Kenapa ada pemain bagus tidak dipanggil Timnas Indonesia?
Kenapa pemain ini justru yang dipanggil?
Kenapa pemain itu tiba-tiba dicoret?
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Pertanyaan-pertanyaan tadi mungkin ada di benakmu ketika melihat daftar pemain saat Timnas Indonesia mau bertanding. Entah itu di level kelompok umur maupun senior. Orang banyak yang bertanya, apa sih sebetulnya kriteria untuk bisa dipanggil Timnas Indonesia?
Misalnya, pada saat laga melawan Bahrain kemarin. Pemain dari Liga Indonesia, Malik Risaldi, yang sebelumnya tak pernah memperkuat Timnas Indonesia justru dipanggil untuk melakoni laga melawan Bahrain dan China. Sementara Ramadhan Sananta tidak. Bomber Persebaya itu bahkan turun sejak menit awal di laga menghadapi Bahrain.
Segala keputusan yang berkaitan dengan pemanggilan pemain, sepenuhnya menjadi hak prerogatif sang pelatih. Meski begitu, para pelatih Timnas Indonesia, terutama yang sekarang, membeberkan kriteria dan cara mereka dalam memilih pemain. Apa saja cara-cara tersebut?
Mari kita bahas. Namun, harus digarisbawahi bahwa yang akan dibahas adalah cara pelatih Timnas Indonesia yang sekarang bekerja saja. Yaitu Indra Sjafri, Nova Arianto, dan Shin Tae-yong.
Daftar Isi
Indra Sjafri Sejak 2011 Memantau Pemain
Kita mulai dari pelatih yang dua kali mengantarkan Timnas Indonesia U-19 meraih gelar Piala AFF. Tiada lain dia adalah Indra Sjafri. Dari segi pengalaman, Indra berkecimpung di tim nasional sejak tahun 2011. Waktu itu, ia dipercaya melatih Timnas Indonesia U-16, sebelum akhirnya juga diminta membesut Timnas U-19.
Sejak saat itu yang dilakukan Indra memantau pemain-pemain di Liga Indonesia. Dalam kanal YouTube Deddy Corbuzier, Indra mengatakan, demi menemukan pemain untuk Timnas Indonesia, ia beserta tim memantau kompetisi dan dari pertandingan ke pertandingan.
Saat menukangi Timnas Indonesia, Indra Sjafri selalu menekankan bahwa tim nasional bukan tempat untuk pendidikan dan pelatihan. Menurutnya, yang layak dibebani tugas membentuk pemain adalah klub. Oleh karena itu, ada hal-hal yang wajib dipunyai seorang pemain tim nasional.
Indra Sjafri bersama timnas Indonesia :
Piala AFF U-19 2013 🏆
Piala AFF U-22 2022 🏆
Medali emas Sea Games 2023 🥇
Piala AFF U-19 2024 🏆Salah satu pelatih terbaik sepanjang sejarah persepakbolaan negeri ini.. 🇮🇩👏🏼
📸 Indra Sjafri (IG) pic.twitter.com/UrHIvNuI3A
— Extra Time Indonesia (@idextratime) July 29, 2024
Kriteria Pemain Menurut Indra Sjafri
Terdapat lima kriteria yang akan menjadi bahan pertimbangan Indra Sjafri dalam memilih pemain untuk tim nasional. Kriteria pertama adalah postur. Bagi Indra Sjafri, postur pemain sangatlah penting. Terutama di posisi tertentu, seperti penjaga gawang maupun bek tengah.
Tidak ada berapa standar yang secara khusus diminta Indra Sjafri. Namun, jika berkaca pada saat menyeleksi pemain Timnas Indonesia U-17 tahun 2023 lalu, Indra membeberkan setidaknya di posisi tertentu, PSSI menetapkan tinggi badan minimal 178 cm.
Namun, apakah calon pemain yang tingginya di bawah 178 cm tidak bisa masuk tim nasional? Bisa ya, bisa juga tidak. Postur tubuh bukan satu-satunya syarat untuk bisa dipanggil Indra Sjafri ke tim nasional. Ada syarat lain yang tak kalah penting.
Indra Sjafri bilang, seorang pemain, khususnya pemain timnas, harus memiliki skill yang berkualitas. Ia juga mesti memiliki kecerdasan taktikal. Soal ini rasanya memang sangat penting. Bagaimanapun permainan di atas lapangan bergantung pada taktik, meski tidak sepenuhnya.
Kalau si pemain bisa memahami taktik, itu akan mempermudah permainan. Setelah punya pemahaman taktik, seorang pemain juga perlu mempunyai kualitas fisik dan mental. Jika melihat intensitas permainan sepak bola sekarang yang cukup tinggi, dua syarat tersebut memang sangat diperlukan.
Indra Sjafri bersama tim kelompok umur:
🏆🏆 Juara AFF U19 Championship (2013, 2024)
🏆 Juara AFF U22 Championship (2022)
🏅 Emas Sea Games (2023)Bawa Indonesia pertama kali dalam sejarah juarai AFF U19 dan emas SEA Games pertama setelah 32 tahun.
Put some respect on his… pic.twitter.com/F8Vh774ldB
— The Reds Indonesia (@The_RedsIndo) July 29, 2024
Metode latihan yang diterapkan Indra Sjafri juga cukup keras. Saat melatih Timnas Indonesia U-20, misalnya. Indra memakai metode pelatihan ala marinir untuk menggembleng para pemain. Jelas pemain yang pinggangnya gampang sakit akan sulit masuk ke timnya Indra Sjafri. Omong-omong soal persyaratan fisik, lebih detailnya nanti kita bahas di bagian Shin Tae-yong.
Nova Arianto Mengikuti Shin Tae-yong
Sekarang kita ke Nova Arianto terlebih dulu. Ia anak mantan seorang pelatih. Namun, di dunia kepelatihan, Nova terbilang nama baru. Namanya baru melejit kala menjadi asisten Shin Tae-yong sejak tahun 2020 lalu.
Pria kelahiran Semarang ini hanya mengikuti Shin Tae-yong. Baik di level U-23 maupun senior. Namun, pada Februari 2024 lalu, Shin Tae-yong memberi kesempatan kepadanya untuk mengambil kursi pelatih utama di Timnas Indonesia U-16 atau U-17.
Nova Arianto:
“Jangan pernah menangis coach Shin Tae-Yong karena kita semua tahu apa yang sudah coach perbuat untuk sepak bola Indonesia.
Dan kita semua bisa melihat hasilnya saat ini timnas Indonesia berada di level yang mana.”
📝: olahbolacom pic.twitter.com/O8xPaZ3Mkg
— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) May 10, 2024
Setelah ditunjuk, Nova meniru cara-cara yang dipakai Shin Tae-yong dalam melatih Timnas Indonesia U-17. Namun, Nova lalu menemukan sendiri caranya, termasuk dalam memilih pemain untuk Timnas Indonesia U-17. Secara prinsip, ada dua kriteria menurut Nova Arianto.
Pertama, bahwa seorang pemain akan dilihat kemampuannya dalam bertahan, menyerang, dan transisi. Ini penting karena berkaitan dengan filosofi sepak bola yang dimiliki Nova Arianto, yakni solid dalam bertahan dan transisi cepat ketika pegang bola. Kedua, yang cukup sering ia tekankan adalah etos kerja.
Coach Nova Arianto:
“Kebiasaan pemain Indonesia selalu maunya apa?”
“Maunya dribling”
“Langsung passing coba!”Kasih keras coach! 🔥
[🎥 vivagoal] pic.twitter.com/ruI5hHEoMR
— 𝙄𝘿𝙎 (@indosupporter) February 28, 2024
Memilih Bukan Karena Background
Nova selalu melihat pemain dari etos kerjanya. Ia tidak peduli dari mana pemain itu berasal. Soal ini ada contoh kejadian yang menarik.
Suatu ketika Diego Sinathrya, anak pasangan kondang Darius Sinathrya dan Donna Agnesia mengikuti seleksi untuk Timnas Indonesia U-16 yang akan berlaga di Piala AFF U-16 2024 lalu. Namun, Diego tak lolos seleksi. Nova Arianto mencoretnya dari skuad.
Tidak ada alasan pasti mengapa Nova tak menyertakan Diego. Namun, ini menjadi semacam harapan bahwa ternyata untuk masuk tim nasional itu tidak dilihat dari latar belakang. Nova tak peduli latar belakang Diego yang, selain anaknya artis juga menempa ilmu di akademi PSG. Tentu PSG yang di Paris bukan PSG Pati.
🧐 𝗣𝗿𝗼𝗳𝗶𝗹 𝗚𝗮𝗿𝘂𝗱𝗮
👤 Diego Andres Sinathrya
🗺 Jakarta, 5 Mei 2009
🦅 Training Camp Timnas U-16
🔛 @psgacademyprogg
📍 DMF/CMF
🔝 180 | 68 ⚖️#KitaGaruda #BersamaGaruda#GarudaMendunia pic.twitter.com/G2hblYni3s— Timnas Indonesia (@TimnasIndonesia) May 15, 2024
Apa yang dilakukan Nova juga memperlihatkan bahwa semua anak, calon talenta, atau apa pun itu menyebutnya, memiliki kesempatan yang sama untuk menembus atau gagal menembus Timnas Indonesia.
Dalam memilih pemain, Nova juga tidak memberikan batasan. Dari latar belakang mana pun akan diberinya kesempatan. Setidaknya jika tidak di tim nasional, kesempatan itu datang pada saat tahap seleksi.
Shin Tae-yong, yang Utama Sikap
Setelah dari Indra Sjafri dan Nova Arianto, sampailah pada Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia senior. Karena tarafnya lebih tinggi, jangan kaget kalau Tae-yong punya segambreng persyaratan. Harus dipahami, setiap pelatih punya subjektivitasnya masing-masing. Namun, tetap ada pertimbangan matang.
Shin Tae-yong cukup sering mengedepankan sikap si pemain. Sikap ini bisa didefinisikan ke banyak hal. Selain sikap terhadap orang lain, termasuk pelatih alias Shin Tae-yong sendiri, juga sikap terhadap diri pemain itu sendiri. Shin Tae-yong ingin memiliki pemain yang mau mengorbankan diri untuk tim.
Shin Tae-yong membawa tim ini lolos kualifikasi Piala Asia. Dia juga yang harus memimpin tim ini di putaran final Piala Asia 2023! 🔥 pic.twitter.com/nqPIUxaqjy
— Extra Time Indonesia (@idextratime) June 14, 2022
Shin Tae-yong juga tidak suka pemain yang cepat puas. Menurutnya, pemain tidak hanya perlu mengenali potensi diri sendiri, tapi juga kelemahan diri sendiri. Sehingga ia bisa memperbaikinya di kemudian hari. Pemain yang tak bisa mengenali dirinya sendiri berpotensi dicoret oleh Shin Tae-yong.
Ini juga berkaitan dengan pendekatan personal yang kerap dilakukannya. Setelah sikap, STY akan melihat teknik dan kemampuan sang pemain. Kerja keras, ya, STY juga suka pemain yang kerja keras. Selain itu, pasti ada faktor teknis lainnya, seperti kualitas fisik.
“Memang latihan seminggu ini intensitasnya sangat tinggi dan program latihan timnas juga berjalan lancar. Para pemain mengikuti latihan dengan baik walaupun intensitasnya tinggi,” kata Shin Tae-yong.#KitaGaruda pic.twitter.com/ZGi0LdWPXK
— PSSI (@PSSI) December 7, 2022
Tidak hanya berpostur tinggi, bagi pemain yang ingin membela Timnas Indonesia, harus kuat fisiknya dalam 2×45 menit dan memiliki daya jelajah 11 hingga 13 kilometer. Mengutip Bolasport, seorang pemain juga wajib memiliki VO2MAx minimal di angka 60. Karena semua anak asuh STY sekarang VO2Max-nya sudah di atas 60.
Nah, itu tadi cara-cara pelatih Timnas Indonesia sekarang dalam memilih pemain. Harapannya, sih, kalau belum ditingkatkan, standar-standar setidaknya masih bisa diterapkan. Syukur-syukur bisa masuk kurikulum pembinaan pemain di Indonesia. Setuju?
Sumber: TvOneNews, Bolacom, CoverBothSide, Bolasport, Bolasport, OneFootball, DetikSport