Semuanya Botak! Mengenal 4 Pelatih Tim Teratas Liga Belanda

spot_img

Hanya ada empat tim yang sejauh ini bersaing di papan atas Liga Belanda. Mereka adalah Twente, AZ Alkmaar, PSV Eindhoven, dan Feyenoord. Menariknya hanya empat tim ini pula yang jarak poinnya berdekatan. Poin Twente yang berada di peringkat keempat jaraknya cukup jauh dengan Go Ahead Eagles yang berada di posisi kelima.

Maka tak salah jika menyebut bahwa perebutan gelar Eredivisie musim ini hanya akan berkutat pada keempat tim itu. Menariknya lagi, keempat tim tersebut, entah itu AZ Alkmaar, PSV, Feyenoord, maupun FC Twente dilatih oleh pelatih yang rambut di kepalanya irit alias botak. Meski tidak seluruhnya benar-benar botak. Nah, berikut ini adalah profil keempat pelatih tim teratas tersebut.

Peter Bosz (PSV)

Mari memulainya dengan Peter Bosz, pelatih PSV Eindhoven, klub yang hingga pekan ke-11 memuncaki klasemen Eredivisie. PSV tidak hanya memuncaki klasemen dengan tanpa kekalahan, tapi mereka bahkan menyapu 11 laga dengan kemenangan. Tak ada satu pun laga berakhir imbang, apalagi kalah.

Ini menjadi kejutan yang luar biasa dan tak disangka-sangka karena Peter Bosz sebetulnya punya rekam jejak yang tidak bagus-bagus amat. Sebelum melatih PSV, pria berkepala licin ini gagal total saat menukangi Olympique Lyon. Ia gagal mengantarkan Lyon masuk lima besar pada musim 2021/22.

Peter Bosz juga akhirnya dipecat semusim setelahnya. Walaupun gagal di Lyon, manajemen PSV punya alasan mengapa merekrut Peter Bosz. Ia diyakini akan membawa taktik yang sama seperti Ruud Van Nistelrooy, pelatih PSV sebelumnya. Dan itu memang benar.

Bosz punya filosofi yang sedikit banyak mirip dengan Van Nistelrooy. Ia pengagum formasi 4-3-3 dengan bergaya menyerang. Maka dari itu, di tangannya PSV bermain proaktif, cenderung menyerang. Soal taktik dan filosofi, Bosz terpengaruh oleh para pelatih Belanda seperti Rinus Michels dan Johan Cruyff.

Ia juga terinspirasi oleh Josep Guardiola. Dengan strateginya itu, PSV dibuatnya tim yang sangat perkasa di Liga Belanda. Lewat permainan menyerang, proaktif, dan atraktif, PSV sudah mencetak 41 gol dalam 11 laga di Eredivisie, menjadikan mereka tim dengan gol terbanyak di liga domestik.

Joseph Oosting (FC Twente)

Setelah dari si pemuncak klasemen kita ke FC Twente, tim yang hingga pekan ke-11 menduduki peringkat keempat. Awal musim ini Twente menunjuk pelatih baru setelah pelatih lama mereka, Ron Jans memilih untuk tidak melanjutkan kerja sama. Orang yang ditunjuk itu adalah Joseph Oosting.

Namanya asing memang. Sebelum melatih FC Twente, Oosting menukangi klub semenjana di Liga Belanda, RKC Waalwijk. Namun di tangan pelatih 51 tahun ini, Waalwijk berhasil finis di peringkat 10 besar musim lalu. Itu menjadi prestasi yang barangkali membuat Twente meliriknya.

Berbeda dengan Peter Bosz, Joseph Oosting sebetulnya tidak terlalu botak, masih ada rambutnya. Well, sebelum melatih RKC, Oosting pernah menjadi pelatih sementara Vitesse pada 2019. Saat itu ia sebenarnya berstatus sebagai pelatih Jong Vitesse pada tahun 2017-2020. Setelah tak lagi di tim muda, Oosting menjadi asisten di tim utama, sebelum melanjutkan kariernya ke RKC dan Twente.

Di tangan Oosting, Twente dibawanya kembali merangsek ke empat besar. Musim lalu saja Twente hanya finis di posisi lima. Nah, musim ini Twente asuhan Oosting memulainya dengan baik dan buruk sekaligus. Mereka tersingkir di babak play-off karena kalah dalam dua leg menghadapi Fenerbahce.

Tapi setelahnya tim berjuluk The Tukkers mulai kompak. Taktik yang diterapkan Oosting mulai berjalan dengan baik. Selain memenangkan empat laga awal di Eredivisie, dalam 11 laga, FC Twente baru menelan satu kali kekalahan.

Oosting menyukai formasi 4-2-3-1. Twente diubahnya menjadi tim yang bagus dalam penguasaan bola. Wajar kalau rata-rata penguasaan bola Twente musim ini cukup tinggi. Menurut Fotmob angkanya mencapai 57,8%.

Arne Slot (Feyenoord)

Berikutnya Arne Slot. Siapa yang tidak mengenal sosok pelatih yang satu ini? Pelatih yang musim lalu sudah mengantarkan Feyenoord juara di Liga Belanda. Selain itu, musim lalu Feyenoord juga mencapai perempat final di Liga Eropa. Di bawah asuhan Arne Slot pula, Feyenoord berhasil menjadi runner-up di ajang Liga Konferensi Eropa musim 2021/22.

Nama Arne Slot mengemuka sebagai salah satu pelatih Belanda paling dicari. Jika dulu ada nama Johan Cruyff dan Louis Van Gaal, hari ini ada Erik ten Hag dan Arne Slot. Nah, berbeda dengan Oosting, Slot ini benar-benar licin kepalanya. Tidak ada sehelai pun rambut menempel di kepalanya.

Arne Slot sukses bersama AZ Alkmaar. Meski tak punya trofi, tapi ia membawa tim itu finis di peringkat kedua di Eredivisie musim 2019/20. Pelatih 45 tahun ini senang menerapkan gaya permainan Total Football. Tak ayal jika permainannya terinspirasi dari Rinus Michels dan Johan Cruyff.

Slot punya sudut pandang yang unik. Dalam sepak bola, baginya bermain indah dan enak ditonton itu wajib. Karena menurutnya dengan memainkan sepak bola terindah, maka hasilnya akan datang dengan sendirinya. Sebelum melatih, Slot lebih banyak bermain untuk FC Zwolle.

Ia juga belum lama pensiun sebagai pemain, yakni tahun 2013 lalu. Selama jadi pemain, ia pernah sekali meraih gelar Player of The Year tahun 2012. Ia juga dua kali membawa FC Zwolle juara di divisi dua Liga Belanda, antara lain tahun 2002 dan 2012.

Slot memang menyukai Total Football, namun gaya sepak bola justru mirip dengan Marcelo Bielsa. Awal musim ini, Arne Slot juga pernah diisukan menjadi pelatih Tottenham Hotspur selanjutnya. Namun Slot menolak tawaran itu. Sementara Spurs akhirnya menunjuk Ange Postecoglou.

Pascal Jansen (AZ Alkmaar)

Saat Arne Slot melakukan negosiasi rahasia dengan Feyenoord untuk menjadi suksesor Dick Advocaat, ia lantas dipecat oleh AZ Alkmaar. Tim yang pernah dilatih oleh Louis Van Gaal tak mau pusing untuk mencari penggantinya. Walhasil, Pascal Jansen, asisten Arne Slot di AZ Alkmaar yang mengambil alih tim ini.

Bukan nama besar. Bahkan Jansen sendiri mengakui kalau dirinya tidak terkenal sama sekali. “Tidak ada seorang pun yang benar-benar mengenal saya di level tertinggi,” katanya.

Barangkali orang hanya akan mengenal orang tuanya, Sue Chaloner, seorang penyanyi keturunan Belanda-Inggris anggota Spooky and Sue. Nah, di antara pelatih-pelatih sebelumnya di daftar ini, hanya Pascal Jansen yang tidak lahir di Belanda. Meski berkebangsaan Belanda.

Jansen lahir di London, Inggris, pada 27 Januari 50 tahun yang lalu. Jansen tidak pernah punya karier sebagai pemain. Ia memang bermain bola sejak kecil, tapi di usia 17 tahun Jansen mengalami cedera lutut yang bikin kariernya tamat bahkan sebelum dimulai.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil lisensi kepelatihan. Di usia 35 tahun, Jansen sudah memperoleh Lisensi Pro UEFA. Ia kemudian menjadi pelatih akademi di Vitesse, lalu ke Sparta Rotterdam dan asisten manajer di sana. Karier manajer pertamanya dimulai di tim muda PSV, sebelum akhirnya jadi asisten Slot di AZ Alkmaar sekitar tahun 2019.

Sepak bola yang dimainkan Jansen di AZ sangat Belanda sekali. Dengan formasi 4-3-3, AZ lebih sering menguasai bola. Mereka menekan untuk mendominasi, disiplin namun memiliki ruang untuk kreativitas. Melalui permainan semacam itu, AZ belum terkalahkan dalam 10 laga di Eredivisie.

Sumber: TheAthletic, SkySports, Foottheball, TFA, AD

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru