Sepakbola tak ubahnya menjadi olahraga yang tidak hanya sekadar mengejar tujuan mencetak gol. Ada banyak kumpulan kanvas untuk dihias. Tentang bagaimana caranya, setiap seniman punya beragam siasat untuk ciptakan karya.
Sebagai contoh, ada pemain yang gemar mencetak gol dengan menggunakan gaya akrobatik, ada pula yang hobi menjebol gawang lawan dengan memanfaatkan tendangan keras. Lalu yang tak kalah populer adalah seni menciptakan gol dengan memanfaatkan situasi tendangan bebas.
Cara ini mungkin menjadi yang paling menarik untuk diikuti. Para pemain akan dengan teliti melihat titik, dimana bola bisa dilesatkan hingga berujung pada sebuah selebrasi.
Dalam sejarahnya, ada sejumlah pemain yang terkenal dengan cara mencetak gol semacam ini. Yang paling banyak diikuti mungkin sang pria tampan asal Britannia bernama David Beckham. Atau setidaknya, lelaki elegan dengan rambut panjang, Andrea Pirlo. Akan tetapi, nama yang akan menjadi bumbu carita kali ini bukanlah keduanya, melainkan seorang jenius asal negeri samba, Juninho Pernambucano.
Kita semua tahu Juninho Pernambucano. Kita semua paham bagaimana sang maestro ciptakan gol melalui situasi bola mati. Dia akan dengan akurat melesatkan bola, bahkan dari jarak yang tidak dekat, untuk bisa langsung masuk ke dalam gawang.
Layaknya gravitasi dan hujan dibulan Januari, sebuah gol yang diciptakan melalui tendangan bebas oleh Juninho sudah wajar terjadi. Dia dan situasi bola mati sudah seperti pasangan abadi. Lekat, erat, dan selalu timbulkan cerita yang akan selalu diingat.
Lahir di Recife, Juninho memulai karir profesionalnya di Sport Recife. Bermain untuk klub tersebut, tidak butuh waktu lama bagi Juninho untuk tunjukkan bakat. Dia cepat beradaptasi dan langsung sumbangkan dua trofi bergengsi bagi Sport Recife.
Melihat bakatnya yang amat mengagumkan, Vasco da Gama tertarik untuk membawanya ke Estadio Sao Januario. Juninho bergabung dengan Vasco da Gama pada tahun 1995. Ia berhasil memenangkan beberapa trofi selama tampil bersama klub, termasuk Campeonato Brasileiro Série A pada tahun 1997 dan 2000, Copa Libertadores pada tahun 1998, dan juga Copa Mercosur pada tahun 2000.
Prestasinya tidak sampai disitu saja. Karena memang punya potensi dengan sejumlah permainan atraktif, Juninho juga mendapat penghargaan Bola de Ouro sebagai gelandang terbaik asal Brasil.
Di Vasco da Gama, Juninho tidak berjalan sendirian. Ketika itu, ada nama Romario hingga Edmundo yang juga menjadi idola para penggemar. Namun begitu, pesona Juninho menjadi yang paling banyak diingat. Ia bahkan sampai dijuluki sebagai Raja Januario, berkat wibawa dan ketenangannya diatas lapangan.
Merasa berhasil kala tampil bersama Vasco da Gama membuat Juninho ingin lanjutkan petualangan. Tepat pada tahun 2001, pria 178 sentimeter memutuskan untuk bergabung dengan Olympique Lyonnais.
Kepergian Juninho tentu membuat para fans sedih. Namun apa mau dikata. Pergerakan seorang pemain menuju panggung Eropa memang sudah menjadi agenda tahunan. Para bintang yang bermain di sana banyak yang merantau ke benua biru, untuk bisa meningkatkan kualitas serta menambah popularitas.
Satu hal yang pasti, para penggemar tidak akan pernah melupakan satu gol tendangan bebasnya ke gawang River Plate.
Juninho datang ke Prancis dengan bekal 295 pertandingan bersama Vasco da Gama. Dia datang dengan kharisma yang begitu luar biasa. Perlu diketahui bahwa sebelum Juninho datang ke Lyon, raksasa asal Prancis tersebut selalu kesulitan memenangkan gelar juara.
Sejak kedatangan sang maestro tendangan bebas, Lyon langsung menjelma menjadi raja Ligue One. Mereka yang terdapat nama Juninho didalamnya berhasil menyabet tujuh gelar liga sebanyak tujuh kali beruntun! Hal itu tentu menjadi sebuah raihan menakjubkan, mengingat tidak banyak klub yang bisa melakukannya.
Ketika itu, Lyon begitu berjaya dengan nama-nama seperti Gregory Coupet dan Sidney Govou, termasuk Juninho yang menjadi ikon klub. Juninho, sekali lagi, dikenal sebagai salah satu spesialis tendangan bebas paling terkemuka. Dirinya mungkin layak dianggap sebagai yang terbaik dalam hal ini.
Selain karena skil tendangan bebasnya, kemampuannya dalam memimpin rekan-rekan diatas lapangan juga membuat manajer Gerard Houllier tidak ragu untuk menunjuknya sebagai kapten.
Juninho tak ubahnya menjadi sosok paling ditakuti dalam situasi bola mati. Metode yang seringkali dia gunakan untuk memanfaatkan tendangan bebas adalah “knuckle balling”, di mana bola hampir tidak memiliki gerakan berputar selama berada di udara.
Seperti diketahui, bola yang diciptakan dari teknik tendangan tersebut kerap membuat kiper kewalahan bahkan tertipu oleh arah bola. Salah satu korban dari kekejaman free kick Juninho adalah seorang kiper legendaris bernama Oliver Kahn,
Ketika itu, salah satu kemenangan bersejarah Lyon atas Bayern tercipta pada 5 November 2003. Bermain di Allianz Arena, armada Paul Le Guen memecundangi pasukan Ottmar Hitzfeld dengan skor 1-2. Gol Lyon dicetak oleh Juninho Pernambucano dan Giovane Elber, sedangkan Roy Makaay-lah yang mencetak gol hiburan Bayern. Namun, gol yang paling spektakuler di laga itu adalah gol free kick jarak jauh Juninho.
Gol tersebut benar-benar menunjukkan siapa Juninho. Dengan kekuatan serta akurasi tendangan spektakuler, dia mampu membuat Oliver Kahn tak berdaya. Kiper asal Jerman itu bahkan sampai harus menabrak tiang karena tak menduga kalau bola bisa dengan mudah masuk ke dalam gawang.
Juninho memang memiliki reputasi luar biasa dalam sejarah sepak bola. Tidak ada yang mampu menyingkirkannya dalam hal tendangan bebas. Pemain asal Brasil itu berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan sebangsanya seperti Ronaldo, Rivaldo, Kaka, dan Ronaldinho dalam olah bola. Namun Juninho memiliki senjata maut yang jarang dimiliki oleh pesepak bola hingga saat ini yakni tendangan bebas.
Juninho telah mengoleksi sebanyak 44 gol freekick dari 100 gol bersama Les Gones. Total, Juninho sukses mengumpulkan 77 gol freekick dan memimpin daftar pencetak gol dalam kategori tendangan bola mati.
Untuk saat ini, sulit bagi pemain untuk menyamai kehebatannya. Yang benar-benar mendekati pencapaian Juninho hanyalah Pele dengan raihan 70 gol.
Juninho sendiri lalu membuka rahasia mengenai sepakan supernya ini di mana dia terinspirasi dari Marcelinho ketika di Corinthians.
“Aku mulai dengan meniru tendangan bebas yang diambil oleh Marcelinho, yang bermain untuk Corinthians. Dia adalah salah satu inspirasiku, dan pemain pertama yang pernah kulihat mampu membuat bola menari di udara,” tuturnya. (via sportbible)
Berkat kemampuan luar biasanya itu, teknik tendangan bebasnya banyak ditiru oleh pemain-pemain kelas dunia, termasuk Andrea Pirlo dan Cristiano Ronaldo.
Setelah merasa cukup tampil bersama Lyon, Juninho putuskan hengkang dan bergabung dengan Al-Gharafa. Sempat kembali ke Vasco da Gama sebelum akhirnya membela New York Red Bulls, Juninho resmi putuskan pensiun dari dunia sepak bola pada 2014.
Selama berkarir sebagai seorang pesepakbola, Juninho berhasil mencetak 121 gol. Artinya Juninho memiliki kans 63% untuk mencetak gol dari tendangan bebas saja!