Akhir Suram Gelar Liga Champions Terakhir Fergie Buat MU

spot_img

Seumur hidup Sir Alex Ferguson tidak akan pernah memaafkan Cuneyt Cakir, wasit asal Turki. Gara-gara dia, rencana mulia Fergie membawa Manchester United juara Liga Champions di musim terakhirnya, gagal total. Yah, sesabar-sabarnya orang tua yang satu ini, kalau sudah dikerjain wasit bakalan ngamuk dan tidak terima juga.

Lho, ini sedang ngomongin apa? Liga Champions yang mana? Gini, gini. Peristiwa itu terjadi pada Liga Champions musim 2012/13. Lebih tepatnya kala Manchester United berjumpa Real Madrid di babak 16 besar. Waktu itu, Setan Merah merasa dirugikan karena Luis Nani dikartu merah.

Fergie sampai disanksi buntut luapan kemarahannya pada Cuneyt Cakir. Emang gimana sih, ceritanya? Mari kita membahas kronologinya.

Manchester United Incar Trofi Liga Champions 2012/13

Musim 2012/13 dikenang sebagai musim terakhir Sir Alex Ferguson menangani Manchester United. Di musim tersebut, fans United ingat tim kesayangannya juara Liga Inggris. Mengumpulkan 89 poin, MU tidak terkejar dari sang rival yang hanya memperoleh 78 poin.

Selain indahnya gelar juara Liga Inggris, momen menyesakkan harusnya juga tidak dilupakan oleh fans United dari Stockport hingga Kalibata. Ya, momen itu adalah saat gelar Liga Champions terakhir Sir Alex untuk Manchester United justru berakhir mimpi buruk.

Perjalanan United sebetulnya mulus di Liga Champions musim tersebut. Apalagi musuh di fase grup bukan tim yang sanggup menghempaskan mereka. Galatasaray, CFR Cluj, dan Braga lebih cocok melawan Persitema Temanggung ketimbang menjegal pasukan Sir Alex. Meski kalah di dua laga, Michael Carrick dan kolega melangkah mulus ke babak 16 besar setelah menjadi juara grup.

Total 12 poin mereka tak mampu dikejar Braga yang berada di posisi paling buncit. Cara mendapat poinnya pun gagah sekali. United tidak melewatkan satu pun dari empat pertandingan pertama tanpa kemenangan. Kecuali melawan Galatasaray di laga pertama, United selalu mencetak lebih dari satu gol.

Javier “Chicharito” Hernandez dan Robin van Persie berebut menjadi top skor klub di Liga Champions saat itu. Keduanya bahkan sama-sama mencetak tiga gol di fase grup.

Bertemu Real Madrid

Menjadi juara grup adalah rencana yang bagus. Dengan begitu Manchester United bisa menghindari juara grup dari tim lain. Sebab umumnya, juara grup di Liga Champions adalah tim yang tangguh, kuat, dan minimal mandi kembang tujuh rupa untuk mengalahkannya. Karena United berada di Grup H, mereka akan menghadapi runner-up Grup D yang diprediksi bakal ditempati Dortmund.

Namun, itu hanyalah rencana bagus bukan rencana yang tepat. Tidak ada rencana tepat, kecuali rencana dari Tuhan. Dan Tuhan pada waktu itu, sepertinya tak sudi berkomplot dengan setan. Alih-alih bertemu Dortmund, United justru berjumpa Real Madrid. Lho, kok bisa?

Jadi, begini. Di atas kertas Real Madrid semestinya mampu menjadi juara grup, wong lawannya cuma Manchester City, Ajax, dan Borussia Dortmund. Ingat, lur, City saat itu belum dilatih Josep Guardiola. Jangan kaget kalau The Citizens malah finis di posisi paling bongsor di Grup D.

Nah, persoalannya Real Madrid gagal membuat rapornya di fase grup tanpa nilai merah. Asuhan Jose Mourinho kalah ketika bertandang ke Signal Iduna Park di pertandingan ketiga. Kekalahan itulah yang bikin Real Madrid finis di belakang Die Borussen. Pertemuan melawan Manchester United pun tak dapat dihindari.

Laga Melawan Real Madrid

Tibalah saat Manchester United bertemu Real Madrid di 16 besar. Di laga pertama, Setan Merah bertandang lebih dulu ke Santiago Bernabeu. Sir Alex tak pernah gentar menghadapi lawan mana pun, termasuk Real Madrid. Lagi pula menghadapi Los Galacticos asuhan Jose Mourinho adalah pertaruhan harga diri. Bisa malu tujuh turunan kalau sampai kalah dari Mourinho.

United-nya Fergie pernah dikalahkan Porto-nya Mourinho. Kekalahan itu menjadi bahan bakar Mourinho untuk mengejek balik Fergie kala ia menukangi Chelsea.

Saat Mourinho melatih Chelsea dan jor-joran membeli pemain, Fergie bilang bahwa untuk menjadi juara tak perlu pemain mahal. Mourinho membalasnya dengan mengungkit kekalahan skuad MU yang mewah atas Porto di 2004.

Di hadapan 80 ribu penonton yang memadati Bernabeu, United menahan imbang Los Galacticos. Sempat unggul lebih dulu lewat Danny Welbeck di menit 20, sepuluh menit kemudian sang mantan menjadi mimpi buruk setelah mencetak gol penyama kedudukan.

Petaka sesungguhnya terjadi di pertandingan kedua. Tapi Fergie sebelum laga tidak punya firasat buruk. Menahan imbang Los Merengues di markasnya, Fergie yakin bisa menang di Old Trafford. Keyakinan dan semangat itu ia transfer ke pemain. Energi para pemain pun naik berkali-kali lipat sebelum menginjakkan rumput Old Trafford.

Petaka Itu….

Di hadapan hampir 75 ribu pasang mata, Fergie menginstruksikan anak asuhnya untuk fight. Lini serang yang dimotori Van Persie, Nani, Welbeck, dan Ryan Giggs terus menggempur pertahanan Los Merengues. Namun, gol justru datang dari kaki pemain Real Madrid.

Lewat sebuah serangan cepat, Luis Nani berhasil mengirim umpan. Namun, Welbeck yang mungkin semalam begadang, tak becus menyambut umpan yang 99,6% akan menghasilkan gol itu. Bola tersebut justru mendarat di kaki Sergio Ramos.

Sang pemain sepertinya juga baru pulang ngeronda, sehingga alih-alih menghalau bola keluar, Ramos justru memasukkannya ke gawang sendiri. Unggul satu gol, Manchester United kian percaya diri. Fergie semakin yakin kalau “wirid”-nya akan terwujud.

Namun, pertandingan masih panjang. Di sisa laga, mimpi buruk benar-benar menyergap Manchester United. Sekitar menit ke-55, Luis Nani, pemain yang berkali-kali membuat pertahanan Real Madrid tak ubahnya Wigan Athletic, dikartu merah oleh Cakir, setelah dianggap menendang perut Alvaro Arbeloa.

Fergie yang duduk manis seketika berdiri dan meneriaki wasit sialan itu. Fergie yang ramah tiba-tiba marah. Ia tak percaya kalau apa yang dilakukan Nani layak diganjar straight red card, alih-alih kartu kuning. Jika dilihat dari tayangan ulang, Nani seakan tidak sengaja menendang perut Arbeloa.

Nani berusaha merebut bola. Tapi ketika kakinya mengangkat untuk menjangkau bola, bersamaan dengan itu Arbeloa menerjang. Namun, apalah hendak dikata, keputusan wasit adalah mutlak. Nani dikeluarkan. MU yang bertenaga menjadi sempoyongan. Mourinho yang oportunis melihat adanya momentum untuk membalikkan keadaan.

Ia memasukkan Luka Modric beberapa saat setelah Nani dikeluarkan. Situasi pun berubah dalam sekejap. Madrid menjadi lebih leluasa untuk giliran mengobrak-abrik pertahanan United. Kurang dari 10 menit sejak dimainkan, Modric mencetak gol spektakuler penyama kedudukan.

Tiga menit setelah gol Modric, sang mantan kembali menjadi pisau penyayat luka. Gol yang dicetak Cristiano Ronaldo mengantarkan Real Madrid ke perempat final. Real Madrid bersuka cita, sedangkan Fergie merutuki keputusan wasit yang kontroversial.

Fergie yang Tak Terima

Di ruang ganti, Fergie masih bingung dan marah atas keputusan Cakir. Kemarahan itu sampai membuat Fergie yang tak pernah meminta stafnya mewakilinya di konferensi pers usai laga, tak sudi hadir. Fergie mengutus Mike Phelan untuk menjelaskan kekalahan itu.

Banyak pihak, termasuk stafnya Fergie percaya apa yang dilakukan Nani memang kasar dan layak disebut pelanggaran. Namun, tidak tepat untuk mendapatkan kartu merah. Arbeloa, dalam kasus ini dianggap mendramatisir. Namun, Mourinho jelas membela anak asuhnya. Menurut The Special One, Arbeloa bukan sosok pemain yang hobi berpura-pura.

MU sendiri, menurut Phelan, berusaha menghindari kejadian seperti tiga tahun lalu. Tiga tahun sebelumnya, United juga tersingkir namun di perempat final, usai Rafael da Silva dikartu merah kala menghadapi Bayern Munchen. Akan tetapi usaha untuk menghindari kesalahan tersebut tak berhasil. United kembali terhenti setelah kehilangan satu pemainnya.

Fergie sangat terpukul atas kekalahan itu. Rencananya memberi lebih dari dua trofi Liga Champions selama di United, kandas dan berakhir menjadi kenangan suram.

Selain harus membayar 10 ribu euro karena mangkir dari konferensi pers, para pekerja media menjejali berita dengan menyimpulkan bahwa, kekalahan atas Mourinho setara dengan beberapa kekalahan terburuk Sir Alex Ferguson sepanjang sejarah.

Sumber: BBC, TheGuardian, Independent, BelfastTelegraph, BBCIndo, Watchmojo

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru