Benarkah Standar AFF Telah Menurun?

spot_img

Agak laen memang ajang AFF 2024 tahun ini, karena tim kuat asia tenggara tidak mengandalkan pemain-pemain senior lagi. Tim kuat itu hanya mengandalkan pemain yang masih berusia 20 tahunan awal dan masih minim berlaga di ajang internasional.

Spekulasi pun mencuat apakah ajang AFF ini sudah tak begitu menarik lagi buat diikuti sehingga cukup menurunkan pemain-pemain junior saja. Sehingga kompetisi AFF pun jadi kurang menarik karena absennya para bintang di negara masing-masing. Dari mana datangnya anggapan tersebut?

Indonesia Menurunkan Timnas U-22

Baru saja kelar pertandingan kualifikasi piala dunia zona Asia November lalu, Indonesia harus fokus mempersiapkan diri untuk kompetisi AFF awal bulan Desember ini. Indonesia akan bertandang melawan Myanmar di stadion Thuwunna. Indonesia memutuskan menurunkan skuad muda U-22.

Keputusan Indonesia memakai pemain muda bukan tanpa sebab. Hal ini karena Indonesia tengah fokus pada kualifikasi piala dunia zona Asia. Meski laga selanjutnya dihelat pada Maret 2025, Indonesia bersikap hati-hati dalam memanfaatkan sumber daya pemain seniornya. Ketua PSSI Erick Thohir dalam rapatnya mengatakan kepada Shin Tae-yong, untuk memakai U-22 saja di AFF 2024. Pemain bintang senior biar disimpan untuk menghadapi Australia, Bahrain, China, Arab Saudi dan Jepang.

Persiapan panjang menghadapi tim-tim besar Asia agar bisa lolos ke Piala Dunia, membuat Indonesia tak terlalu fokus pada gelaran AFF. Akhirnya Indonesia hanya menurunkan pemain setengah senior saja di AFF seperti Pratama Arhan, Marselino, Ivan Jenner dan Justin Hubner. Selain mereka, semuanya masih muda dan baru berlaga di kompetisi AFF.

Erick Thohir menambahkan keputusan itu untuk ajang pematangan atau sebagai kawah candradimuka Skuad muda. Agar pemain muda semakin mantap dan kompak dari segi taktikal serta kematangan dalam bersepakbola. Sekaligus buat persiapan Sea Games 2025.

Tapi keputusan itu menuai kontra dari pengamat sepakbola dari negeri Jiran Zakaria Rahim. Dia menilai Indonesia meremehkan kompetisi AFF 2024. Kalau begitu caranya, bisa membuat negara-negara lain seperti Thailand dan Vietnam bahkan Malaysia ikut-ikutan mengirim pemain muda. Menurut Zakaria, AFF adalah kompetisi untuk para pemain senior yang berpengalaman. Bukan pemain junior yang perlu mengasah keterampilan.

Salah satu media Vietnam juga menyoroti keputusan Indonesia yang tidak menurunkan pemain senior, seperti Thom Haye dan Jordi Amat yang sudah berpengalaman di ajang Internasional. Ketidakhadiran pemain berpengalaman tersebut membuat kompetisi tak asyik lagi.

Namun pengamat Indonesia Mohammad Kusnaeni menilai kalau penggunaan pemain muda itu ya wajar-wajar saja. Melihat sikon dimana Indonesia sedang berjuang di kualifikasi piala dunia zona asia, yang bertarung melawan tim-tim besar, harap maklum kalau timnas muda dulu yang bakal tampil.

Lantas apakah Indonesia saja yang memakai skuad muda rata-rata usia 20 tahunan? Ternyata tidak juga. Thailand pun demikian.

Thailand Tak Diperkuat Pemain Bintang

Keterpaksaan memakai pemain muda juga dialami oleh Thailand. Kebanyakan timnas Thailand yang dipanggil berusia 20-an tahun. Ini membuktikan kalau bukan hanya Indonesia saja yang menggunakan pemain muda, melainkan juga Thailand.

Skuad The War Elephant kali ini tak menggunakan pemain bintang diantaranya Chanathip Songkrasin, Teerasil Dangda, Theerathon Bunmathan, Elias Dolah. Padahal Chanatip dan kawan-kawannya telah mengantarkan Thailand sebagai tim yang paling disegani. Mereka membawa Thailand menjuarai AFF edisi 2014, 2016, 2020 dan 2022.

Mereka semua bakal absen membela timnas Thailand di AFF 2024. Hal ini karena Masatada Ishii pelatih Thailand tak mendapat izin dari klub untuk memanggil Chanathip Songkrasin dan kawan-kawannya. Bentrok jadwal antara kompetisi AFF dan klub jadi alasan besar mengapa para pemain bintang tak bisa ikut membela Gajah Putih.

Akhirnya mau tidak mau Masatada Ishii harus mengandalkan timnas Thailand grade B. Di mana kebanyakan susunan pemain masih berusia 20 tahunan. Hanya hitungan 5 pemain senior saja yang masuk skuad Thailand, sisanya pemain muda. Contoh di lini depan ada Terasak Phoiphimai (22 tahun), Patrick Gustavsson (23 tahun) dan Suphanat Mueanta (22 tahun).

Bentrok Jadwal AFF dan Klub

Tren penggunaan pemain lapis dua di AFF 2024 sebenarnya terjadi juga karena faktor lain, yaitu pelaksanaan kompetisi yang berbarengan dengan jalannnya pertandingan di klub. Otomatis ini membuat klub enggan melepas pemain-pemain bintangnya untuk membela tim nasional.

Kabar terbaru dari Malaysia yang juga terancam tidak bisa tampil dengan pemain terbaiknya. Pihak klub keberatan untuk melepas pemain andalan untuk timnas, sementara kompetisi di liga sedang sibuk-sibuknya. Sampai-sampai Manajer Teknikal Selangor FC, Datuk Seri Shahril Mokhtar mengeluhkan jadwal kompetisi AFF yang selalu bentrok dengan kalender klub. Meski AFF sudah menunda pelaksanaan AFF dimulai pada 8 Desember hingga 5 Januari, tetap saja masih bentrok jadwalnya dengan kompetisi liga domestik.

Namun di tengah kacaunya jadwal kompetisi AFF, justru Filipina dan Vietnam tetap akan tampil maksimal. Filipina menurunkan pemain senior terbaik di kompetisi AFF dengan 19 pemain keturunan.

Mereka diantaranya adalah Quincy Kammeraad, Kevin Ray Mendoza, Bernd Schipmann, Christian Rontini, Jesper Nyholm, dan Martin Steuble Jefferson Tabinas, Oliver Bias, Kenshiro Daniels, Harry Foll, Kevin Ingreso, Oskari Kekkonen, Amin Nazari, Mike Ott, Iain Ramsay, Stephan Schrock, Angel Guirado, Bienvenido Maranon dan Patrick Reichelt.

Sementara Vietnam rencananya akan menurunkan skuad terbaik di kompetisi AFF nanti. Pemain bintang seperti Rafael Son akan memperkuat timnas Vietnam. Ditambah pemain terbaik lainnya seperti Nguyen Quang Hai, Nguyen Tien Linh, hingga Dang Van Lam.

Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, faktor penyelenggaraan kompetisi AFF yang bersinggungan dengan kompetisi liga domestik, jadi faktor pemicu absennya pemain bintang di masing-masing timnas asia tenggara. Bentroknya jadwal liga domestik dan kompetisi AFF bukan hal baru. Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 2018.

Pertanyaannya, apakah klub-klub harus mengalah dengan jadwal kompetisi AFF? Atau AFF harus memperbaiki akar permasalahan ini agar pemain-pemain bintang bisa ikut serta di timnas. Sehingga klub-klub mau melepaskan pemain bintang untuk timnas.

Jika pelaksanaan kompetisi AFF selalu berbenturan dengan kegiatan pemain di klub, maka pamor dan gengsinya pun menurun. Seperti yang diungkap penulis Dex Glenniza, berjudul “Peduli Amat dengan Piala AFF” di Pandit Football yang menyatakan kalau kompetisi ini layaknya turnamen “cupu”. Belakangan disadari Thailand yang mulai mengirim pemain muda saja daripada pemain bintang senior, karena betapa tidak bergengsinya kompetisi AFF ini.

Ditambah kompetisi AFF ini tak masuk dalam kalender FIFA. Membuat kompetisi AFF ini makin dipandang sebelah mata. Jadi kalau menang atau kalah pun tak akan mempengaruhi peringkat FIFA.

Mungkin saja di masa depan, bukan hanya Indonesia saja yang menampilkan pemain muda, tapi mayoritas peserta AFF, termasuk Timor Leste.

Makan Bola, Vietnam.vn, tempo.co, Detik Sport, Tirto.id, CNN Indonesia, Kumparan, Pandit Football

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru