Ambisi Jose Mourinho Menciptakan Hattrick Trofi Europa League

spot_img

Portugal 1963, lahir seorang yang nampaknya sudah digariskan menjadi pelatih top dunia. Ia bernama Jose Mario Dos Santos Félix Mourinho. Torehan prestasinya sebagai pelatih kini tak diragukan lagi.

Semua gelar di Eropa bahkan sudah dicaploknya. Beberapa rekor dan pencapaian pun sudah dicatatkannya. Namun ada rekor yang tertinggal. Kini di AS Roma dirinya berambisi untuk bisa menyempurnakan rekornya.

Ya, hattrick juara dengan tiga klub berbeda di Europa League atau dulu dikenal UEFA Cup. Ambisi itu terbuka lebar musim ini. Rekor itu hingga kini masih dipegang Unai Emery. Mr Good Ebening itu pernah hattrick juara di kompetisi ini, namun hanya bersama Sevilla.

Gelar Eropa Pertama Mourinho

Pasti banyak orang yang tahu bahwa Mourinho hanya punya satu trofi Europa League, yakni ketika bersama MU. Namun, kalau ditarik lagi ke belakang, Mourinho ternyata pernah meraih mahkota kompetisi kasta kedua saat masih bernama UEFA Cup.

Tepatnya pada musim 2002/03 bersama FC Porto. Bahkan trofi UEFA Cup itu adalah trofi Eropa pertama Mourinho. Sebuah momen yang bersejarah bagi karir kepelatihannya, karena dari situlah keran trofi Eropa Mourinho mulai mengalir.

Mourinho mulai banyak disorot dunia karena tuahnya dalam membangun Porto sejak tahun 2002. Di musim pertamanya saja, ia mampu membawa Porto meraih empat gelar sekaligus termasuk gelar Liga Portugal yang direbut paksa dari Sporting.

Gelar UEFA Cup Porto ketika mengalahkan Celtic 3-2 itu adalah gelar Eropa Porto yang sudah lama diidam-idamkan. Maklum ketika itu Porto sempat puasa gelar Eropa 16 tahun lamanya.

Bermaterikan mayoritas pemain Portugal macam Vitor Baia, Paulo Ferreira, Ricardo Carvalho, Costinha, Deco, Maniche, maupun Helder Postiga, ia mampu membawa gaya baru permainan Porto yang atraktif. Jangan salah, dulu Mourinho termasuk pelatih yang atraktif dan cenderung menyerang. Tidak seperti sekarang yang sempat dicap sebagai bapak “negative football”.

Gaya mainnya di Porto ketika itu juga sempat dijuluki dengan istilah pressao alta. Artinya, gaya main atraktif dengan intensitas pressing yang tinggi. Gaya main inilah yang memberikan catatan 71,65% kemenangan dari 127 laga yang dijalankannya selama bersama Porto.

Membangun Kembali Mental Juara Eropa MU

Setelah pindah dari Porto ke Chelsea, Mou tak lagi mendapatkan trofi Eropa apa pun. Begitupun ketika ia menangani Real Madrid. Ia hanya bisa mempersembahkan gelar Eropa ketika di Inter Milan, yakni Liga Champions. Kehausan gelar Eropa itulah yang membawanya ke MU.

Setelah dua musim MU di era Van Gaal dianggap gagal, pada 2016 Mourinho resmi ditunjuk sebagai penerusnya. Harapannya, Mourinho bisa menularkan mental juara Eropa pada United yang sejak saat itu mulai lesu. Sebab terakhir kali MU juara di kancah Eropa adalah Liga Champions musim 2007/08.

Namun, Mourinho menghadapi skuad MU yang belum sempurna. Ia pun lantas merombaknya dengan mendatangkan para pemain baru, seperti Zlatan Ibrahimovic, Pogba, sampai Mkhitaryan dan Eric Bailly.

Dengan beberapa pemain itu, Mou lebih mudah menjalankan rencana taktiknya. Pada musim pertamanya melatih United, Mourinho mengubah gaya mainnya sendiri. Gaya mainnya di United hampir sama dengan ketika menukangi Inter maupun Real Madrid, yaitu “parkir bus”. Hal yang tidak ia lakukan ketika mengarsiteki Porto.

Maka dari itu, walau hanya finis di posisi 6 di Liga Inggris, MU dibuatnya jadi tim paling sedikit kebobolan, yaitu 29 gol. Jumlah kekalahannya di semua kompetisi musim itupun sedikit, hanya 9 kali.

Dengan sistem pragmatisnya itu, MU akhirnya kembali berjaya di Eropa. Menjadi runner up di grup, serta mengalahkan Saint Etienne, Rostov, dan Celta Vigo di babak knockout akhirnya mengantarkan Red Devils tampil di partai puncak Europa League dengan menantang Ajax asuhan pelatih Peter Bosz.

Tuah mental juara Eropa Mourinho pun terbukti. MU di final akhirnya mengalahkan Ajax 2-0 lewat gol pemain barunya musim itu, Pogba dan Mkhitaryan.

Sungguh momen bersejarah bagi United ketika trofi Eropa yang hilang sejak 2008 lalu kembali ke lemari United. Hebatnya itu justru menjadi trofi terakhir Manchester United. Sebab hingga sebelum final Carabao Cup 2023 bergulir, MU belum meraih satu pun trofi. Ini membuktikan mental juara Eropa yang ditularkan Mourinho tidak bertahan lama bagi United.

Roma Bangkit Di Level Eropa

Setelah pindah dari MU ke Spurs, Mourinho tak lagi mendapatkan gelar Eropa. Barulah ketika ia kembali ke Italia bersama AS Roma, gelar Eropa itu pun pulang ke pangkuan Mourinho. AS Roma beruntung mendapatkan The Special One. Sebab di level domestik saja, Giallorossi sudah lama tenggelam. Terakhir Roma bisa meraih Coppa Italia di era Spalletti musim 2007/08.

Dengan kehadiran Mourinho inilah bisa jadi jaminan lahirnya trofi bagi Il Lupi. Seperti biasa beberapa pemain yang dibutuhkan Mourinho didatangkan di musim pertamanya. Diantarnya Tammy Abraham, Matias Vina, Sergio Oliveira, maupun Rui Patrício.

Ketika di Roma, banyak orang menganggap era Mourinho sudah usang baik secara gaya bermain maupun taktik. Namun Mou tak berdiam diri, ia membuktikan bahwa asumsi publik itu tak sepenuhnya benar.

Taktiknya yang lebih adaptif dan fleksibel di Roma membuktikan bahwa ia juga juga bisa menyesuaikan era sepakbola modern sekarang. Selama di Roma hingga musim ini, Mou selalu mengutak-atik formasi dari 3 bek maupun 4 bek.

Nah, bukan Mourinho kalau tak meninggalkan Legacy dari setiap klub yang dilatihnya. Benar saja, Roma dibuatnya kembali bermental juara. Tak main-main, bukan hanya level domestik, tapi Eropa.

Roma yang ketika itu masuk kompetisi Conference League mampu dimanfaatkan Mou jadi ajang pembuktian bahwa ia belum habis. The Special One akhirnya melangkahkan Giallorossi ke final kejuaraan Eropa yang sudah lama diidam-idamkan publik Roma. Menang melawan Feyenoord di final dengan skor 1-0 menjadikan trofi Eropa mampu kembali dicomot The Special One.

The Special One pun menciptakan rekor sebagai pelatih yang bisa meraih tiga gelar Eropa dengan tiga tim berbeda. Namun, itu tak membuatnya puas. Ia masih bertahan di ibu kota Italia itu pada musim 2022/23.

Kini trofi Europa League akan menjadi target operasi utama Mourinho. Ia sekarang mengincar hattrick trofi Liga Eropa. Meski sulit menjadi penantang gelar juara di Serie A selama dua musim ini, itu tak masalah asalkan di Eropa, Roma kembali berjaya. Namun sebelum itu terjadi, Mourinho bersama skuad AS Roma-nya harus lebih dulu melewati RB Salzburg di babak playoff Liga Eropa.

https://youtu.be/EGJhlPwzfh4

Sumber Referensi : planetfootball, bleacherreport, talksports, sportingnews

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru