Tak Bisa Dinaturalisasi! Pemain Ini Harus Pergi?

spot_img

Setelah mendapatkan kabar baik bisa lolos ke Piala Asia U-20 2025, Timnas U-20 malah mendapatkan sebuah kabar tak enak. Kabar tak sedap itu datang dari pemain muda potensial, Mauresmo Hinoke. Pemain yang kini bermain di Top Oss itu dikabarkan sudah tak bisa lagi dinaturalisasi.

Kabar ini tentunya menjadi sebuah kerugian bagi tim asuhan Indra Sjafri. Hinoke sendiri seharusnya bisa jadi senjata tambahan dari skema permainan sayap yang jamak dimainkan Indra Sjafri. Lantas, mengapa pemuda keturunan Maluku ini tak bisa dinaturalisasi ke Timnas Indonesia? Mari kita bahas.

 

Sudah Melewati Batas Aturan

Proses naturalisasi Mauresmo Hinoke terancam batal karena pemain Top Oss ini dianggap sudah melewati aturan. Memangnya aturan apa yang telah dilewati Hinoke sehingga proses naturalisasinya tak bisa berlanjut? Darah Indonesia yang mengalir dalam diri Hinoke dianggap terlalu jauh.

Hinoke disebutkan sebagai generasi keempat, sementara dalam aturannya, FIFA hanya membatasi maksimal keturunan ketiga. Artinya, darah Indonesia Hinoke berasal dari buyut, sementara FIFA hanya membatasinya sampai kakek-nenek. Nah, inilah yang menjadi batu terjal yang menghalangi proses naturalisasinya. Kasus ini berbeda dengan pemain lain seperti Maarten Paes, Jay Idzes, Justin Hubner, hingga Nathan Tjoe-A-On.

Loh, memangnya harus dinaturalisasi, kan usianya masih muda? Kan bisa tinggal memilih kewarganegaraan? Sayangnya, usia Hinoke sudah tak semuda itu. Hinoke sudah menginjak 19 tahun, sementara batas akhir pemilihan kewarganegaraan bagi para keturunan adalah 18 tahun. Oleh karena itu, dia harus dinaturalisasi sebab paspor yang dipegangnya adalah paspor Belanda.

 

Komentar Indra Sjafri

Lalu, seperti apa komentar Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-20? Sebagai pelatih, dirinya hanya bisa merekomendasikan pemain-pemain diaspora mana saja yang sekiranya ia butuhkan. Sisanya, Indra Sjafri menyerahkan prosesnya kepada pihak yang memiliki kewenangan.

“Tetapi, apakah prosesnya bisa dilanjutkan atau tidak, mungkin konfirmasinya kepada PSSI atau Badan Tim Nasional (BTN),” jelas pelatih yang sudah memberikan dua gelar Piala AFF U-19 tersebut, via Bola.

Indra Sjafri sendiri mengharapkan Mauresmo Hinoke dan dua pemain keturunan lain, yakni Dion Markx dan Tim Geypens, bisa bergabung ke skuadnya. Indra Sjafri sepertinya sudah merasakan keuntungan baik fisik dan teknik yang dibawa dari pemain keturunan. Sebelumnya, Indra Sjafri sendiri sering dianggap sebagai pelatih yang anti dengan pemain keturunan. Padahal di Piala AFF U-19 lalu, Indra Sjafri memakai jasa dua pemain keturunan, yakni Jens Raven dan Welber Jardim.

Sementara itu, Ahmed Zaki Iskandar selaku Manajer Timnas U-20 menyebutkan bahwa dirinya masih mencoba menelusuri silsilah dari Mauresmo Hinoke. “Untuk Mauresmo Hinoke, masih kami cari. Sebab, keturunannya yang keempat,” ungkap Ahmed Zaki dikutip dari Bola.

 

Profil Mauresmo Hinoke

Memangnya, siapa sebenarnya sosok Mauresmo Hinoke ini? Pemuda kelahiran Breda, 26 Februari 2005 ini merupakan penyerang serba bisa. Saat ini dia bermain untuk klub kasta kedua Belanda, Top Oss. Kedua orang tuanya diketahui memiliki darah Maluku. Sementara untuk namanya, orang tuanya terinspirasi dari nama petenis asal Prancis, Amélie Mauresmo.

Hinoke kecil bergabung dengan klub bernama Baronie Youth. Barulah pada umur 15 tahun, Hinoke bergabung ke tim junior FC Dordrecht. Nah, di klub ini, Hinoke bermain bersama dengan pemain keturunan lain, Jens Raven. Pada awal September 2024 lalu, Hinoke pergi meninggalkan Jens Raven karena digaet oleh Top Oss. 

Perpindahannya ke Top Oss ini bisa dikatakan sebagai keputusan yang tepat. Sebab, dalam keseluruhan 4 laga yang Top Oss jalani bulan September lalu, Hinoke selalu diberi kesempatan untuk tampil, meski tak sampai 90 menit. Bahkan pada laga melawan MVV Maastricht yang digelar pada 28 September, Hinoke main sejak menit pertama. Laga tersebut akhirnya berakhir seri 2-2.

 

Pernah Bermain Untuk Timnas U-20

Uniknya, meskipun kasus kewarganegaraannya ruwet, Mauresmo Hinoke ini malah sudah sempat bermain bersama Timnas U-20 di bulan Juni 2024 lalu. Pada ajang Toulon Cup 2024, nama Mauresmo Hinoke masuk ke skuad Indra Sjafri. Hinoke selalu diberi kesempatan bermain oleh Indra Sjafri. Ia melakoni total 5 laga melawan Ukraina, Panama, Jepang, Italia, dan Korea Selatan.

Tak hanya itu, Hinoke merupakan salah satu dari dua pemain yang mampu mencetak gol bagi Timnas Indonesia. Meski golnya dicetak lewat titik putih, pergerakannya yang berbahayalah yang membuat pemain Jepang akhirnya memutuskan untuk melanggarnya di dalam kotak penalti.

Setelah pertandingan tersebut usai, dirinya langsung mendapatkan apresiasi dari Indra Sjafri. Hinoke dianggap memiliki daya juang yang tinggi. Hal ini mungkin mengingatkan Indra Sjafri dengan para pemain lincah dengan determinasi tinggi yang pernah ia poles seperti Ilham Udin Armaiyn dan Paulo Oktavianus Sitanggang.

Mauresmo Hinoke sendiri pun mengaku bangga bisa membela Garuda Muda saat itu. “Saya sangat senang bisa mencetak gol pertama untuk Indonesia di turnamen ini, Suatu kebanggaan yang sangat besar bagi saya untuk mewakili negara orang tua saya,” ujar Hinoke dikutip dari Bolasport.

 

Gaya Bermain

Untuk gaya bermain, sosok Mauresmo Hinoke ini cukup unik. Meskipun posisi aslinya adalah winger kiri, Hinoke bisa dimainkan sebagai winger kanan dan gelandang tengah. Pemain serba bisa seperti ini bisa menjadi keuntungan tersendiri apabila bisa masuk ke skuad Indra Sjafri. Tak hanya itu, seperti yang sudah disebutkan oleh Indra Sjafri sebelumnya, Hinoke juga merupakan pelari dengan determinasi yang tinggi.

Statistiknya di Eerste Divisie sejauh ini juga tergolong lumayan. Setidaknya hingga bulan September 2024 lalu, FotMob mencatatkan bahwa Hinoke memiliki akurasi umpan di angka 79,8%. Angka yang tergolong cukup tinggi ini pasti bikin Indra Sjafri yang suka main dengan winger yang bisa crossing dan cut back, tersenyum lebar. 

 

Adakah Alternatif Lain?

Lalu, apakah kenyataan bahwa darah Indonesia Mauresmo Hinoke sudah melebihi dari 3 generasi membuat masa depannya dengan Indonesia pupus? Apakah tidak ada alternatif atau solusi lain? Sebenarnya ada. Namun, prosesnya cukup panjang.

Apabila Hinoke memang benar-benar tak bisa dinaturalisasi karena terhalang aturan generasi ketiga tadi, ia masih bisa melakukan naturalisasi lewat jalur konvensional. Hinoke harus tinggal 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tak berturut-turut di Indonesia. Artinya, dia harus bermain di Liga Indonesia. Tapi apakah ada yang bisa menjamin bahwa Hinoke akan berkembang pesat dengan bermain di Indonesia? Sepertinya tidak.

Sebenarnya, kasus Hinoke mirip dengan apa yang dahulu dialami oleh Marc Klok. Mantan pemain PSM Makassar tersebut mengaku dirinya punya darah Indonesia, namun jaraknya terlalu jauh, sama seperti Mauresmo Hinoke. Akhirnya, Klok memilih jalan konvensional agar impiannya bermain untuk Timnas tercapai.

Bedanya dengan Hinoke, Klok datang sudah di usia matang sehingga secara tak langsung bakatnya sudah terlebih dahulu ia kembangkan di Eropa. Sementara bagi Hinoke, keputusan untuk tinggal di Indonesia bisa menjadi pilihan yang riskan. Mengingat, kesempatannya untuk bermain di Eropa masih sangat terbuka.

 

Sumber: FotMob, Transfermarkt, Bola, Viva, Jawa Pos, Portal Jtv, Suara, dan Bolasport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru