Salah satu yang membuat Manchester United termasuk klub terbaik adalah bagaimana Old Trafford sudah menjadi rumah bagi para pemain berkelas dari masa ke masa. Bahkan banyak diantaranya yang menjadi legenda setan merah dengan bertahan di klub sampai akhir karirnya, seperti Ryan Giggs atau Paul Scholes.
Banyak juga nama-nama pemain berkelas yang keluar masuk Old Trafford. Itu sudah jadi hal yang lumrah bagi klub sepak bola. Tapi untuk beberapa pemain, Manchester United menyesal karena sudah menjual mereka. Bisa karena pemain tersebut adalah pemain vital di klub, atau punya banyak potensi untuk berkontribusi lebih di MU. Berikut daftar 7 penjualan paling disesali Manchester United.
Daftar Isi
Paul Pogba
Paul Pogba adalah kesalahan Alex Ferguson yang harus dibayar mahal. Sebab, Manchester United menjual Pogba hanya sebesar 800 ribu poundsterling saja ke Juventus pada tahun 2012. Sebelumnya, Pogba datang ke Old Trafford pada tahun 2009 dari Le Havre ketika dirinya masih berusia 16 tahun. Dengan usianya yang masih sangat muda, Pogba tentu saja tidak bisa langsung masuk ke tim utama. Ia harus bermain di tim akademi terlebih dahulu.
Paul Pogba in the 2009/10 FA Youth Cup. pic.twitter.com/3EGoO6MzoZ
— Scouted Football (@scoutedftbl) January 7, 2021
Namun, selepas dari akademi pun Pogba tidak kunjung dapat kesempatan bermain oleh Alex Ferguson. Padahal untuk seorang pemain muda, sangat penting untuk mendapatkan menit bermain. Tapi Ferguson masih belum juga menaruh kepercayaan kepada dirinya. Tercatat, Pogba hanya bermain tiga kali saja di tim senior setan merah. Pogba yang kecewa akhirnya mengambil keputusan sulit untuk pindah ke Juventus.
Keputusan Pogba untuk pindah nyatanya merupakan keputusan yang terbaik. Di Juventus ia mendapatkan kepercayaan lebih untuk bermain. Pogba pun menjelma sebagai gelandang yang mematikan di Serie A. Ketika MU membutuhkan seorang gelandang, mereka pun kembali membeli Pogba. Kali ini harga Pogba sudah melambung tinggi padahal hanya empat tahun berselang. Setan Merah harus mengeluarkan uang sebesar 89 juta poundsterling di tahun 2016.
Chicharito
Sejak kedatangannya di tahun 2010, Javier Hernandez atau yang akrab disapa Chicharito langsung jadi pemain favorit para penggemar setan merah. Bagaimana tidak, ia mampu mencetak 20 gol di musim debutnya bersama Manchester United. Ia bahkan pernah mencatat rasio menit per gol terbaik di Premier League.
Meskipun posisi Chicharito semakin tergantikan setelah MU kedatangan Robin van Persie, Chicharito masih tidak mengecewakan. Ia tetap mencetak gol-gol penting dari bangku cadangan. Ia bahkan bisa menjadi supersubs baru seperti Ole Gunnar Solskjaer dulu. Namun, karena berselisih dengan Moyes dan van Gaal setelah kepergian Ferguson, Ia pun dijual ke Bayern Leverkusen pada tahun 2015.
Chicharito came off the bench to equalize for his side and to score the winner (4-3) Huddersfield.
Would you have liked for him to stay at Manchester United?👇🏽 pic.twitter.com/LlvosEQOFT
— Isiah Madrigal (@Realisiah1) March 16, 2019
Menjadi pemain buangan Manchester United, Chicharito tampil cukup memuaskan di Bundesliga. Ia mencetak 26 gol di semua kompetisi bersama Leverkusen pada musim pertamanya di Jerman. Uniknya, yang menyesalkan kepergian Chicharito adalah Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal itu menyesal belum sempat mengelolanya di MU. Jika saja Chicharito tidak buru-buru dijual MU, ia bisa menjadi ujung tombak di masa kelam mereka
Patrice Evra
Delapan tahun lamanya Evra berseragam setan merah. Delapan tahun penuh dengan trofi dan penghargaan bersama Manchester United yang diakhiri begitu saja di tahun 2014. Hanya dua bulan setelah Evra menandatangani kontrak baru bersama MU. Evra memang sudah punya rencana untuk hengkang sejak Ferguson memutuskan pensiun. Tapi kepergian Evra juga tidak lepas dari MU yang sudah membeli bek kiri baru, Luke Shaw.
Evra hengkang, nomor 3 jadi milik Luke Shaw? pic.twitter.com/TT7TsEVEsW
— Manchester United (@DevilUnitedFC) July 21, 2014
Namun, MU baru sadar sesuatu setelah Evra pergi. Bahwa Luke Shaw sering mengalami cedera sehingga diharuskan menepi lapangan. Luke Shaw memang bek sayap yang berbakat, tapi kakinya terbuat dari kaca. van Gaal sampai harus sering-sering merotasi Daley Blind di posisi bek kiri untuk menjadi pelapis Luke Shaw.
Jaap Stam
Jaap Stam bisa dibilang sebagai bek paling sukses di Premier League. Ia adalah bek yang tinggi, kuat secara fisik, dan ahli dalam duel di udara namun tetap memiliki kecepatan yang mumpuni. Kemampuan tersebut memberikan intimidasi kepada setiap lawan yang berdiri di hadapannya.
Stam menjadi bagian penting dari perjalanan skuad Ferguson meraih treble winner di tahun 1999. Selama di MU, Stam juga sudah mempersembahkan tiga gelar Premier League di tahun 1999, 2000, dan 2001. Ia seperti ditakdirkan untuk menjadi legenda di MU dan bertahan di Old Trafford untuk waktu yang lama. Namun ia hanya bertahan selama tiga tahun saja di MU setelah terlibat konflik dengan Alex Ferguson. Ia dijual ke Lazio seharga 16,5 juta euro di tahun 2001.
Jaap Stam
Kariernya bersama United berakhir pada 2001 saat Sir Alex Ferguson menyebut dirinya telah kehilangan kecepatan. Satu keputusan yang belakangan amat disesali sang manajer legendaris sepanjang kariernya. pic.twitter.com/mHAZBC7V6T
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) April 8, 2020
Bertahun-tahun setelahnya, Ferguson mengaku sangat menyesal dengan keputusannya saat itu. Ia mengungkapkan bahwa membiarkan Stam pergi adalah keputusan terburuk yang pernah ia buat. Stam seharusnya bisa bertahan lebih lama di MU dan menjadi bagian dari legenda yang dihormati di Old Trafford.
Gerard Pique
Selain Stam, ada bek tengah lain yang menjadi penyesalan Ferguson. Pemain itu adalah Gerard Pique, salah satu produk asli La Masia terbaik di generasi ini. Ia menjalani debut pertandingan penuhnya di MU pada tahun 2006 tapi tidak pernah bisa masuk ke dalam skuad utama. Ya, itu karena di susunan pemain utama, Ferguson sudah memiliki duet Ferdinand dan Vidic. Meskipun Pique adalah pemain muda yang menjanjikan, mau sebagus apapun seorang bek tengah tidak akan ada yang bisa mengalahkan paket lengkap Ferdinand dan Vidic saat itu.
Gerard Piqué not being able to get a kick during his time at Manchester United was an example of just how good that Rio/Vidić partnership was. 💯 pic.twitter.com/5kDjcKQR6S
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) February 26, 2021
Pique juga sudah kangen dengan kampung halamannya. Jadi, ketika kesempatan untuk Pique bisa pulang ke Barcelona datang di tahun 2008, ia langsung meminta Ferguson melepasnya dengan harga murah. Keputusan yang sulit bagi Sir Alex, namun ia juga tidak bisa menampik fakta bahwa karirnya jauh lebih mulus di Barcelona.
Bergabung bersama Barcelona, Pique tidak butuh waktu lama untuk menjadi salah satu bek terbaik di dunia. Ia banjir trofi bersama Blaugrana dan juga timnas Spanyol. Kepergian Pique dari MU memang keputusannya sendiri dan bukan salah siapa-siapa. Tapi bagaimanapun juga Ferguson pasti menyesal tidak mempertahankan Pique lebih lama lagi.
David Beckham
David Beckham mungkin pemain yang paling terkenal punya masalah dengan Ferguson. Beckham merupakan produk asli akademi Manchester United dan sudah bergabung dengan setan merah sejak usianya masih 16 tahun. Menjalani debutnya bersama tim senior MU sejak umur 17 tahun dan menjalani 12 tahunnya bersama setan merah. Ia pun menjelma sebagai gelandang terbaik pada saat itu.
A young David Beckham at Manchester United. pic.twitter.com/DiFw1Hr9Yu
— 90s Football (@90sfootball) October 21, 2021
Konflik dengan Ferguson mengharuskannya untuk pergi ke Madrid di tahun 2003. Apakah fans dan Ferguson menyesali kepergiannya saat itu? mungkin tidak juga. Kepergian Beckham memungkinkan Ferguson mencari talenta muda baru yang membuat Cristiano Ronaldo diboyong ke Old Trafford. Beckham juga tidak mendapatkan banyak trofi di Real Madrid, meskipun skillnya tidak menurun sama sekali.
Namun, bagaimanapun juga setiap penggemar Manchester United akan lebih senang jika bisa tetap menyaksikan umpan silang dan tendangan bebas mematikannya lebih lama lagi di Old Trafford. Dan kepergiannya yang dikarenakan konflik membuat itu terkesan terlalu terburu-buru. Itu yang membuat Manchester United seharusnya menyesal tidak mempertahankan Beckham.
Cristiano Ronaldo
Pasti para fans berandai-andai setelah melihat rekam jejak sejarah yang diukir Ronaldo setelah sang pemain hengkang dari Old Trafford. Prestasi yang diraih Ronaldo di Madrid memang sangat fenomenal. Ia merupakan pemain terbaik ketika berada di Manchester, tapi menjadi semakin fantastis ketika berseragam Los Blancos.
Cristiano Ronaldo loves Real Madrid and unwaveringly showed it from his unveiling to his very last moments as a Madrid player. Real Madrid is and always will be his home, not some small club from Manchester. pic.twitter.com/JisbPoiHhu
— Dr Yash (@YashRMFC) October 20, 2022
MU membeli Ronaldo dengan harga 12 juta euro pada tahun 2003. Dan ia pun matang dibawah asuhan Ferguson. Berhasil meraih tiga trofi Liga Inggris dan satu Piala Champions League pertamanya serta meraih Ballon d’Or di usia 24 tahun. Tapi Ronaldo punya mimpi yang lebih besar dan Sir Alex Ferguson pun tidak mampu menahan pemain kesayangannya itu.
Manchester United tidak sama lagi sejak ditinggal Ronaldo pada tahun 2009. Mereka memang tetap meraih beberapa piala, tapi setan merah kehilangan sayap berkualitas sekelas Ronaldo. Bahkan ketika Ronaldo kembali lagi ke Old Trafford semua terasa tidak sama lagi seperti dulu.
Sumber referensi: Sportskeeda, 90min, B/R, Transfermrkt