6 Pemain yang Pernah Bermain Untuk Lebih dari Satu Timnas

spot_img

Sudah hal wajar bagi pemain sepakbola untuk ganti klub. Namun, adakah yang mengingat seseorang berpindah tim nasional? Ya, ternyata ada. Contohnya yang mungkin paling baru adalah pemain muda Bayern Munchen, Jamal Musiala. Dirinya pernah membela timnas Inggris U-19 dan U-21 sebelum saat ini membela timnas senior Jerman.

Meskipun terdengar agak aneh, tapi memang nyatanya sebelum Jamal Musiala sudah ada beberapa pesepakbola yang pernah bermain untuk lebih dari satu tim nasional. Untuk itu, berikut adalah daftar 6 pemain yang pernah bermain untuk lebih dari satu timnas.

Diego Costa (Brasil – Spanyol)

Mungkin sudah banyak yang tahu, jika Diego Costa pernah membela dua tim nasional. Ia adalah salah satu pemain terkenal yang memiliki kewarganegaraan ganda. Sebelum menjadi pemain tim nasional Spanyol, Diego Costa pernah membela negara kelahirannya, Brasil pada tahun 2013. Bersama timnas Brasil, Costa hanya sempat bermain dua kali, dan merupakan pertandingan persahabatan. Namun, sayangnya Costa tidak mencetak gol di kedua laga itu.

Merasa disia-siakan di Brasil, Costa berusaha putar otak untuk bisa bermain di Piala Dunia 2014. Akhirnya setahun sebelum Piala Dunia digelar, yaitu tahun 2013 Costa mengajukan permintaan untuk pindah kewarganegaraan Spanyol. Setelah permintaannya itu diterima, Costa pun senang. Tapi tidak dengan pelatih Brasil saat itu, Luiz Felipe Scolari.

Scolari merasa geram dengan keputusan Costa saat itu. Ia juga menganggap bahwa tindakan Costa sudah mengecewakan dan menghina negara Brasil. “Costa sudah membuat kecewa jutaan orang, yang berharap bisa mewakili tim nasional Brasil. Tim nasional yang sudah menjuarai Piala Dunia lima kali.” Tutur Scolari. Tapi Costa tidak menggubris ucapan Scolari. Ia tetap bertekad untuk membela tim matador di Piala Dunia 2014. Padahal piala dunia edisi itu digelar di negara kelahirannya, Brasil.

Sayangnya, Costa bergabung dengan spanyol di saat yang salah. Saat itu Spanyol sudah kehabisan mantranya setelah memenangkan tiga piala berturut-turut. Tim matador bahkan tidak mampu lolos babak penyisihan grup. Sementara Brasil bisa melangkah sampai semifinal, meskipun dilumat habis oleh Jerman di babak itu.

Tapi, setidaknya karir Costa di timnas Spanyol tidak terlalu buruk. Dirinya mampu tampil apik berseragam La Furia Roja. Costa sudah mencatatkan 24 penampilan dan menorehkan 10 gol bersama Spanyol.

Ferenc Puskas (Hungaria – Spanyol)

Puskas adalah legenda sepakbola di tahun 50-an. Namanya diabadikan sebagai ajang penghargaan tahunan untuk gol terbaik yang dicetak oleh seorang pemain sepakbola. Sebelumnya, dirinya sudah dikenal sebagai legenda sepakbola asal Hungaria. Bersama timnas Hungaria, Puskas merupakan penyerang yang mematikan.

Dari 85 penampilannya bersama timnas Hungaria, dirinya mencetak sebanyak 84 gol. Ia juga sempat memperkuat timnas Hungaria di ajang Olimpiade tahun 1952. Dan juga membawa Hungaria sampai ke final Piala Dunia di tahun 1954.

Selain itu, Puskas juga dikenal oleh publik sepak bola Spanyol sebagai legenda dari Real Madrid. Karir Puskas di Madrid memang fenomenal. Dari 262 penampilannya, ia mencetak gol sebanyak 242 kali. Puskas juga meraih banyak trofi bersama Los Merengues. Europa Cup, Intercontinental Cup, La Liga, dan Spanish Cup ia bawa untuk melengkapi lemari piala Madrid. Dirinya juga menjadi pencetak gol terbanyak La Liga sebanyak 4 kali.

Setelah mendapatkan kewarganegaraan Spanyol ketika bermain untuk El Real, Puskas langsung tanpa ragu untuk membela tim nasional Spanyol. Namun sayang, ia tidak bisa menampilkan performa yang sama ketika berseragam La Furia Roja. Karena sudah termakan usia dan sulit beradaptasi di timnas, ia malah tampil loyo bersama timnas Spanyol. Puskas hanya mampu tampil sebanyak empat kali bersama tim matador.

Alfredo Di Stefano (Argentina – Kolombia – Spanyol)

Pemain selanjutnya yang ada di daftar ini adalah rekan setim dari Ferenc Puskas, Alfredo Di Stefano. Namun bedanya, kisah Di Stefano lebih gila dibandingkan Puskas. Bagaimana tidak? ia sampai tiga kali memperkuat timnas yang berbeda. Memang di zaman itu berpindah kewarganegaraan dan tim nasional masih tidak sesulit masa sekarang.

Di Stefano dikenal sebagai legenda Real Madrid. Mungkin lebih dikenal daripada Puskas. Pasalnya Di Stefano memang lebih dulu bermain untuk Madrid daripada Puskas. Untuk karir tim nasional, Di Stefano mengawalinya di timnas Argentina. Ia bermain sebanyak enam kali dan mencetak enam gol bersama Argentina. Namun sayangnya, karena ada konflik dengan federasi sepakbola Brasil, Argentina harus dikeluarkan dari gelaran Piala Dunia 1950.

Di masa itu, Di Stefano pindah ke Kolombia untuk bermain di Millonarios. Dan ketika disana dirinya juga ikut bermain di empat pertandingan tidak resmi bersama timnas Kolombia, meskipun Di Stefano tidak memiliki paspor Kolombia. Tapi ulahnya itu ketahuan, dan FIFA menjatuhi hukuman kepadanya untuk tidak bisa bermain di tim nasional lagi.

Ketika bermain untuk Real Madrid setelahnya, hukuman dari FIFA itu diampuni. Ia patut berterima kasih kepada Presiden Real Madrid saat itu, karena memiliki koneksi dengan FIFA, ia bisa terlepas dari sanksi. Beberapa waktu kemudian, Di Stefano pun mendapat kewarganegaraan Spanyol dan langsung bermain untuk timnas Spanyol. Bersama La Furia Roja, ia mampu mengoleksi 23 gol dari 31 penampilan.

Laszlo Kubala (Hungaria-Cekoslovakia-Spanyol)

Jika dua nama sebelumnya adalah legenda Real Madrid, kali ini adalah legenda dari sang rival, Barcelona. Laszlo Kubala, adalah pemain yang paling dielu-elukan oleh publik Camp Nou di era 1950-an. Ia membela Barca selama 11 tahun dan sudah mencetak 281 gol di 357 pertandingan. Tapi perjalanan hidup kubala penuh lika-liku. Dan dari situ pula ia memulai perjalanan menjadi pemain tim nasional di tiga negara.

Lahir dan besar di Budapest, Kubala menjalani debut tim nasionalnya bersama timnas Hungaria. Namun ia tidak banyak menjalani pertandingan di situ. Dirinya hanya bermain sebanyak tiga kali bersama timnas Hungaria. Ia belum sempat bermain untuk negaranya, karena Kubala sudah keburu pindah kewarganegaraan untuk menghindari kebijakan wajib militer di Hungaria.

Ia pun pindah ke Cekoslovakia dan memulai perjalanan tim nasional disana. Tapi perjalanan itu tidak berjalan lama. Sampai tahun 1947, ia hanya menjalani enam pertandingan dan mencetak empat gol bersama Cekoslovakia. Masa politik yang sulit saat itu membuat Kubala sempat merantau dan terdampar sampai Italia. Sampai akhirnya, bakat Kubala tercium oleh klub Spanyol, Barcelona. Dua tahun setelahnya, Kubala mendapatkan kewarganegaraan Spanyol dan bisa memperkuat La Furia Roja. Semasa karirnya di Barcelona, ia juga sempat beberapa kali menggunakan seragam timnas Catalunya.

Thiago Motta (Brasil – Italia)

Thiago Motta merupakan pesepakbola yang sudah lama melanglang buana di klub-klub Eropa. Selama karir profesionalnya, Motta sering bergonta-ganti klub. Dari Barcelona, Atletico Madrid, Genoa, Inter Milan, dan PSG sudah merasakan jasanya. Dan sebagaimana ia yang sering bergonta-ganti klub, Motta juga pernah berpindah tim nasional.

Thiago Motta menjalani debut timnasnya bersama tim nasional Brasil. Dan saat itu dirinya membela tim samba di kompetisi CONCACAF Golden Cup. Namun, setelah bermain untuk Brasil di kompetisi itu, Motta tidak pernah dipanggil lagi. Hingga 8 tahun lamanya dirinya tidak dipanggil timnas Brasil, Motta pun memutuskan untuk berhenti berharap lagi.

Kecewa, Motta sudah tidak ingin lagi untuk memperkuat timnas Brasil. Ia memutuskan untuk bermain bersama timnas Italia, asal negara orang tuanya. Di tahun 2011, Motta menjalani debutnya bersama timnas Italia di laga persahabatan kontra Jerman. Dan sejak saat itu, Motta sudah membela Gli Azzurri sebanyak 30 kali di semua kompetisi.

Declan Rice (Irlandia – Inggris)

Meskipun Declan Rice lahir di London, dirinya bisa memperkuat timnas Irlandia berkat kakeknya yang juga berkewarganegaraan Irlandia. Bahkan, sang gelandang juga sempat memperkuat timnas Irlandia sewaktu muda sebelum ia bergabung dengan timnas Inggris.

Rice pun sempat bimbang dan tidak bisa memutuskan dirinya akan bermain bersama timnas Inggris ataupun Irlandia. Ia sempat bertemu dengan manajer Irlandia saat itu, Mick McCarthy dan asistennya Robbie Keane. Baik McCarthy dan Keane sudah sepakat bahwa mereka akan membuat Rice menjadi kapten dan pemimpin di timnas apabila ia memutuskan untuk tetap bermain bersama Irlandia.

Namun, rice tidak tergoda dengan kenaikan pangkat itu. Rice lebih memikirkan bahwa dirinya ingin bermain di Piala Dunia. Dan kesempatan itu akan jauh lebih besar didapatkan apabila ia bermain untuk timnas Inggris.

 

Sumber referensi: Daily, Guardian, Talksport, Italia, Sportskeeda, Tribe, Madrid, Eropeana

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru