnya kepada wasit yang memimpin pertandingan antara Chelsea vs Manchester City. Kebetulan wasit yang dimaksud adalah Anthony Taylor. Poche marah karena Taylor memberikan penalti pada Manchester City di golnya yang pertama.

Mantan pelatih Southampton itu juga marah karena Taylor meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Padahal saat itu Chelsea berkesempatan melakukan serangan ke pertahanan City dan menciptakan hasil yang berbeda melalui Raheem Sterling. Sayangnya, Sterling lebih dulu mendapat kontak dengan Kovacic.

Sang wasit meniup peluit. Tapi bukan peluit tanda adanya pelanggaran terhadap Sterling oleh Kovacic, tapi berakhirnya pertandingan. Poche pun marah. Ia mendapat kartu kuning dan bahkan melewatkan berjabat tangan dengan Josep Guardiola.

Meskipun pada akhirnya Poche meminta maaf pada sang wasit dan kepada Josep Guardiola, tapi ini sudah cukup untuk memperlihatkan betapa buruknya wasit Premier League.

Anthony Taylor Turun Kasta

Anthony Taylor yang memimpin laga itu adalah wasit yang bermasalah. Pada 3 November 2023 lalu, Taylor diturunkan ke EFL Championship. Perkaranya wasit kelahiran Manchester itu memberikan penalti kontroversial untuk Newcastle United saat menghadapi Wolverhampton Wanderers pada 28 Oktober 2023 lalu.

Keputusan kontroversial itu terjadi di penghujung babak pertama. Saat kedudukan masih 1-1, Taylor menunjuk titik putih. Penalti diberikan ke Newcastle karena Hwang Hee-Chan dianggap menjatuhkan Fabian Schar di kotak terlarang. Keputusan itu sempat dicek ulang lewat VAR cukup lama.

Tapi tidak ada yang berubah dari keputusan Taylor. Penalti tetap diberikan ke Newcastle. Callum Wilson yang jadi algojo berhasil menunaikan tugasnya. Meski akhirnya Korean Boy mencetak gol penyama kedudukan, tapi ia tetap tidak terima dengan keputusan Taylor.

Tidak hanya Korean Boy, pelatih Wolves, Gary O’Neil menilai penalti yang diberikan kepada Newcastle adalah sebuah skandal. Bahkan dari pihak Newcastle pun merasa itu bukanlah penalti. Eddie Howe, pelatih The Magpies mengakuinya. Legenda Newcastle, Alan Shearer juga menganggap itu tidak penalti.

Walaupun tanpa permohonan maaf, tapi Professional Game Match Officials Limited atau PGMOL telah mendegrasi Anthony Taylor ke EFL Championship. Ia tidak diizinkan memimpin laga Premier League untuk pekan berikutnya dan akan memimpin laga Preston vs Coventry di kasta kedua.

Kembali ke EPL dan Pimpin Laga Besar?

Di EFL Championship, Anthony Taylor ternyata tidak taubat mengeluarkan keputusan kontroversial. Saat memimpin laga Coventry menghadapi Preston North End pada 4 November 2023, keputusannya memberikan penalti untuk Preston kembali memicu kemarahan penggemar.

Pemain Preston, Milutin Osmajic berlari menuju gawang Coventry. Pada saat itu ia berhadapan dengan bek Coventry, Kyle McFadzean yang mencoba untuk menjatuhkan Milutin. Tapi hanya ada sedikit kontak di sana. Kyle sempat menyentuh Milutin sebelum pemain Preston itu melepas tembakan.

Kontak itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Tapi Taylor menganggap itu pelanggaran dan memberikan penalti pada Preston. Lucunya, beberapa hari setelah memimpin laga itu, Anthony Taylor kembali ke Liga Primer Inggris. Wasit problematik ini memimpin partai besar antara Manchester City vs Chelsea.

Coba bayangkan, wasit yang diturunkan ke kasta kedua karena kontroversi, dan kembali mengeluarkan keputusan bermasalah saat memimpin laga di kasta kedua, tapi malah justru diperbolehkan memimpin laga Big Match di Liga Primer Inggris. Hasilnya kamu bisa melihat sendiri betapa konyolnya Taylor memimpin laga City vs Chelsea kemarin.

VAR Tidak Berguna Bagi Wasit Premier League

Itu baru kasus Anthony Taylor yang problematik. Teknologi VAR sepertinya juga tidak berguna bagi wasit Premier League. VAR yang seharusnya bisa memudahkan wasit, di hadapan wasit Premier League justru sebaliknya. Kehadiran VAR sebelumnya sempat ditentang.

Sebab, dengan hadirnya VAR, pertandingan sepak bola jadi berkurang unsur dramatikalnya. Sebelum VAR, keputusan bisa diselesaikan oleh wasit yang bekerja di atas lapangan. Walaupun keputusan itu tidak logis, mengerikan, dan terasa tidak kompeten.

Era sebelum VAR pun, wasit Premier League memang banyak yang tidak kompeten. Beberapa wasit Premier League bahkan mengakui sendiri bahwa ia kadang tidak memahami keputusannya. Nah, setelah diperkenalkannya VAR malah makin membuat keputusan wasit seperti tidak konsisten dan tidak akuntabel.

Sebab bukan hanya wasit di atas lapangan yang menyelesaikan tugasnya. Ada pula wasit di balik layar yang mengoperasikan VAR. Masalahnya, wasit Premier League yang dipertanyakan kompetensinya itu acap kali punya keputusan yang berbeda dari wasit yang mengoperasikan VAR. Karena meski ada VAR, keputusan tetap berada di tangan wasit yang memimpin pertandingan.

Kasus Luis Diaz

Masalah semacam itu pernah mencuat saat Liverpool bertemu Tottenham Hotspur pada 30 September 2023 lalu. Di laga itu, Liverpool dipaksa takluk atas The Lilywhites dengan skor 2-1. Selain harus bermain sembilan pemain karena Curtis Jones dan Diogo Jota dikartu merah, The Reds dirugikan oleh keputusan wasit lainnya.

Di laga tersebut, The Reds sebetulnya mendapat kesempatan unggul lebih dulu. Sayangnya gol Luis Diaz dianulir oleh wasit Simon Hooper yang memimpin laga tersebut. Diaz dianggap sudah berada dalam situasi offside. Setelah melalui pengecekan VAR tanpa adanya tayangan analisis garis, keputusan wasit tidak berubah.

Padahal Luis Diaz berada di posisi onside. Hal itu diketahui setelah PGMOL merilis video percakapan di ruang VAR beberapa hari setelahnya. PGMOL pun meminta maaf atas miskomunikasi yang terjadi. Selain itu, PGMOL juga menskors Darren England dan Dan Cook yang bertugas di ruang VAR. Yah, kesalahan memang diakui, tapi itu tidak mengubah hasil laga.

Arsenal dan Manchester United

Arsenal dan Manchester United juga pernah dirugikan atas keputusan wasit. Saat laga menghadapi Brighton and Hove Albion, Rasmus Hojlund, striker MU sebetulnya telah mencetak gol perdananya di Liga Inggris. Namun, gol tersebut dianulir karena bola sudah keluar lapangan sebelum Marcus Rashford memberi umpan ke Hojlund.

Lucunya keputusan berbeda terjadi saat Arsenal kalah dari Newcastle United. Gol semata wayang The Magpies dicetak oleh Anthony Gordon. Namun, banyak yang menilai gol itu sejatinya tidak sah.

Sebelum benar-benar mengesahkan gol itu, wasit sempat mengecek VAR terlebih dahulu. Karena potensi pelanggaran yang dilakukan oleh Joelinton kepada Gabriel Magalhaes, bola yang sudah keluar dari garis, dan Anthony Gordon yang sudah dalam posisi offside.

Tapi wasit tetap mengesahkan gol Newcastle. Padahal di foto-foto yang tersebar di media sosial, menunjukkan bahwa bola benar-benar sudah out. Karena keputusan ngaco ini pula, Mikel Arteta merasa PGMOL harus segera meningkatkan standar mutu para wasit Premier League. Manajer Arsenal itu merasa malu dan muak dengan wasit Premier League

Roberto De Zerbi Marah

Brighton and Hove Albion juga pernah menjadi korban wasit Premier League. Saat sudah memimpin 1-0 menghadapi Sheffield United, The Seagulls harus kehilangan Mahmoud Dahoud lantaran kena kartu merah langsung akibat dianggap menginjak kaki Ben Osborn. Padahal situasinya dalam perebutan bola.

Setelah unggul jumlah pemain, Sheffield pun bisa menyamakan kedudukan. Manajer Brighton, Roberto De Zerbi marah ke wasit John Brooks yang memimpin laga tersebut dengan berteriak dari pinggir lapangan.  Tapi ia justru mendapat kartu kuning.

Dalam konferensi pers, eks pelatih Sassuolo itu mengakui betapa buruknya kinerja wasit Premier League. Dilansir Reuters, De Zerbi bahkan terus terang tidak menyukai 80% wasit Inggris. “Saya tidak suka mereka. Perilakunya, saya tidak suka perilaku mereka di lapangan,” kata De Zerbi.

Melihat apa yang sudah terjadi, wasit Premier League harus segera dievaluasi. PGMOL harus bertindak tegas. Kalau masih saja seperti itu, barangkali wasit Premier League perlu dikirim ke Indonesia. Biar mereka merasakan bangsal rumah sakit karena mengkartu merah seorang pemain.

Sumber: TheMAG, Hurryetdailynews, Mirror, CNN, SkySports, Reuters, Detik, TheGuardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru