Portugal 1963, lahir seorang yang nampaknya sudah digariskan menjadi pelatih top dunia. Ia bernama Jose Mario Dos Santos Félix Mourinho. Torehan prestasinya sebagai pelatih kini tak diragukan lagi.
Semua gelar di Eropa bahkan sudah dicaploknya. Beberapa rekor dan pencapaian pun sudah dicatatkannya. Namun ada rekor yang tertinggal. Kini di AS Roma dirinya berambisi untuk bisa menyempurnakan rekornya.
José Mourinho after winning his fifth European trophy ✋ pic.twitter.com/JUtzQ3MQs9
— B/R Football (@brfootball) May 25, 2022
Ya, hattrick juara dengan tiga klub berbeda di Europa League atau dulu dikenal UEFA Cup. Ambisi itu terbuka lebar musim ini. Rekor itu hingga kini masih dipegang Unai Emery. Mr Good Ebening itu pernah hattrick juara di kompetisi ini, namun hanya bersama Sevilla.
Correct @nick_elt @Nick19761690! PSG Boss Unai Emery has won 3 successive Europa League titles with Sevilla all in the last 3 years! pic.twitter.com/xObLx7Sqv6
— David (@AllOutFootball_) March 7, 2017
Gelar Eropa Pertama Mourinho
Pasti banyak orang yang tahu bahwa Mourinho hanya punya satu trofi Europa League, yakni ketika bersama MU. Namun, kalau ditarik lagi ke belakang, Mourinho ternyata pernah meraih mahkota kompetisi kasta kedua saat masih bernama UEFA Cup.
On this day, exactly 18-years ago, Porto beat Celtic 3-2 in Seville to win the UEFA Cup. 🇵🇹
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) May 21, 2021
It was José Mourinho’s first European trophy. 🏆 pic.twitter.com/LqMKyTCTNm
Tepatnya pada musim 2002/03 bersama FC Porto. Bahkan trofi UEFA Cup itu adalah trofi Eropa pertama Mourinho. Sebuah momen yang bersejarah bagi karir kepelatihannya, karena dari situlah keran trofi Eropa Mourinho mulai mengalir.
Mourinho mulai banyak disorot dunia karena tuahnya dalam membangun Porto sejak tahun 2002. Di musim pertamanya saja, ia mampu membawa Porto meraih empat gelar sekaligus termasuk gelar Liga Portugal yang direbut paksa dari Sporting.
Gelar UEFA Cup Porto ketika mengalahkan Celtic 3-2 itu adalah gelar Eropa Porto yang sudah lama diidam-idamkan. Maklum ketika itu Porto sempat puasa gelar Eropa 16 tahun lamanya.
Bermaterikan mayoritas pemain Portugal macam Vitor Baia, Paulo Ferreira, Ricardo Carvalho, Costinha, Deco, Maniche, maupun Helder Postiga, ia mampu membawa gaya baru permainan Porto yang atraktif. Jangan salah, dulu Mourinho termasuk pelatih yang atraktif dan cenderung menyerang. Tidak seperti sekarang yang sempat dicap sebagai bapak “negative football”.
Gaya mainnya di Porto ketika itu juga sempat dijuluki dengan istilah pressao alta. Artinya, gaya main atraktif dengan intensitas pressing yang tinggi. Gaya main inilah yang memberikan catatan 71,65% kemenangan dari 127 laga yang dijalankannya selama bersama Porto.
Young José Mourinho (aged 39-41) as FC Porto manager:
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) May 3, 2020
✅127 games
✔️91 wins
⭕️20 draws
❌15 defeats
🏆🏆Primeira Liga
🏆Portuguese Cup
🏆Portuguese Super Cup
🏆UEFA Champions League
🏆UEFA Cup
Three incredible seasons. Beginning of a coaching legend.. pic.twitter.com/GuQ7LCP2X3
Membangun Kembali Mental Juara Eropa MU
Setelah pindah dari Porto ke Chelsea, Mou tak lagi mendapatkan trofi Eropa apa pun. Begitupun ketika ia menangani Real Madrid. Ia hanya bisa mempersembahkan gelar Eropa ketika di Inter Milan, yakni Liga Champions. Kehausan gelar Eropa itulah yang membawanya ke MU.
Jose Mourinho brought charisma to Manchester United when he succeeded Louis van Gaal in the summer of 2016, but conflict too.
— The Athletic | Football (@TheAthleticFC) April 22, 2022
Re-examining his two and a half years in #MUFC reveals details about how everything unravelled…
📝 @lauriewhitwell
Setelah dua musim MU di era Van Gaal dianggap gagal, pada 2016 Mourinho resmi ditunjuk sebagai penerusnya. Harapannya, Mourinho bisa menularkan mental juara Eropa pada United yang sejak saat itu mulai lesu. Sebab terakhir kali MU juara di kancah Eropa adalah Liga Champions musim 2007/08.
Namun, Mourinho menghadapi skuad MU yang belum sempurna. Ia pun lantas merombaknya dengan mendatangkan para pemain baru, seperti Zlatan Ibrahimovic, Pogba, sampai Mkhitaryan dan Eric Bailly.
Dengan beberapa pemain itu, Mou lebih mudah menjalankan rencana taktiknya. Pada musim pertamanya melatih United, Mourinho mengubah gaya mainnya sendiri. Gaya mainnya di United hampir sama dengan ketika menukangi Inter maupun Real Madrid, yaitu “parkir bus”. Hal yang tidak ia lakukan ketika mengarsiteki Porto.
🚌 Parking the bus? It barely got there last night for Jose Mourinho and his Manchester United boys!
— GOAL (@goal) October 3, 2018
By @omomani pic.twitter.com/vTHr28CktV
Maka dari itu, walau hanya finis di posisi 6 di Liga Inggris, MU dibuatnya jadi tim paling sedikit kebobolan, yaitu 29 gol. Jumlah kekalahannya di semua kompetisi musim itupun sedikit, hanya 9 kali.
Dengan sistem pragmatisnya itu, MU akhirnya kembali berjaya di Eropa. Menjadi runner up di grup, serta mengalahkan Saint Etienne, Rostov, dan Celta Vigo di babak knockout akhirnya mengantarkan Red Devils tampil di partai puncak Europa League dengan menantang Ajax asuhan pelatih Peter Bosz.
Tuah mental juara Eropa Mourinho pun terbukti. MU di final akhirnya mengalahkan Ajax 2-0 lewat gol pemain barunya musim itu, Pogba dan Mkhitaryan.
Five years ago today, José Mourinho’s Manchester United beat Ajax 2-0 to win the Europa League.
— B/R Football (@brfootball) May 24, 2022
United haven’t won a trophy since. pic.twitter.com/Juh11HITnn
Sungguh momen bersejarah bagi United ketika trofi Eropa yang hilang sejak 2008 lalu kembali ke lemari United. Hebatnya itu justru menjadi trofi terakhir Manchester United. Sebab hingga sebelum final Carabao Cup 2023 bergulir, MU belum meraih satu pun trofi. Ini membuktikan mental juara Eropa yang ditularkan Mourinho tidak bertahan lama bagi United.
Roma Bangkit Di Level Eropa
Setelah pindah dari MU ke Spurs, Mourinho tak lagi mendapatkan gelar Eropa. Barulah ketika ia kembali ke Italia bersama AS Roma, gelar Eropa itu pun pulang ke pangkuan Mourinho. AS Roma beruntung mendapatkan The Special One. Sebab di level domestik saja, Giallorossi sudah lama tenggelam. Terakhir Roma bisa meraih Coppa Italia di era Spalletti musim 2007/08.
May 24th 2008, 14 years ago today. Roma defeated Inter to win the coppa italia #AsRoma pic.twitter.com/PfYAJbFzm8
— Scot Munroe (@scot_munroe) May 24, 2022
Dengan kehadiran Mourinho inilah bisa jadi jaminan lahirnya trofi bagi Il Lupi. Seperti biasa beberapa pemain yang dibutuhkan Mourinho didatangkan di musim pertamanya. Diantarnya Tammy Abraham, Matias Vina, Sergio Oliveira, maupun Rui Patrício.
Ketika di Roma, banyak orang menganggap era Mourinho sudah usang baik secara gaya bermain maupun taktik. Namun Mou tak berdiam diri, ia membuktikan bahwa asumsi publik itu tak sepenuhnya benar.
Taktiknya yang lebih adaptif dan fleksibel di Roma membuktikan bahwa ia juga juga bisa menyesuaikan era sepakbola modern sekarang. Selama di Roma hingga musim ini, Mou selalu mengutak-atik formasi dari 3 bek maupun 4 bek.
Nah, bukan Mourinho kalau tak meninggalkan Legacy dari setiap klub yang dilatihnya. Benar saja, Roma dibuatnya kembali bermental juara. Tak main-main, bukan hanya level domestik, tapi Eropa.
Roma yang ketika itu masuk kompetisi Conference League mampu dimanfaatkan Mou jadi ajang pembuktian bahwa ia belum habis. The Special One akhirnya melangkahkan Giallorossi ke final kejuaraan Eropa yang sudah lama diidam-idamkan publik Roma. Menang melawan Feyenoord di final dengan skor 1-0 menjadikan trofi Eropa mampu kembali dicomot The Special One.
A new short film from Uefa featuring Jose Mourinho speaking about roma winning the conference league and his time with the team so far pic.twitter.com/8IXzGL4Oue
— J (@MourinhoPics) September 13, 2022
The Special One pun menciptakan rekor sebagai pelatih yang bisa meraih tiga gelar Eropa dengan tiga tim berbeda. Namun, itu tak membuatnya puas. Ia masih bertahan di ibu kota Italia itu pada musim 2022/23.
✅ Champions League
— B/R Football (@brfootball) May 25, 2022
✅ Europa League
JOSÉ MOURINHO WINS THE FIRST EUROPA CONFERENCE LEAGUE TROPHY WITH ROMA 🏆 pic.twitter.com/ZfhbSVCHEL
Kini trofi Europa League akan menjadi target operasi utama Mourinho. Ia sekarang mengincar hattrick trofi Liga Eropa. Meski sulit menjadi penantang gelar juara di Serie A selama dua musim ini, itu tak masalah asalkan di Eropa, Roma kembali berjaya. Namun sebelum itu terjadi, Mourinho bersama skuad AS Roma-nya harus lebih dulu melewati RB Salzburg di babak playoff Liga Eropa.
Sumber Referensi : planetfootball, bleacherreport, talksports, sportingnews