64 Tahun Wales Menyusuri Jalan Curam ke Piala Dunia

spot_img

Andriy Yarmolenko mungkin jadi pemain yang paling terpukul dengan hasil minor yang dialami Ukraina. Di laga final playoff kualifikasi Piala Dunia yang dimainkan di Cardiff kemarin, ia mencetak gol bunuh diri setelah salah mengantisipasi tendangan bebas Gareth Bale. Sialnya, Ukraina tak mampu mengejar ketertinggalan.

Peluit panjang pun dibunyikan, papan skor telah menjelaskan semuanya. Ukraina harus mengakui keunggulan Wales. Kemenangan Wales membawa Gareth Bale CS berhak mengklaim satu tiket ke Piala Dunia Qatar. Skuad asuhan Robert Page bakal tergabung di Grup B bersama Inggris, Iran, serta Amerika Serikat.

Lolosnya Wales ke Piala Dunia tampak seperti keberuntungan semata. Tapi salah besar kalau kita cepat-cepat berpikir demikian. Karena perjuangan Timnas Wales menuju Qatar lebih dari sebuah laga. Mereka melewati jalan yang curam, sebelum akhirnya kembali mentas di Piala Dunia setelah penantian panjang 64 tahun.

Terperosok Di Bawah Haiti, Guatemala, bahkan Mozambik

Jauh sebelum hingar-bingar perayaan kemarin, Timnas Wales pernah berada di titik terendah. Peringkat FIFA Wales pernah terjun bebas ke urutan ke 117. Bahkan peringkat itu lebih rendah dari Haiti, negara kecil yang berada di Kepulauan Karibia.

Titik terendah ini dialami Wales sekitar tahun 2011 silam, saat mereka harus rela dikalahkan oleh Australia dalam partai persahabatan di depan publik sendiri. 11 tahun lalu, Gareth Bale yang masih muda dipermalukan Australia dengan skor 2-1 di hadapan ribuan penonton yang hadir di Stadion Cardiff City.

Mungkin laga tersebut bukan jadi yang terburuk bagi Timnas Wales. Namun, itu adalah kekalahan ketujuh dari delapan pertandingan terakhir. Dan lebih buruknya, dengan rentetan kekalahan tersebut, mereka terlempar ke peringkat 117 FIFA. 

Dilansir The Guardian, kala itu peringkat FIFA Wales bahkan tidak lebih tinggi dari negara-negara asing yang namanya jarang terdengar seperti, Guatemala, Kepulauan Faroe dan Mozambik.

Bermain Tanpa Manajer

Setelah itu sepakbola Wales mulai bangkit. Mengandalkan warisan dari Mark Hughes dan mendiang Gary Speed, Chris Coleman membantu Wales ke naik level berikutnya. Di tangan Coleman, Wales berhasil lolos ke Euro 2016.

Tak tanggung-tanggung, Coleman membawa skuadnya menembus partai semifinal. Mengandalkan trio Gareth Bale, Aaron Ramsey, dan Hal Robson-Kanu, bahkan Wales meraih kemenangan luar biasa atas Belgia untuk mengamankan satu tiket ke semifinal. Sayang, Portugal yang kala itu keluar menjadi juara menghentikan laju Wales.

Setelah kompetisi yang luar biasa itu, Permasalahan internal kembali menghampiri skuad The Dragons. Sepakbola Wales mengalami krisis kecil pada tahun 2021. Mereka berhasil lolos ke Euro namun tanpa seorang manajer.

Mantan pemain Manchester United, Ryan Giggs yang di plot sebagai pengganti Chris Coleman pada 2018 malah tersandung kasus kekerasan dalam rumah tangga. Akhirnya ia pun diskors dan harus menarik diri dari segala aktifitas yang berbau sepakbola. Apa pun itu meski demi membela tanah air.

Federasi sepakbola Wales pun memutar otak untuk mencari pengganti Giggs secepat mungkin. Di tengah kepanikan mereka akhirnya menunjuk sang asisten pelatih, Rob Page untuk menangani skuad Timnas Wales. 

Padahal Robert Page sama sekali tak memiliki pengalaman sebagai seorang manajer utama sebuah klub sepakbola papan atas apalagi sekelas tim nasional. Ini merupakan hal yang baru baginya.

Page hanya diberi waktu tiga bulan untuk mempersiapkan tim menuju Euro. Menariknya ia membentuk Wales sebagai tim yang memiliki kekompakan sangat baik. Kemistri yang kuat di skuad Robert Page mengantarkan mereka bergabung dengan Italia, Swiss dan Turki di Grup A Euro 2021. Sayang, mereka hanya mentok di 16 besar setelah kalah dari Denmark dengan skor 4-0.

Banyak dihuni Pemain Buangan 

Roda pun kembali berputar, kini Rob Page menjadi manajer pertama yang berhasil mengantarkan The Dragon kembali berlaga di Piala Dunia setelah penantian panjang 64 tahun lamanya. Menariknya, skuad Rob Page di Piala Dunia nanti berisikan pemain-pemain yang kurang lebih sama dengan dirinya. Diremehkan namun tetap harus tabah menjalani.

Beberapa pemain Timnas Wales menjadi pahlawan di negaranya. Namun di klub mereka bermain, justru terabaikan. Contohnya saja Wayne Hennessey, penjaga gawang berusia 35 tahun yang menjadi pahlawan di laga final playoff dengan membuat sembilan penyelamatan melawan Ukraina.

Hennessey bahkan tidak bermain sejak 2 Januari kemarin. Ia tersingkir dari skuad inti Burnley lantaran kalah bersaing dengan kiper Inggris, Nick Pope. Selama musim 2021/2022 saja, Hennessey hanya memainkan dua laga Premier League bersama Burnley.

Contoh lain ada Aaron Ramsey yang jadi pemain pesakitan di Juventus. Ramsey yang tak terpakai di Juventus akhirnya dipinjamkan ke klub Skotlandia, Rangers. Di Skotlandia pun ia tak mampu mengamankan satu kursi di skuad utama Van Bronckhorst. Ia hanya memainkan 5 pertandingan liga bersama Rangers. 

Selain itu ada pemain muda Ethan Ampadu yang tak kunjung menembus skuad utama Chelsea. Ia selalu dipinjamkan ke beberapa klub gurem. Terakhir ia hanya bermain di klub papan bawah Liga Italia, Venezia. Bersama Venezia pun performanya tak istimewa, ia bahkan tak mampu menyelamatkan tim dari lembah degradasi.

Masih kurang? Sang mega bintang dan tulang punggung Timnas Wales, Gareth Bale juga berstatus pemain yang terbuang di klubnya, Real Madrid. Tak lagi menjadi pilihan utama, musim lalu ia hanya memainkan 7 laga di semua kompetisi. Terlebih jumlah laga yang tak seberapa itu hampir semuanya ia mulai dari bangku cadangan.

Namun, semua anggapan miring berubah kala mereka membela timnas. Pemain-pemain buangan ini bak dihidupkan kembali oleh Naga yang tersemat di dada. Pemain-pemain ini menemukan tempat di mana mereka dihargai.

Belum Bisa Lepas dari Gareth Bale

Satu hal yang harus diingat oleh Rob Page dan seluruh masyarakat Wales adalah pemain-pemain yang dihidupkan kembali itu tak akan selamanya membela timnas. Tak bisa dipungkiri, di usia Bale yang telah mencapai 32 tahun, Wales belum lepas dari ketergantungan terhadap pria yang menggemari olahraga Golf ini.

Bale merupakan salah satu talenta terbaik yang dimiliki Wales. Di masa-masa keemasan bersama Real Madrid, ia telah memenangkan segalanya. Dari gelar La Liga hingga trofi Champions League. Mungkin jika bukan karena cedera, level permainannya bisa menyamai Cristiano Ronaldo, namun versi kaki kirinya.

Ketergantungan Wales pada Bale bisa kita lihat di beberapa edisi ajang internasional yang diikuti Wales. Bahkan gol yang membawa Wales berlaga di Piala Dunia Qatar tidak lain dan tidak bukan adalah buah karya Gareth Bale. 

Mungkin selain kembalinya Wales ke Piala Dunia, kontribusi Bale dalam membantu mempopulerkan sepakbola menjadi olahraga nomor 1 di Wales akan jadi warisan yang sempurna untuk negaranya. 

Sepak bola Wales sebelumnya memiliki reputasi yang tidak lebih baik dari Rugby. Dan kini, dilansir The Athletic, mereka mengungkapkan 47 persen masyarakat Wales menyebut sepakbola sebagai olahraga favorit mereka, unggul dua poin atas Rugby yang mengumpulkan poin 45 persen.

Piala Dunia Qatar mungkin jadi ajang internasional terakhir Gareth Bale bersama Wales. Pemain 32 tahun itu mencanangkan ingin pensiun dalam waktu dekat dan apabila Qatar benar-benar jadi panggung terakhir Bale, dalam beberapa tahun mendatang, regenerasi bakal jadi pekerjaan utama sepakbola Wales. 

https://youtu.be/0b7D3nutNbU

Sumber: The Athletic, The Guardian, BBC, NyTimes

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru