Kroasia mampu kembali berikan kejutan. Mereka mengalahkan lima kali juara Piala Dunia, Brasil lewat babak penalti. Kemenangan dramatis di Stadion Kota Pendidikan itu memastikan tiket Kroasia bisa melaju ke semifinal. Dengan ini pula, tarian tim samba di Piala Dunia 2022 berhenti. Roy Keane pasti jadi orang yang paling senang atas hal itu.
Brasil sudah terlihat frustasi dari menit awal. Permainan yang rapi dari trio gelandang Kroasia, Marcelo Brozovic, Mateo Kovacic, dan Luka Modric memaksa kedua tim bermain imbang tanpa gol sampai 90 menit waktu pertandingan berjalan. Ditambah penampilan apik kiper Kroasia, Dominik Livakovic.
Masuk ke babak perpanjangan waktu, Brasil mulai beraksi. Neymar mencetak gol di penghujung babak pertama tamahan waktu. Dengan gol itu, Neymar menyamai rekor Pele sebagai pencetak gol terbanyak tim nasional Brasil. Tapi mereka tidak bisa merayakannya lebih lama lagi. Di babak kedua perpanjangan waktu Bruno Petkovic menyamakan kedudukan Kroasia menjadi satu sama.
Pertandingan pun dilanjutkan ke babak adu penalti. Semua empat penendang penalti dari Kroasia sukses menuntaskan tugas mereka dengan baik. Sementara untuk Brasil, tendangan dari Rodrygo mampu ditepis oleh Livakovic. Dan tendangan penentu dari Marquinhos malah membentur mistar gawang.
Daftar Isi
Kroasia Raja Penalti Piala Dunia
Dengan kemenangan ini, Kroasia tidak pernah gagal melaju ke perempat final. Sejak kembali menjadi anggota FIFA di tahun 1992 setelah mendapatkan kemerdekaan mereka, tim negara balkan itu tidak pernah gagal dalam kesempatan melangkah ke semifinal. Tercatat sudah tiga kali Kroasia melaju ke perempat final, dan tiga kali mereka melangkah ke semifinal.
Seharusnya Brasil mengerahkan seluruh tenaga mereka, jangan sampai pertandingan berlanjut ke babak adu penalti. Sebab, Kroasia sudah dikenal sebagai rajanya adu penalti di turnamen empat tahunan ini. Ya selain tim dengan baju kotak-kotak itu tidak pernah gagal di perempat final, dua dari tiga mereka jalani dengan babak adu penalti.
Mereka juga melangkah sampai ke babak semifinal di Piala Dunia 2018 berkat adu penalti. Dan sekarang Modric CS melakukannya lagi dengan sempurna. Kroasia bahkan sudah memenangkan empat pertandingan babak adu penalti terakhir dalam dua edisi Piala Dunia.
Empat tahun lalu, di Piala Dunia 2018 Kroasia menang melawan denmark di babak 16 besar lewat babak adu penalti. Lalu menaklukan negara tuan rumah, Rusia di babak perempat final juga dengan adu penalti. Sekarang, mereka mengalahkan Jepang dan Brasil dengan cara yang sama.
Entah apa yang membuat Kroasia jago dalam adu penalti. Tapi ini bisa jadi karena sejarah dan kultur sepak bola yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dulu, sebelum Liga Yugoslavia diberhentikan pada tahun 1992, mereka punya peraturan yang cukup unik.
Tim-tim yang bermain dalam liga tersebut tidak mengenal hasil imbang. Mereka akan lanjut ke babak adu penalti untuk menentukan pemenangnya. Di liga tersebut, tim pemenang mendapatkan dua poin sedangkan tim yang menang dengan adu penalti akan mendapatkan satu poin.
Dominik Livakovic
Mungkin nilai sejarah dan budaya ada pengaruhnya mengapa Kroasia jadi sangat jago adu penalti. Tapi yang pasti mengapa Kroasia bisa mengalahkan Brasil di Piala Dunia ini adalah karena tembok bernama Dominik Livakovic yang menjaga gawang pasukan vatreni.
Berdasarkan data dari OptaJose, Dominik Livakovic sudah melakukan empat kali penyelamatan penalti di Piala Dunia. Itu adalah rekor yang dicatatkan Livakovic. Ia jadi penjaga gawang yang paling banyak melakukan penyelamatan penalti dalam sejarah Piala Dunia.
4 – Dominik Livakovic has saved four penalties during World Cup penalty shoot-outs, the joint-most of any goalkeeper in the tournament’s history. Prescience. pic.twitter.com/T3BJlDCQ37
— OptaJoe (@OptaJoe) December 9, 2022
Dibalik kehebatannya dalam adu penalti, Livakovic membeberkan rahasianya. Rahasia ini ia beberkan ketika Kroasia membuat Moriyasu minta maaf di babak 16 besar kemarin. Livakovic berkata bahwa ia lebih mengandalkan kepada perasaan.
“Saya pikir ketika babak adu penalti berjalan, ini lebih tergantung kepada feeling. Tapi tentu saja disertai dengan data analisis dari para pemain yang menendang penalti”
Penampilan Livakovic memang luar biasa. Selain di babak adu penalti, ia juga kokoh menjaga gawang selama jalannya pertandingan. Ia berhasil menyelamatkan 11 tendangan Brasil dalam waktu 120 menit pertandingan. Membuat anak asuh Tite frustasi.
Ia juga ternyata punya prestasi mentereng di level klub. Livakovic adalah bagian penting Dinamo Zagreb merengkuh gelar Liga lima kali berturut-turut. Pencapaiannya itu juga membuat Livakovic dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik Kroasia selama empat tahun. Yaitu di tahun 2019, 2020, 2021, dan 2022.
Strategi Brasil yang tak Berhasil
Selain Livakovic, yang menjadi rahasia Kroasia bisa mengalahkan Brasil adalah strategi Brasil itu sendiri. Strategi yang dimaksud adalah menempatkan Neymar sebagai eksekutor penalti kelima Brasil. Ini malah jadi senjata makan tuan. Neymar justru tidak sempat menendang pinalti setelah dua tendangan dari rekannya gagal.
Legenda Jerman, Jurgen Klinsmann juga mempertanyakan hal itu. Ia menganggap untuk situasi babak adu penalti, kan lebih baik jika pemain terbaik maju sebagai penendang pertama. Alasan utama adalah, dengan begitu bisa mengatur nada dan ketenangan bagi para penendang selanjutnya.
“Kalau saya, akan menempatkan Neymar sebagai penendang pertama. Dengan begitu anda bisa mengatur nadanya. Jangan taruh dia sebagai penendang kelima. Karena mungkin kesempatan itu tidak akan datang.”
Perkataan Klinsmann itu bisa dibuktikan langsung pada pertandingan yang lain antara Argentina melawan Belanda. Pertandingan itu juga berakhir lewat babak adu penalti. Tapi Argentina bisa dengan mantap menang adu penalti setelah menempatkan Messi sebagai eksekutor pertama.
Sebelumnya Argentina juga melakukan strategi yang sama. Yaitu pada Copa America tahun 2021. Di laga semifinal melawan Kolombia, pertandingan berlanjut sampai babak adu penalti. Lionel Messi maju sebagai eksekutor pertama dan memimpin Argentina menuju kemenangan.
Meskipun begitu pelatih Brasil, Tite punya alasan tersendiri mengapa menjadikan Neymar sebagai penendang kelima. Ia beralasan bahwa pemain yang lebih siap pada saat itu yang harus menendang terlebih dahulu.
“Neymar adalah penendang kelima dan menjadi penendang penentu. Ada banyak tekanan bagi para pemain yang punya kemampuan lebih. Yang paling siap harus mengambil tendangan penalti itu”
Selanjutnya Untuk Kroasia
Tite juga menyangkal kekalahan timnya dikarenakan strategi penalti itu. Ia mengatakan bahwa kekalahan Brasil murni diakibatkan karena disorganisasi yang mereka alami selama jalannya pertandingan.
“Satu-satunya kesalahan yang kami buat adalah kami tidak mencetak gol lebih banyak daripada Kroasia. Kami tidak mampu mencetak lebih dari satu gol selama pertandingan”
Tite kemudian mengundurkan diri menyusul kekalahan atas Kroasia ini. Meskipun begitu, ia mengaku bahwa keputusan ini sudah ia pikirkan jauh-jauh hari. Tite pernah mempersembahkan Copa America tahun 2019. Itu jadi Trofi bergengsi satu-satunya bersama Brasil. Dan selebihnya, lebih banyak cerita kekecewaan yang ia ukir bersama selecao.
Sementara itu, Kroasia selanjutnya akan berhadapan dengan Argentina di babak semifinal. Kroasia pernah membantai Argentina di Piala Dunia edisi sebelumnya. Meskipun begitu, Argentina masih diunggulkan untuk pertandingan nanti. Kuncinya, Messi CS harus mengalahkan Kroasia di 90 atau 120 menit pertandingan. Jika sampai ke babak adu penalti, keadaan bisa jadi sulit untuk Albiceleste.