Tragis! Pemain Ini Dihukum Seumur Hidup Hanya Gara-Gara Selebrasi

spot_img

Pernah dengar pesepakbola yang dihukum seumur hidup hanya karena selebrasi?

Kasus tersebut pernah menimpa pemain asal Yunani, Giorgos Katidis. Katidis menerima larangan bermain di tim nasional selama seumur hidupnya hanya karena sebuah selebrasi.

Peristiwa itu bermula dari sebuah pertandingan di Liga Super Yunani yang mempertemukan AEK Athens melawan Veria di Athens Olympic Stadium, Athena. Kala itu, dalam pertandingan yang dihelat pada 16 Maret 2013, Katidis memperkuat klub AEK. Ia mencetak gol penentu kemenangan timnya melawan Veria dengan skor 2-1.

Gol penentu kemenangan dihasilkan Katidis pada menit 84. Akan tetapi, setelah itu timbul sebuah masalah. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah gaya selebrasi yang diperagakan oleh Katidis. Katidis melakukan selebrasi kontroversial. Ia melepas bajunya, berlari ke arah tribun dan memberi hormat ala Nazi kepada penonton.

Tindakan mengangkat tangan ala Nazi seperti era Adolf Hitler (pemimpin Jerman di era Perang Dunia II) ini memang sangat sensitif dan dilarang dalam sepak bola, khususnya di Eropa. Tindakan yang dilakukan Katidis itu dianggap rasialis dan menghina ras tertentu (yahudi).

Tindakan yang dilakukan Katidis itu mengundang kritik dari banyak pihak. Apalagi, dia pernah menjadi kapten timnas Yunani U-19. Karena ulahnya itu, Federasi Sepak Bola Yunani (EPO) langsung menggelar sidang dan Komite Disiplin mengambil sikap. Katidis yang saat itu masih berusia 20 tahun dijatuhi hukuman larangan bermain untuk Timnas Yunani seumur hidup dan didenda 50 ribu euro.

“Tindakan pemain untuk memberi hormat kepada penonton dengan cara Nazi adalah sebuah provokasi yang parah. Itu penghinaan kepada semua korban kekejaman Nazi dan melukai semua orang serta bertentangan dengan semangat sepak bola,”

Begitulah bunyi pernyataan resmi EPO ketika palu diketuk.

Katidis sendiri kemudian menyatakan permohonan maafnya atas apa yang ia lakukan, ia mengungkapkan bahwa ia tak sadar jika yang ia lakukan itu merupakan hormat ala Nazi. Ia hanya mencoba menunjuk rekannya yang duduk di tribun.

“Aku bukan fasis dan tak akan melakukannya jika aku tahu apa artinya,” ucap Katidis. Namun, beberapa kalangan tetap menganggapnya sebagai hormat ala Nazi.

Pelatihnya di AEK Athens, Ewald Lienen, pun membelanya. Pelatih asal Jerman itu membantu Katidis memberikan klarifikasi.

“Dia masih muda yang tidak memiliki ide politik apapun. Dia kemungkinan besar melihat penghormatan seperti itu di internet atau di tempat lain dan melakukannya tanpa mengetahui apa artinya,” ujar Lienen.

Katidis sendiri merupakan seorang gelandang serang kelahiran Thessaloniki, pada 12 Februari 1993. Ia menjalani debut profesionalnya di Liga Super Yunani pada usia 17 tahun, tepatnya saat membela Aris Thessaloniki.

Setelah itu, karir Katidis mengalami peningkatan. Produk akademi Aris Thessaloniki itu tumbuh menjadi pesepakbola yang handal. Ia kerap dipanggil untuk membela timnas Yunani kelompok umur. Ia bermain untuk tim U-17, serta menjadi kapten U-19 dan U-21.

Salah satu prestasi terbaiknya adalah saat membawa timnas U19 Yunani menjadi runner-up piala eropa U19 2012. Ketika itu, Katidis dkk ditaklukkan oleh Spanyol, Meski kalah, permainan Katidis mendapat apresiasi dari banyak pihak, ia yang menyandang ban kapten sukses menjadi pencetak gol terbanyak bagi Yunani dengan torehan 3 gol.

Selepas turnamen di Estonia yang digelar pada 27 Agustus 2012 itu, Katidis mendapatkan tawaran pindah ke klub elite Yunani, AEK Athens, di mana ia menandatangani kontrak 4 tahun dengan nilai transfer 100 ribu euro.

Sayang, keputusan berpindah klub ternyata justru membuat karirnya tenggelam.

Selain dihukum larangan seumur hidup bermain di timnas Yunani, Katidis juga diputus kontraknya oleh AEK Athens tak lama setelah peristiwa selebrasi kontroversialnya itu.

Katidis harus meninggalkan AEK meskipun kontraknya masih sisa 3 tahun.

Ia kemudian dipinang oleh klub antah berantah dari Italia, Novara, dan berturut-turut, setelah itu, sampai dengan musim 2018/19, ia membela klub-klub yang sama sekali tak dikenal publik, seperti Veria, Levadiakos, Panegialios, FF Jaro, FK Olympia Prague, dan FK Pribram. Jumlah penampilannya pun sangat sedikit, tidak lebih dari 20 penampilan di setiap klub yang ia bela.

Setelah hanya satu musim membela Pribram dan bermain 7 kali, kontraknya diputus pada musim panas 2019. Setelah itu, ia sudah tidak memiliki klub lagi. Sangat disayangkan, padahal saat itu, usianya baru 26 tahun. Usia dimana kebanyakan pemain berada di puncak karir terbaiknya.

Benar-benar nasib yang tragis ya Footballovers. Hanya karena selebrasi, ia tak lagi bisa menendang bola untuk negaranya sendiri.

Sumber Referensi : Republika, Libero, Bleacherreport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru