Timnas Brazil tak pernah kehabisan talenta hebat dari segala lini. Tak hanya penyerang, sayap, maupun gelandang, namun juga bek sayap. Dengan didukung filosofi sepakbola menyerang dengan sentuhan ala jogo bonito, tim Samba dalam perjalanan sejarahnya kerap melahirkan bek sayap mengerikan dan juga ikonik dalam masanya. Siapa saja mereka?
🇧🇷 Roberto Carlos
— SportyBet (@SportyBet) January 14, 2020
🇧🇷 Cafu
🇧🇷 Dani Alves
🇧🇷 Maicon
🇧🇷 Marcelo
Brazil with world class fullbacks. Name any other country that can boast of 3 or more world class fullbacks…#GetSporty #BetSporty pic.twitter.com/pOcKHvCRNi
Daftar Isi
Roberto Carlos
Siapa yang tak tau Roberto Carlos, bek kiri plontos Brazil di era 90-an. Siapa yang dulu pernah bermain game PlayStation 1 memakai Roberto Carlos sebagai penyerang? Ya, memang bek sayap kiri tersebut identik dengan kecepatan yang sangat bagus. Tendangannya pun dikenal sangat keras bak roket.
Karier si plontos ini mulai melesat ketika melancong ke Serie A tahun 1995 bersama Inter Milan. FYI aja, Carlos ketika itu dilatih oleh pelatih Crystal Palace yang sekarang Roy Hodgson. Di tangan Hodgson, si pemilik tendangan pisang ikonik itu bahkan sempat ditempatkan sebagai sayap kiri karena dianggap menonjol dari segi atribut menyerangnya.
Namun suatu ketika ada cekcok antar mereka. Cekcok masalah internal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Real Madrid. El Real pun dapat berkahnya. Pasalnya Roberto Carlos akhirnya mau dibujuk untuk hijrah ke Bernabeu pada tahun 1996.
Real Madrid Legend Roberto Carlos turns 47. He played for Real Madrid from 1996 to 2007 and won:
— Felipe V. Porrero (@PulgaPorrero81) April 10, 2020
🏆 4 Leagues.
🏆 3 Spanish Super Cups.
🏆 3 UEFA Champions Leagues.
🏆 1 UEFA Super Cup.
🏆 2 Intercontinental Cups.
Congratulations!!! 🎂 #HalaMadrid pic.twitter.com/k5CCZ1ZF2V
Nah, di Real Madrid inilah Roberto Carlos perlahan dikenal menjadi bintang dunia. Ia bergelimang trofi selama bersama Los Blancos, baik di level domestik maupun Eropa. Duetnya bersama Michel Salgado juga terbilang ikonik.
Di Timnas Brazil pun serupa. Duetnya bersama Cafu juga sudah terbukti menggondol beberapa gelar. Diantaranya Copa America 1997, 1999, maupun Piala Dunia 2002.
Namun yang sangat ikonik darinya adalah gol indahnya di laga persahabatan melawan Prancis di tahun 1997. Ia mampu memasukan bola dengan tendangan kerasnya yang melengkung dari tendangan bebas. Saking melengkungnya, tendangan bebas tersebut dikenal sebagai tendangan pisang.
On This Day in 1997 🗓️
— Classic Football Shirts (@classicshirts) June 3, 2021
Roberto Carlos did this against France at Tournoi de France!pic.twitter.com/HmJq2cd5Ho
Roberto Carlos sudah pensiun sejak tahun 2016, setelah ia melancong ke beberapa klub seperti Fenerbahce, Anzhi, hingga klub Liga India, Delhi Dynamos.
Marcos Cafu
Bestie Roberto Carlos di bek sayap Brazil adalah Marcos Evangelista de Moraes alias Cafu. Cafu ini berposisi sebagai bek sayap kanan. Namun ia lebih senior dibanding Roberto Carlos. Cafu sudah lebih dulu debut di Timnas Brazil ketika menjuarai Piala Dunia 1994.
Player 275: Marcos Evangelista de Moraes "Cafu"
— Your Daily Player (@Yourdailyplayer) April 5, 2023
"Pendolino” Cafu represented Brazil in four FIFA World Cups between 1994 and 2006, and is the only player in history to have appeared in three World Cup finals, both overall and consecutive, winning the 1994 and 2002 editions. pic.twitter.com/oKPsr3OFLI
Cafu adalah produk revolusi bek sayap Brazil era 90-an. Di mana Timnas Brazil ketika itu menerapkan filosofi bek sayapnya lebih agresif untuk menyerang. Tak heran jika Cafu tumbuh menjadi bek sayap yang punya atribut menyerang yang mumpuni.
Bersama Roberto Carlos, Cafu benar-benar ikonik pada masanya. Mereka menjadi role model sepasang bek sayap di eranya. Cafu adalah tipe bek kanan yang punya kecepatan dan tubuh yang tergolong atletis. Kemampuannya merangsek hingga kotak penalti lawan dan melakukan crossing manja kepada para striker menjadi kelebihannya.
Karier Cafu mulai merangkak naik setelah bergabung bersama AS Roma di tahun 1997. Gelar Scudetto pun sempat ia persembahkan bagi Giallorossi di tahun 2001 bersama Fabio Capello.
🇮🇹 AS Roma – Campeã da Supercopa da Itália de 2001.
— Marquinho Domenico (@NewsDomenico) October 2, 2023
🇧🇷 Os brasileiros do Roma festejam a conquista, Cafu, Marcos Assunção, Lima, Emerson e Aldair.
🏆A Roma também arrematou o Scudetto Italiano da temporada 2000/01. pic.twitter.com/MeisgWQ9X9
Sempat dikira sudah habis setelah hengkang dari AS Roma tahun 2003, ternyata Cafu masih cakap beroperasi sebagai bek sayap kanan andalan Carlo Ancelotti ketika pindah ke AC Milan. Gelar Liga Champions di tahun 2007 jadi bukti ia masih berpengaruh dalam tim.
#OnThisDay in 1970 a #UCL winner was born…
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) June 7, 2016
Happy birthday, AC Milan legend Cafú! pic.twitter.com/A7L6OOdjo1
Rekannya dulu di Milan, Andrea Pirlo bahkan sempat menyebut Cafu adalah bek kanan yang akan selalu ia pilih dalam tim impiannya. Cafu pensiun sebagai pesepakbola di tahun 2009, setelah ia sempat hijrah dari Milan ke klub Inggris, Garforth Town.
Dani Alves
Pasca duo ikonik Roberto Carlos dan Cafu, muncul lagi regenerasi baru di bek sayap Brazil atas nama Dani Alves. Namanya harum ketika berproses di Sevilla sejak tahun 2003 hingga 2007. Di bawah gemblengan Juande Ramos, ia menjelma bek sayap kanan yang mengerikan.
Naluri bek sayap menyerang ala Brazil sangat melekat dalam diri Alves. Alves ingin meniru jejak sukses Cafu. “Cafu adalah idolaku. Aku ingin menjadi penerusnya sekaligus menjalankan regenerasi yang bagus di Timnas Brazil,” kata Alves.
Berbeda dengan Cafu yang punya tubuh atletis, Alves ini secara postur lebih pendek. Namun daya juang, kecepatan, serta skill-nya boleh diadu. Tak heran kalau selama ia menjadi andalan di Sevilla banyak sudah gelar yang diraih termasuk Piala UEFA.
Dani Alves, Luis Fabiano and Adriano celebrate winning the UEFA Cup with Sevilla. 🇧🇷🏆🇪🇸 pic.twitter.com/j3E3AiARvr
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) December 15, 2019
Apalagi ketika di tahun 2008 ia berada di tangan pelatih yang tepat ketika hijrah ke Barcelona. Bersama Pep Guardiola, Alves makin terasah kemampuannya. Ia makin dikenal sebagai “The Real” penerus Cafu. Gelar La Liga hingga Liga Champions pun ia raih bersama Blaugrana.
Kerjasama umpan satu duanya dengan Messi ketika di Barcelona adalah yang paling banyak diingat. Kombinasi ikonik mereka di lapangan sering menjadi sorotan media. Namun ada satu yang belum dicapai Alves dalam kariernya. Yakni trofi Piala Dunia. Sementara Cafu, idolanya, sudah meraih trofi tersebut. Sayangnya lagi, sebelum mengakhiri masa pensiunnya Alves terkena skandal kriminal dan harus mendekam di jeruji besi.
Brazil defender Dani Alves has been detained by police in Barcelona on suspicion of sexual assault.
— BBC Sport (@BBCSport) January 20, 2023
Marcelo Vieira
Ketika kemunculan Dani Alves, Brazil juga menelurkan bek kiri penerus Roberto Carlos. Kalau Carlos plontos, yang ini berambut kribo. Ya, namanya Marcelo Vieira. Awal karier cemerlang si kribo ini terlacak sejak dari klub Fluminense pada tahun 2005. Sebelum akhirnya pemuda kelahiran Rio de Janeiro ini berani ditebus Real Madrid pada tahun 2007.
2007 vs. 2020
— B/R Football (@brfootball) January 30, 2020
Marcelo became just the second non-Spanish player after Roberto Carlos to reach 500 Real Madrid appearances yesterday 🇧🇷 pic.twitter.com/iRKfiP5uOw
Tipe gaya main Marcelo ini mirip dengan Roberto Carlos. Mungil, energik, cepat, dan tusukan-tusukannya sering merepotkan lawan. Kontrol bola dan skill-nya yang tinggi juga jadi andalannya.
Awal datang ke Bernabeu, sebenarnya ia sempat mau dipinjamkan. Maklum selain masih 18 tahun, di posisi tersebut masih ada seniornya Roberto Carlos. Namun, ia menolak dan memilih bekerja keras dan belajar langsung Roberto Carlos.
Marcelo confirms he's played his final game for Real Madrid.
— B/R Football (@brfootball) May 29, 2022
He joined in 2007 and finished up by lifting his 𝟐𝟓𝐭𝐡 trophy with the club. Legend ⚪ pic.twitter.com/sKiI23Ks7T
Benar saja setelah Carlos pergi, ia langsung dipercaya mengisi pos bek kiri inti El Real. Dari situlah namanya menjadi tenar sebagai “The Real” penerus Roberto Carlos. Marcelo bergelimang prestasi bersama El Real. Ia juga tipe pemain yang setia. Bayangkan sejak 2007 hingga 2022 ia istiqomah bertahan di Bernabeu. Sebelum akhirnya ia mencicipi liga lain bersama Olympiakos dan kini Fluminense.
Di Timnas Brazil, duet Marcelo dan Dani Alves dicap sebagai duet ikonik penerus Cafu dan Roberto Carlos. Namun sekali lagi, duet mereka kurang lengkap karena belum mampu persembahkan gelar Piala Dunia bagi Selecao.
Marcelo and Dani Alves 🤧sometimes I just wish it worked for them for Brazil Dani it was good , Marcelo was pretty mid. both of them marked a era of the 2 greatest player Ronaldo and Messi each of them had a great understanding Dani and Marcelo had a great link up with Neymar too pic.twitter.com/Bq5GcZVlP4
— Maestro 🌟☂️ (@realgga) November 25, 2023
Maicon Sisenando
Selain Marcelo dan Dani Alves, ada satu lagi bek sayap ikonik Brazil, ia adalah Maicon Sisenando. Posisinya sama seperti Dani Alves yakni bek kanan. Kemunculannya pun hampir bersamaan dengan Dani Alves. Sampai-sampai dulu timnas Brazil bingung punya dua bek yang sama bagusnya di sektor kanan.
Maicon berbeda tipe dengan Dani Alves. Maicon lebih seperti Cafu yang tubuhnya agak tinggi dan terbilang atletis. Namun secara kecepatan maupun daya gedornya dalam menyerang, terbukti sama baiknya dengan Dani Alves. Crossing matang, dribbling, serta tendangan yang keras juga menjadi beberapa andalannya.
Tumbuh besar di Cruzeiro, Maicon menjajal sepakbola Eropa dengan bergabung ke AS Monaco pada tahun 2004. Namun talentanya benar-benar disorot sejak direkrut Inter Milan pada tahun 2006 di bawah asuhan Roberto Mancini. Di Nerazzurri ia bahkan belajar langsung dari Javier Zanetti bagaimana menjadi bek kanan terbaik.
Lalu ketika Inter di pegang Jose Mourinho, performa Maicon jadi makin menggila.The Special One percaya kualitas Maicon mampu berpengaruh dalam sistemnya.
Terbukti perayaan treble winner ikonik Inter Milan tahun 2010, salah satunya berkat kepiawaian Maicon di bek kanan.
Happy 38th birthday to Maicon:
— Squawka (@Squawka) July 26, 2019
🏆🏆🏆🏆 Serie A
🏆🏆🏆 Supercoppa Italiana
🏆🏆 Coppa Italia
🏆🏆 Copa America
🏆🏆 Confederations Cup
🏆 Champions League
🏆 Club World Cup
🏆 Brasileiro Série A
🏆 Copa do Brasil
A treble-winner with Inter Milan. pic.twitter.com/4d1BO9RDFn
Berkat prestasinya tersebut, Maicon akhirnya jadi bek kanan inti Timnas Brazil menggeser Dani Alves di Piala Dunia 2010. Golnya yang ikonik di laga pembuka melawan Korea Utara tak akan bisa ia lupakan.
#OTD #OnThisDay #WorldCup 2010 #WC10 #BRA #PRK #NorthKorea
— Football Rewind (@FIFAWCArchive) June 15, 2021
Brazil vs Korea DPR
1-0 55' Maicon pic.twitter.com/NFkyflZ34I
Setelah hijrah dari Inter, ia sempat bergabung dengan Manchester City dan AS Roma. Namun bek plontos tersebut akhirnya pensiun tahun 2021, setelah terakhir membela klub San Marino, Tre Penne.
Sumber Referensi : thesun, byfarthegreatestteam, sportskeeda, theplayerstribune