Marco Reus tidak tahu harus menghadap ke mana lagi usai wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Dortmund vs Mainz. Ia pun memilih menutupi wajahnya. Tak mau melihat raut muka puluhan ribu pendukung Dortmund.
Dortmund gagal menyabet juara Bundesliga. Sudah pasti para penggemar sedih. Perasaan mereka hancur berkeping-keping. Tapi, tidak ada yang lebih nahas daripada Reus. Tidak ada yang lebih remuk hatinya ketimbang Reus. Ia menangis. Tapi ia tak mau air matanya terlihat oleh pendukung Dortmund sehingga berkali-kali harus disekanya. Edin Terzic, sang pelatih, mencoba menenangkan Reus.
Gagalnya Dortmund menjadi juara Bundesliga setelah ditahan imbang Mainz membuat Reus berada dalam sorotan. Namun, sorotan itu bukan berupa kekecewaan. Melainkan semacam bentuk kecintaan pada sang pemain. Ya, semua orang mencintai Reus. Bahkan bagi mereka yang bukan penggemar Borussia Dortmund. Pertanyaannya, mengapa?
Daftar Isi
Kesetiaan
Pertama dan yang paling utama, adalah soal kesetiaan. Reus ingin memberi tahu pada semua orang bahwa kesetiaan di dunia sepak bola itu masih ada. Saat pemain berstatus “One Man Club” itu mulai langka, Reus memperlihatkan bahwa ia adalah salah satunya. Loyalitasnya pada Dortmund tak terbantahkan.
Reus sudah masuk ke akademi muda Dortmund sejak 1996. Namun, fisiknya yang kecil dan kemampuannya yang masih prematur sulit mengantarkannya masuk ke skuad Dortmund. Reus dilego ke LR Ahlen dan sampai pula di Borussia Monchengladbach.
22-year-old Marco Reus for Borussia Mönchengladbach during the 2011/2012 season:
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) February 4, 2022
✅37 games
⚽️21 goals
🅰️14 assists
Elite. pic.twitter.com/ELzsSYX4E1
Dilepas Dortmund kala usianya masih muda, Reus tak masalah. Ia sama sekali tidak menaruh dendam pada tim tempat kelahirannya itu. Dari sinilah apa yang disebut loyalitas itu muncul. Reus mentereng di Gladbach. Dortmund akhirnya memulangkannya pada 2012.
Jurgen Klopp, pelatih Dortmund waktu itu, sangat meminati Reus. Ia mau timnya lebih kuat lagi setelah juara. Reus menandatangani kontrak di Dortmund pada 2012. Die Borussen butuh 17 juta euro untuk mengembalikan mantan anak didiknya sendiri. Nominal yang murah bagi Reus.
Malangnya, setelah Reus datang, Dortmund belum lagi juara Bundesliga. Ia bahkan tak pernah mengangkat trofi itu. Di sinilah loyalitas yang berbicara. Para pemain hebat keluar-masuk Signal Iduna Park. Bergantian pemain top menjadi partner Reus di sana. Aubameyang, Mario Gotze, Robert Lewandowski, sampai Erling Haaland pernah menjadi tandem Reus.
Namun, mereka satu per satu meninggalkan Reus. Yang teranyar, kalau jadi, Jude Bellingham juga akan meninggalkan Reus. Tapi, Reus sendiri? Ia bergeming. Reus tetap berseragam hitam dan kuning khas Dortmund. Ia tetap berpendar sendiri. Membaur di tengah The Yellow Wall, barisan pendukung Die Borussen.
Lewandowski, Haaland, Aubameyang, Götze, Gündogan, Dembele, Sancho, Hummels…
— Sala12 (@OficialSala12) May 27, 2023
Marco Reus teve muitos craques como companheiros de time em seus mais de 10 anos de Borussia Dortmund.
Todos se foram, ele permaneceu.
Amanhã, ele finalmente pode ser campeão alemão pelo BvB. pic.twitter.com/YHiJiTHuXl
Totalitas
Marco Reus tak hanya terbuat dari loyalitas, kesetiaan, dan cinta. Tapi sel-sel di dalam tubuhnya juga mengalir apa yang disebut orang totalitas. Ya, Reus adalah pemain yang totalitas. Untuk itulah semua orang mencintainya. Reus selalu memberikan seluruh tenaganya untuk tim.
Kalian lihat bagaimana Reus bermain menghadapi Mainz? Meski tak menjadi starter, namun saat masuk di tengah ketertinggalan, Reus mengeluarkan seluruh kekuatan. Demi gelar juara Bundesliga. Lagi pula Dortmund sudah kepalang unggul dari Bayern Munchen. Kemenangan adalah mutlak.
Marco Reus when his team needed him most. You have to at least hit the target in this moment. He’s as much to blame for Dortmund bottling as anyone. pic.twitter.com/bNcpZcOosq https://t.co/kfUhgvIWgM
— Hesh (@HeshComps) May 27, 2023
Reus terus mengejar bola. Melihat celah-celah di pertahanan Mainz. Menciptakan peluang. Namun, apa yang dilakukannya tak berhasil. Para pemain Mainz kadung bisa membaca permainan Dortmund setelah masuknya Reus. Ruangnya dibatasi. Reus hanya bisa melepas 18 umpan dari 25 percobaan di laga itu.
Ia juga cuma melepas satu umpan silang akurat dari dua kali percobaan. Sentuhannya di laga itu cuma 38. Reus sungguh-sungguh dibatasi. Namun, melihat statistiknya itu, Reus membuktikan kerja kerasnya. Barangkali kalau Reus masuk jadi starter dan memimpin Dortmund sejak peluit sepak mula, hasilnya bakal lain. Tapi apalah hendak dikata, bukan itu yang direncanakan Terzic.
Well, tidak hanya di Dortmund Reus menunjukkan totalitasnya. Selama membela Gladbach pun sama. Reus membantu Die Fohlen terlepas dari degradasi pada 2011. Ia juga mencetak 18 gol selama musim 2011/12 di Gladbach.
1️⃣0️⃣ years ago…
— Luca 🦦 (@L89_BVB) January 4, 2022
4th January 2012, Borussia Dortmund announced the signing of Marco Reus for 18M from Borussia Mönchengladbach for the upcoming 2012/2013 season. 🤝
148 Goals & 104 Assists for Borussia Dortmund.
Legend of the Bundesliga, and of BVB. 🇩🇪🖤💛 pic.twitter.com/8FGQVjvN7k
Gaya Bermain
Hal lain yang membuat Reus dicintai adalah gaya bermainnya. Mantan pelatihnya, Lucien Favre pernah bilang, Reus selalu memberi seluruh kemampuannya di setiap laga, terutama apabila bermain di posisi favoritnya. Tempat favorit Reus adalah di tengah. Ia bisa menjadi penyerang lubang maupun gelandang serang.
Di Dortmund, bahkan Reus pernah diplot sebagai penyerang tengah. Kreativitas menjadi kunci permainan Reus. Maka dari itu, siapa pun yang bekerja sama dengannya akan bersinar. Haaland, misalnya.
Erling Haaland and Marco Reus link up to give Dortmund their first away win against Hoffenheim in eight years 🤝#TSGBVB highlights 📽️ pic.twitter.com/3VFiY0wMM7
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) October 17, 2020
Pemain Norwegia itu mungkin tidak akan menjadi komoditas terpanas musim lalu andai tak bermain bersama Reus. Reus dan Haaland di Dortmund sebelumnya adalah kolaborasi yang mantap. Reus sering memanjakan sang penyerang. Haaland selalu bisa mengkonversi umpan daerah yang dikirim Reus menjadi gol.
Mentalitas Reus di lapangan juga tak terbantahkan. Selain gaya bermainnya yang berefek pada permainan tim, mentalitas yang dimiliki Reus juga berpengaruh besar. Makanya, ia menjadi kapten. Reus selalu menyalurkan mentalitasnya di lapangan maupun ruang ganti. Lihatlah di laga menghadapi Mainz. Setelah Reus masuk, Dortmund bisa menyamakan kedudukan.
Sering Apes
Marco Reus nyaris sempurna sebagai pemain. Jurgen Klopp pernah menjamin Reus akan menjadi pemain paling dominan di Bundesliga. Namun, satu saja yang kurang. Reus terlalu akrab dengan kesialan. Musim ini contohnya. Saat gelar Bundesliga di depan mata, Reus justru gagal mendapatkannya.
BREAKING : Marco Reus dipastikan absen di ajang Piala Dunia 2022 karena cedera. 🤕
— Extra Time Indonesia (@idextratime) November 10, 2022
Pildun 2014 ❌
Euro 2016 ❌
Euro 2020 ❌
Pildun 2022 ❌
Apes.. 😔 pic.twitter.com/tdhR4eUSxU
Selain itu, pemain ini juga sangat akrab dengan cedera. Cedera itulah yang sering kali menghambat karier Reus di level internasional. Debutnya di Timnas Jerman dimulai di babak semifinal UEFA Euro 2012.
Namun, Jerman waktu itu kalah dari Italia. Reus lalu dipanggil lagi untuk membela Jerman di Piala Dunia 2014 berkat delapan gol dan lima asisnya di paruh musim 2013/14. Apesnya, impian Reus untuk tampil di Piala Dunia kandas karena mengalami cedera pergelangan kaki di laga persahabatan kontra Armenia sebelum Piala Dunia di Brasil bergulir.
Jerman juara Piala Dunia waktu itu. Dan Mario Gotze, teman akrab Reus, berselebrasi dengan membentangkan jersey “21” Reus di atas podium. Ini menunjukkan bahwa Reus juga dicintai kawan-kawannya di Timnas Jerman. Setelah Piala Dunia 2014, apes masih menghantui Reus.
Mario Gotze membawa Germany menjadi juara WC2014 & mendedikasikan gelar World Cup 2014 kepada sahabatya REUS!! pic.twitter.com/M2Vqdr5Tbt
— Fans Marco Reus (@mreus11team) July 22, 2014
Jelang EURO 2016, Reus cedera. Pada Piala Dunia 2018, saat Reus tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya, Jerman justru gugur di fase grup. Pemain Dortmund itu tidak menjadi pilihan di EURO 2020. Namun, Reus kembali di Piala Dunia 2022, jika tidak cedera pergelangan kaki lagi.
Keapesan demi keapesan inilah yang membuat Reus dicintai. Atau, mungkin tidak hanya dicintai, tapi dikasihani. Ini pemain bagus, penampilannya selalu mengesankan, tapi sayangnya, selalu dikalahkan oleh keadaan.
Tidak Neko-Neko
Marco Reus juga bukan pemain yang neko-neko. Ia tidak parlente atau hidup dengan menunjukkan kemewahan. Meski ia bisa melakukan itu. Reus selalu sederhana. Jarang ada skandal yang melibatkannya. Reus juga selalu jujur kepada penggemar. Memperlihatkan rasa cintanya pada penggemar.
Ia menghargai penggemar, menghormatinya seperti jenderal di tengah peperangan. Ketika penggemar terluka, Reus ikut terluka. Saat seluruh penghuni Signal Iduna Park menyanyikan chants kesedihan, Reus lebih sedih lagi. Reus juga rendah hati. Ia tak segan untuk menyapa dan melayani penggemar Dortmund.
Meanwhile, in Dortmund, Marco Reus shows his bartending skills at the #BVB fan club Christmas party.
— DW Sports (@dw_sports) December 3, 2018
What. A. Man 😍
(Via @BVB_Fanb)pic.twitter.com/BSFR1wMtbL
Bahkan Reus juga tak masalah jika harus menyapa fans lawan. Begitulah Reus. Walau digoda banyak tim besar, kesetiaannya tak tergoyahkan. Totalitas, kecintaan, dan pengaruhnya untuk Dortmund, membuat siapa pun akan tersentuh ketika melihatnya menangis di hadapan The Yellow Wall.
Thanks, kapten! Mudah-mudahan suatu hari nanti, anda bisa tertawa lepas di tengah-tengah lautan penggemar Dortmund, tentu saja dengan trofi Bundesliga berada dalam genggaman.
Sumber: Quora, Fearthewall, Bundesliga, AlArabiya, BrekingTheLines, Sofascore, TheFlanker