Kasta sepak bola tertinggi di Italia, Serie A, kedatangan banyak talenta baru dari berbagai penjuru dunia. Tak terkecuali dari Asia. Setidaknya ada 3 pemain baru berpaspor Asia yang akan bermain di Serie A 2024/25.
Striker kawakan Iran, Mehdi Taremi didatangkan Inter secara cuma-cuma dari Porto. Sebelumnya, bek Timnas Indonesia, Jay Idzes, terlebih dahulu memastikan diri main di Serie A setelah berhasil meraih promosi bersama Venezia.
Kabarnya, Bang Jay juga diincar oleh rival sekota Juventus, Torino. Teranyar, kiper yang bakal menghadapi Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia mendatang, Zion Suzuki, didatangkan oleh Parma untuk mengisi slot yang pernah dipegang oleh Gigi Buffon.
Lantas, siapa saja pemain berpaspor Asia lainnya yang sudah menginjakkan kaki di negeri Pizza sebelum nama-nama tadi? Berikut adalah 10 pemain top Asia yang berhasil menembus Serie A.
Daftar Isi
Hidetoshi Nakata
Setelah 3 tahun bermain bersama Bellmare Hiratsuka, Hidetoshi Nakata, pemuda 21 tahun yang datang dari negeri jauh menginjakkan kakinya ke Italia. Nakata datang dengan status pemain tim nasional. Sebab, beberapa minggu sebelumnya, Nakata selalu masuk sebagai pemain utama Samurai Biru yang gagal lolos ke fase gugur Piala Dunia 1998.
Sutan Sjahrir pernah berkata, ”Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan.” Ungkapan tersebut memang tak sepenuhnya salah. Sebab, kedatangan Nakata ke Italia sendiri merupakan sebuah perjudian. Bagi Luciano Gaucci, pemilik Perugia kala itu, Nakata adalah perjudian yang dimenangkannya.
Bagaimana tidak? Dirinya berani menjudikan uang sebesar 3,5 juta euro untuk pemuda dari liga dan negara antah berantah. Nominal yang apabila ditambah beberapa peser uang lagi akan setara dengan biaya yang dikeluarkan Inter untuk membeli pemuda prospek bernama Andrea Pirlo dan striker yang tak perlu lagi diragukan kehebatannya, Si Kuncir Ilahi, Roberto Baggio. Dilansir dari Transfermarkt, Inter hanya mengeluarkan 3,8 juta euro untuk mendatangkan keduanya di musim panas yang sama dengan kedatangan Nakata.
Namun, perjudian tersebut kelak menghasilkan pemasukan yang besar untuk Perugia. Delapan belas bulan berikutnya, Nakata laku dijual ke AS Roma. Tim ibu kota tersebut harus merogoh kocek sekitar 21,6 juta euro untuk mendatangkannya. Alias hampir 7 kali lebih besar dari biaya kedatangannya.
Tak hanya itu, dilansir dari The Gentleman Ultra, Luciano Gaucci juga kebanjiran pesanan jersey Perugia bernomor punggung 7, alias kepunyaan Nakata. Performa apiknya di Umbria membuatnya menjadi idola baru di negeri Pizza. Tercatat, setidaknya ada 70.000 pesanan yang menghendaki nama Nakata di jersey Perugia yang dibelinya.
Bersama Perugia, Nakata berhasil mencetak 14 gol dan 10 assist hanya dalam 1,5 musim. Meskipun tidak terlalu mendapatkan tempat di AS Roma, Nakata berhasil membantu I Lupi meraih scudetto. Seperti yang ditulis Rossi Finza di The Flanker, performa Nakata sebagai supersub yang membantu AS Roma mengejar ketertinggalan 2-0 dari Juventus adalah laga yang paling vital dalam perburuan gelar kala itu.
Setelah AS Roma, Nakata melanglang buana ke beberapa klub lain. Dia pernah berseragam Parma dan meraih satu Coppa Italia. Setelahnya, Sang Samurai bermain untuk Bologna, Fiorentina, hingga Bolton Wanderers di Manchester Raya. Setelah semusim bersama Bolton dan membantu Jepang selama Piala Dunia 2006, Nakata memutuskan pensiun dalam usia yang cukup muda, 29 tahun.
Hidetoshi Nakata (Perugia) and Zinédine Zidane (Juventus)
in SerieA 1998/99, Perugia vs Juventus3-4
at Stadio Renato Curi in Perugia, Italy on 13 Sep 1998
photo by Masahide Tomikoshi/TOMIKOSHI PHOTOGRAPHY pic.twitter.com/IJYrxIM2Na— tphoto (@tphoto2005) November 19, 2019
Shunsuke Nakamura
Shunsuke Nakamura adalah bukti nyata efek dari kedatangan Hidetoshi Nakata. Selain menguntungkan dari segi bisnis, mendatangkan talenta Jepang bisa menjadi berkah tersendiri di atas lapangan. Reggina yang baru saja promosi mendatangkannya dari Yokohama F. Marinos pada musim panas 2002.
Meskipun tak mendapat apa-apa di Reggina, performa Nakamura tetap akan selalu diingat. Seperti yang ditulis oleh AFC, Nakamura adalah pemain yang akan diingat lewat tendangan bebasnya. Nakamura menghabiskan 3 musim bersama Reggina dan mencetak 12 gol serta 10 assist. Setelahnya, Nakamura bermain bersama Glasgow Celtic, lalu kembali ke Jepang dan baru pensiun di usia 44 tahun.
Japan legends Shunsuke Nakamura (Reggina) and Hidetoshi Nakata (Parma) in action in Serie A, 2002/03 🇯🇵⚽️ pic.twitter.com/aqB54DJDBm
— Football Remind ⚽️ (@FootballRemind) August 8, 2021
Ahn Jung-hwan
Ahn Jung-hwan adalah nama pemain Asia yang juga akan diingat publik Serie A. Pemain yang bermain untuk Perugia selama 2 musim tersebut pernah menggemparkan publik karena dipecat oleh Perugia.
Setelah Italia dizalimi habis-habisan tanpa tedeng aling-aling oleh Korea Selatan di Piala Dunia 2022. Ahn Jung-hwan menjadi target kemarahan warga Italia, khususnya Luciano Gaucci. Pemilik Perugia tersebut jelas marah besar negaranya diinjak-injak di hadapan publik. Sialnya, bagi Ahn Jung-hwan, dirinya merupakan karyawan dari Gaucci. Alhasil, kontraknya diputus secara sepihak.
Performanya di Perugia pun sebenarnya tak impresif. Sebagai penyerang, dirinya hanya mampu mencetak 5 gol dan 1 assist dalam 34 laga.
On this day 2002: South Korea’s Ahn Jung-hwan signed for S-Pulse after being ousted from Perugia for scoring the golden-goal against Italy.
Perugia owner allegedly cancelled his contract saying, “I have no intention of paying a salary to someone who has ruined Italian football.” pic.twitter.com/iODI4AjeSp
— Classic Football Shirts (@classicshirts) September 18, 2019
Rahman Rezaei
Salah satu bek terbaik yang pernah dihasilkan Iran, Rahman Rezaei didatangkan oleh Perugia pada musim panas 2001. Nampaknya, kala itu, Luciano Gaucci benar-benar terobsesi dengan pemain Asia setelah kesuksesannya mendatangkan Nakata.
Bersama Perugia, Rezaei bermain sebanyak 40 kali dalam 2 musim. Setelahnya, Rezaei pindah ke Messina Peloro di Serie B untuk kemudian membawanya promosi. Musim pertamanya promosi, Rezaei berhasil membantu timnya finis di posisi ke-7 Serie A 2004/05. Di musim tersebut, Rezaei juga sempat mengalahkan AC Milan dan Inter. Setelah 109 laga berseragam Messina Peloro, Rezaei sempat berbaju Livorno.
Sardar Azmoun is the second Iranian player to score a goal in Serie A, after Rahman Rezaei 🇮🇷 #RomaLecce pic.twitter.com/qpojc8ulSr
— Lega Serie A (@SerieA_EN) November 5, 2023
Takayuki Morimoto
Takayuki Morimoto mengawali debutnya di Serie A pada Januari 2007 dengan sebuah gol. Gol pemuda yang kala itu masih berusia 18 tahun di menit ke-88 berhasil menyelamatkan Catania dari kekalahan setelah berhasil mengimbangi Atalanta 1-1.
Setelah laga tersebut, total masih ada 97 laga yang dijalani Morimoto dengan seragam Catania. Striker asal Jepang tersebut berhasil mencetak 20 gol bgai Gli Elefanti. Morimoto juga sempat bermain untuk Novara pada musim 2011/12 dan hanya mencetak 4 gol dalam 19 laga.
Yuto Nagatomo
Yuto Nagatomo memulai karirnya di Serie A bersama Cesena dengan status pinjaman dari FC Tokyo pada 2010/11. Setengah musim berikutnya, Nagatomo dipermanenkan oleh Cesena untuk langsung dipinjamkan ke Inter. Setengah musim pertamanya bersama La Beneamata menghasilkan 1 trofi Coppa Italia.
Setelah performanya dinilai bagus, pada awal musim 2011/12 dirinya kemudian dipermanenkan Inter. Pemain dengan catatan 186 kali pertandingan di Serie A tersebut berkandang di Giuseppe Meazza hingga 2018.
Yuto Nagatomo joined newly promoted Serie A team Cesena on loan in July 2010. He impressed the league and joined Inter Milan six months later. pic.twitter.com/s7lZBxWh6Y
— Lee Seng Foo🇲🇾李成富 (@sengfoo88) August 26, 2020
Keisuke Honda
Setelah tampil impresif bersama CSKA Moskow, AC Milan mencoba berjudi mendatangkan pemain Jepang, Keisuke Honda. Perjudian tanpa biaya transfer tersebut tidak menghasilkan trofi apapun bagi AC Milan. Pemain yang bermain untuk Rossoneri sejak Januari 2014 hingga musim panas 2017 tersebut hanya mencetak 11 gol dan 15 assist saja.
Keisuke Honda: “I don’t think it is time to talk, but time to work hard” http://t.co/Vbhz8Q68EN pic.twitter.com/kZgH0A26Qt
— AC Milan (@acmilan) July 31, 2015
Eldor Shomurodov
Striker berkebangsaan Uzbekistan, Eldor Shomurodov datang ke Genoa pada Oktober 2020. 8 gol dari 32 laganya bersama Genoa membuatnya ditarik AS Roma pada musim panas 2021. Dirinya dikontrak hingga 30 Juni 2026.
Bersama performanya yang tidak begitu gemilang bersama AS Roma membuatnya dipinjamkan ke Spezia dan Cagliari. Musim 2023/24 lalu, dirinya hanya mencetak 3 gol dan 3 assist bersama Cagliari.
Eldor Shomurodov pic.twitter.com/7Bw04xV2jd
— OS10 (@OoS10_) August 15, 2021
Takehiro Tomiyasu
Takehiro Tomiyasu menginjakkan kakinya ke Italia pada musim panas 2019. Bologna mendatangkannya dari Sint-Truiden untuk memperkuat pertahanan di lini belakang. Performa apiknya di Bologna membuatnya hanya bertahan 2 musim di Italia. Tomiyasu diboyong Arsenal pada musim panas 2021. Total, Tomiyasu bermain selama 64 laga serta menghasilkan 3 gol dan 3 assist untuk Bologna.
Takehiro #Tomiyasu was your MVP from #BolognaBenevento! 🔝🇯🇵#WeAreOne pic.twitter.com/rT9MCqyWYQ
— Bologna FC 1909 (@BolognaFC1909en) February 16, 2021
Sardar Azmoun
Sardar Azmoun bermain untuk AS Roma pada musim 2023/24 dengan status pinjaman dari Bayer Leverkusen. Di ibu kota, pemain yang pernah membuat Jurgen Klopp kesengsem ini lebih sering turun sebagai pemain pelapis. Semusim bermain untuk I Lupi, Azmoun mencetak 3 gol dan 3 assist.
Official, confirmed. Sardar Azmoun has signed in as new AS Roma player from Bayer Leverkusen on loan deal until June 🟡🔴🇮🇷 #ASRoma
Buy option clause, €12m. pic.twitter.com/2vcbP3rVrz
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) August 26, 2023
Sumber: The Gentleman Ultra, The Flanker, Transfermarkt, dan AFC


