Musim 2022/23 Paris Saint-Germain kembali meraih gelar juara Ligue 1. Gelar itu semakin membuat mereka menahbiskan diri sebagai penguasa Liga Prancis. Hampir tiap tahunnya, klub berjuluk Les Parisiens ini menjuarai Liga Prancis.
Musim lalu ketika tidak bagus-bagus amat, PSG tetap saja bisa menjuarai Ligue 1. Padahal di kompetisi lainnya seperti Coupe de France, PSG tidak berkutik. Kemarin saja yang juara Coupe de France justru klub semenjana, Toulouse. PSG juga tak pernah berhasil kampiun di Liga Champions.
Akan tetapi, di Ligue 1 PSG nyaris tak pernah kehilangan muka. Apa yang membuat mereka digdaya? Uang? Rasanya lebih dari itu. Paris Saint-Germain bukan hanya mendominasi Liga Prancis, melainkan juga berhasil memonopolinya. Benarkah demikian?
Daftar Isi
Gelar Ligue 1 Terbanyak
Tak dipungkiri PSG dalam beberapa tahun terakhir telah mendominasi kompetisi Liga Prancis. Sebelum musim 2022/23 selesai, PSG sebetulnya belum bisa melampaui rekor gelar Saint-Etienne. Tim yang pernah diperkuat Pierre-Emerick Aubameyang itu memegang gelar Ligue 1 terbanyak, yakni 10 gelar.
Akan tetapi, lantaran musim lalu PSG berhasil kampiun dengan selisih satu poin saja dari RC Lens, maka PSG menahbiskan diri sebagai tim dengan gelar Ligue 1 terbanyak sepanjang masa, yakni 11 gelar. Tentu gelar-gelar itu mulai dikumpulkan baru-baru ini saja.
PSG are are Ligue 1 champions of the 22/23 season.
— Tboy Paul oluwole (@tboy_paul) May 28, 2023
It back to back trophy for parus Saint Germain.
Now it’s confirmed ✅✅ Paris Saint Germain have won 11 league titles and is now the most successful french club in terms of trophy won . pic.twitter.com/Az1A8LfFhd
Dalam enam musim terakhir, Paris Saint-Germain telah lima kali meraih gelar Liga Prancis. Hal itu sangat jomplang di ajang Coupe de France. Meski PSG mengoleksi gelar terbanyak dengan 14 trofi, namun belakangan ini dominasi PSG di Coupe de France kerap patah. Lihatlah dalam enam musim terakhir saja PSG hanya menjuarainya sebanyak tiga kali.
Ini menjadi pertanyaan. Kok bisa dominasi PSG di Coupe de France patah, sedangkan di Ligue 1 tidak? Kembali lagi, mungkinkah uang yang berbicara?
◉ Our 7th loss in 2023.
— PSG Report (@PSG_Report) March 19, 2023
◉ Eliminated by our biggest domestic rivals Marseille in the Coupe de France.
◉ Eliminated by Bayern Munich in the Champions League Round of 16 without having even scored a single goal.
The season is going to very long until June 3rd… pic.twitter.com/vtME6AGIGX
Bukan Hanya PSG, Semua Tim Ligue 1 Punya Investor
Jika dibilang dominasi PSG ini karena investor bisa jadi benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Begini. Di Liga Prancis terutama di Ligue 1, bukan hanya Paris Saint-Germain yang punya investor. Kita tahu, PSG memang dikuasai oleh konglomerat Qatar Sports Investments, Nasser Al-Khelaifi.
Investor Qatar itu tiba tahun 2011. Namun, pada tahun itu bukan hanya Nasser Al-Khelaifi yang datang untuk mengakuisisi klub Prancis. Ada taipan sinting dari Rusia, Dmitry Rybolovlev yang membeli sebagian besar saham klub AS Monaco dari pemerintahan Monako.
1⃣0⃣0⃣0⃣ème victoire pour l’AS Monaco en @Ligue1UberEats, sous les yeux du Président Dmitry Rybolovlev ✅ pic.twitter.com/SxE03nNr5M
— AS Monaco 🇲🇨 (@AS_Monaco) September 13, 2020
Pada waktu itu, keluarga kerajaan tidak sanggup lagi mendanai penuh AS Monaco. Kondisi tim yang buruk penyebabnya. Kehadiran Nasser Al-Khelaifi dan Dmitry Rybolovlev menandai munculnya pebisnis berkantong tebal lainnya untuk menyuntikkan dananya ke klub-klub di Ligue 1.
Investor asing dari Amerika, Inggris, Rusia, sampai Luksemburg berlomba-lomba mengakuisisi tim-tim Ligue 1. Ingat sosok Sir Jim Ratcliffe? Pria yang punya tekad mengakuisisi Manchester United itu sudah lebih dulu menyuplai dananya ke OGC Nice pada 2019. Ratcliffe bukan orang sembarangan. Perusahaannya, INEOS memiliki omzet sampai 65 miliar US Dolar (Rp976,3 triliun) pada 2021.
🚨✖️| OGC Nice who are owned by Sir Jim Ratcliffe are the only club in the Ligue 1 to have not signed a player yet.
— UtdActive (@UtdActive) July 21, 2023
[@GFFN] #MUFC pic.twitter.com/Q6isCOmf5o
Data lain menunjukkan, pemilik PSG ternyata tidak kaya-kaya banget. Dilaporkan Forbes, sebagaimana dikutip Mirror Football, pada tahun 2023, nama Nasser Al-Khelaifi justru tidak masuk dalam 20 pemilik tim olahraga terkaya.
Malahan pemilik Stade Rennais, Keluarga Francois-Henri Pinault yang menempati posisi pertama di daftar itu, dengan total kekayaan bersihnya 40,1 miliar US Dolar (Rp603,2 triliun). Total ada 10 tim di Ligue 1 yang dimiliki investor kaya.
Gap Kekayaan
Kendati demikian, ada gap kekayaan antara satu tim Ligue 1 dengan tim lainnya. Nah, PSG memimpin jauh di atas tim-tim Ligue 1 lainnya. Namun perlu dicatat, ini bukan murni karena kekayaan yang dimiliki Qatar Sports Investments. PSG bisa punya sumber dana yang banyak karena bisnis mereka sudah jalan. Bisnis PSG inilah yang melahirkan kesenjangan.
Walaupun menurut media Prancis, Le Monde, sejatinya tim-tim lain juga pendapatannya meningkat dua kali lipat seiring masuknya investor asing. Menurut laporan tersebut pendapatan klub-klub Liga Prancis meningkat dari 52 juta euro (Rp869,2 miliar) tahun 2011 menjadi 116 juta euro (Rp2 triliun) di tahun 2022. Namun PSG bisa memperoleh pendapatan berkali-kali lipat dari itu.
PSG berhasil mengeruk pendapatan dari hak siar, komersial, sampai match revenue sangat tinggi. Tak ayal budget mereka menjadi yang tertinggi di antara tim-tim Ligue 1 lainnya yang juga memiliki investor asing, tapi bisnisnya tidak begitu jalan.
💰 Coste de la alineación del PSG:
— Luckia (@luckia_es) August 23, 2020
Sergio Rico – Cedido
Kehrer – 37M€
Thiago Silva – 42M€
Kimpembe – 0M€
Bernat – 5M€
Marquinhos – 31M€
Ander Herrera – 0M€
Paredes – 40M€
Di María – 63M€
Neymar – 222M€
Mbappé – 180M€
Un XI de 620M€ 💣 #PSG #UCLFinal pic.twitter.com/a10mQpruWW
Contoh pada musim 2021/22, PSG punya budget 620 juta euro (Rp10,3 triliun). Itu 100 juta euro (Rp1,6 triliun) lebih banyak dari Olympique Lyonnais di belakangnya dan nyaris tiga kali lipat dari budget yang dimiliki Marseille yang hanya 250 juta euro (Rp4,1 triliun) musim itu. Jelas ini bukan hanya karena faktor pemilik. Sebab Lyon toh juga dimiliki pengusaha asing, John Textor.
Investasi di Tim Prancis Sangat Beresiko
Masalahnya para pengusaha yang mendanai tim-tim di Liga Prancis berkarier secara solo. Keluarga Pinault misalnya. Mereka boleh kaya, tapi pendanaannya jelas terbatas karena hanya dari satu pintu. Sementara PSG, walau Nasser Al-Khelaifi tidak masuk 20 pemilik tim olahraga terkaya tadi, namun mereka dikelola secara korporasi.
Qatar Sports Investments yang mengakuisisi PSG merupakan perusahaan yang dikelola pemerintah Qatar. Karena dikelola negara, pendanaan mereka berasal dari banyak pintu. Singkatnya, selama pemerintah Qatar masih menghasilkan banyak uang dari berbagai industri, pendanaan ke PSG tak akan surut. Gimana mau habis, asetnya saja dikabarkan mencapai 445 US Dollar atau sekitar Rp6,7 kuadriliun.
It is also true that #PSG have benefited from significant financial support from their owners, Qatar Sports Investments (QSI), as evidenced by the €171m capital injection last season, which takes the total funding to over half a billion (€511m, including €316m in 2018). pic.twitter.com/Lhs0Tzz5X8
— Swiss Ramble (@SwissRamble) May 12, 2022
Barangkali karena itu QSI berani mengakuisisi PSG saat mengakuisisi klub Prancis sebetulnya sangat beresiko. Berbeda dengan klub-klub di Liga Inggris dan Liga Italia. Sebab bukan tidak mungkin tim akan terpuruk dan investor akan merugi. Sementara PSG? Terpuruk atau tidak, QSI hampir dipastikan tak akan rugi banyak.
Dengan dana yang besar itu PSG bisa membangun skuadnya. Sehingga dipastikan PSG punya kedalaman tim yang mumpuni. Hal itu tidak bisa dilakukan tim-tim lain yang, meski juga punya investor, harus berpikir supaya tidak merugi. Alhasil tim-tim di luar PSG hanya bisa menghasilkan talenta berbakat untuk kemudian dijual demi keberlangsungan tim di musim berikutnya.
Dominasi PSG Menguntungkan Liga Prancis
Banyak yang bilang dominasi PSG di Liga Prancis akan membuat liga yang satu ini tertinggal. Soal prestasi mungkin demikian. Tapi perkara bisnis tentu tidak. Dominasi PSG malah membantu pertumbuhan Ligue 1 itu sendiri. PSG telah memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Ligue 1.
Eksposur mereka jadi naik berkat PSG. Apalagi dengan uang yang berlimpah, PSG bisa mendatangkan pemain top, secara otomatis Ligue 1 memiliki daya tarik. Kepala Eksekutif Liga Profesional Prancis, Didier Quillot dikutip ESPN mengatakan, soal bisnis PSG adalah ujung tombak Ligue 1. Ia seperti Bayern Munchen di Jerman atau Barcelona dan Real Madrid di Liga Spanyol.
Jika pendapatan Ligue 1 meningkat, distribusi hadiah berupa uang yang dibagikan ke seluruh tim Ligue 1 juga ikut meroket. Pada musim 2021/22 misalnya, Ligue 1 berhasil mendistribusikan 579 juta euro atau sekitar Rp10 triliun ke seluruh tim yang dibagi berdasarkan klasemen. Klub seperti Strasbourg yang finis di posisi enam musim itu saja sudah mendapatkan lebih dari setengah triliun rupiah!
Akhirul kalam, seperti itulah keadaannya. PSG berhasil mendominasi. Namun, dominasi itu ternyata juga menguntungkan Liga Prancis dan beberapa klub lainnya. Ini memang tidak sehat, tapi kalau sudah rupiah yang berbicara, seperti kata Rhoma Irama, “Tidak ada orang yang tak suka”.
Sumber: TheGuardian, FanBanter, LeMonde, TopSoccerBlog, ESPN, Mirror, Goal